Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat mendukung para budayawan memperbanyak peluncuran buku literasi soal kekayaan budaya Indonesia, termasuk budaya Sunda yang kini dibutuhkan dalam kepustakaan yang menarik bagi lintas generasi, khususnya generasi muda.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Abdul Rachim usai menghadiri peluncuran buku berjudul 'Golok antara pesona dan legenda' karya Gatut Susanta di auditorium Perpustakaan Kota Bogor, Senin, mengatakan peluncuran buku tersebut dapat menginspirasi yang lain untuk menyuguhkan karya-karya baru untuk mengenalkan kembali budaya lokal Indonesia.
"Ini menjadi bahan yang bisa memicu kita nanti bagaimana bukan hanya golok tetapi juga mungkin ada benda-benda pusaka Indonesia lain yang bisa diangkat dalam bentuk buku, sebagai literasi budaya seni Indonesia," kata Dedie.
Baca juga: DPRD Bogor undang budayawan untuk bahas Raperda Pemajuan Kebudayaan
Pemerintah Kota Bogor, ungkap Dedie, juga akan mendorong pembuatan buku literasi tentang kujang, arsitektur Sunda dan baju tradisi Sunda, yang saat ini dibutuhkan sebagai pembelajaran budaya bagi generasi muda.
Ia berharap, koleksi-koleksi buku seperti buku Golok antara pesona dan legenda akan mengisi juga kekayaan literasi budaya dan kepustakaan di banyak tempat, termasuk juga di Perpustakaan Kota Bogor.
"Jadi mudah-mudahan dengan ada buku terkait dengan golok, akan diikuti oleh karya-karya budayawan lain," ujarnya.
Baca juga: Bima Arya jelaskan aturan Cagar Budaya Kebun Raya Bogor
Penulis buku berjudul Golok antara pesona dan legenda Gatut Susanta menerangkan pembuatan buku ke-40 karyanya ini. Buku berjumlah 180 lembar dengan penuh warna. Penulisan menghabiskan waktu satu tahun karena karena buku ini tidak ada literasi, sehingga harus keliling untuk menulis buku ini.
"Langsung mendatangi tempat yang memiliki informasi itu. Itu yang dilakukan untuk menulis golok, atau antara pesona dan legenda ini," ungkap Gatut.
Ia menyebut, untuk menulis buku ini telah berkeliling se-Jawa Barat, di antaranya Golok Ciomas datang ke Banten, Betawi di Golok Cakung dan pedang Jawa ke wilayah Jawa, Sumatra ada beberapa tempat hingga Kalimantan.
Mereka yang didatangi ialah pelestari, pembuat golok atau pandai, dan ada keturunan bahkan garis ke-7 di Cibatu dan Ciomas. Semua itu dirangkum dalam sebuah buku dan menyuguhkan beberapa narasumber karena buku ini tidak ada literasi sebelumnya. Sementara, kata dia dalam satu bilah golok itu pasti terdapat perbedaan pendapat, sehingga perlu narasumber untuk merumuskan.
Baca juga: Dedie Rachim tampung aspirasi budayawan soal Kebun Raya Bogor
"Sehingga ke depan buku menjadi pegangan," ujarnya.
Gatut menyampaikan dalam peluncuran buku ini masyarakat langsung bisa membacanya di Perpustakaan Kota Bogor berupa cetak. Ia tidak merilis dalam bentuk digital. Buku ini dicetak 150 buku hasil yang pesanan, cetakan pertama 3.000 eksemplar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Abdul Rachim usai menghadiri peluncuran buku berjudul 'Golok antara pesona dan legenda' karya Gatut Susanta di auditorium Perpustakaan Kota Bogor, Senin, mengatakan peluncuran buku tersebut dapat menginspirasi yang lain untuk menyuguhkan karya-karya baru untuk mengenalkan kembali budaya lokal Indonesia.
"Ini menjadi bahan yang bisa memicu kita nanti bagaimana bukan hanya golok tetapi juga mungkin ada benda-benda pusaka Indonesia lain yang bisa diangkat dalam bentuk buku, sebagai literasi budaya seni Indonesia," kata Dedie.
Baca juga: DPRD Bogor undang budayawan untuk bahas Raperda Pemajuan Kebudayaan
Pemerintah Kota Bogor, ungkap Dedie, juga akan mendorong pembuatan buku literasi tentang kujang, arsitektur Sunda dan baju tradisi Sunda, yang saat ini dibutuhkan sebagai pembelajaran budaya bagi generasi muda.
Ia berharap, koleksi-koleksi buku seperti buku Golok antara pesona dan legenda akan mengisi juga kekayaan literasi budaya dan kepustakaan di banyak tempat, termasuk juga di Perpustakaan Kota Bogor.
"Jadi mudah-mudahan dengan ada buku terkait dengan golok, akan diikuti oleh karya-karya budayawan lain," ujarnya.
Baca juga: Bima Arya jelaskan aturan Cagar Budaya Kebun Raya Bogor
Penulis buku berjudul Golok antara pesona dan legenda Gatut Susanta menerangkan pembuatan buku ke-40 karyanya ini. Buku berjumlah 180 lembar dengan penuh warna. Penulisan menghabiskan waktu satu tahun karena karena buku ini tidak ada literasi, sehingga harus keliling untuk menulis buku ini.
"Langsung mendatangi tempat yang memiliki informasi itu. Itu yang dilakukan untuk menulis golok, atau antara pesona dan legenda ini," ungkap Gatut.
Ia menyebut, untuk menulis buku ini telah berkeliling se-Jawa Barat, di antaranya Golok Ciomas datang ke Banten, Betawi di Golok Cakung dan pedang Jawa ke wilayah Jawa, Sumatra ada beberapa tempat hingga Kalimantan.
Mereka yang didatangi ialah pelestari, pembuat golok atau pandai, dan ada keturunan bahkan garis ke-7 di Cibatu dan Ciomas. Semua itu dirangkum dalam sebuah buku dan menyuguhkan beberapa narasumber karena buku ini tidak ada literasi sebelumnya. Sementara, kata dia dalam satu bilah golok itu pasti terdapat perbedaan pendapat, sehingga perlu narasumber untuk merumuskan.
Baca juga: Dedie Rachim tampung aspirasi budayawan soal Kebun Raya Bogor
"Sehingga ke depan buku menjadi pegangan," ujarnya.
Gatut menyampaikan dalam peluncuran buku ini masyarakat langsung bisa membacanya di Perpustakaan Kota Bogor berupa cetak. Ia tidak merilis dalam bentuk digital. Buku ini dicetak 150 buku hasil yang pesanan, cetakan pertama 3.000 eksemplar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023