Guru Besar Tetap Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Rini Riastuti menyatakan korosi yang merusak struktur logam yang terus terjadi akan menimbulkan kerugian baik ekonomi maupun kesehatan.

Korosi dikenal awam dengan istilah karat (rust). Korosi logam terjadi akibat penurunan kualitas atau perusakan permukaan logam pada lingkungan yang agresif berupa cairan, gas,atau tanah.

Menurut Prof. Rini Riastuti di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Jumat, korosi menyebabkan penampilan visual benda menjadi buruk dan industri mengalami plant downtime (waktu henti pabrik) karena harus mengganti peralatan yang terkorosi.

"Korosi juga menimbulkan loss of product karena adanya kebocoran kontainer, tangki, atau perpipaan, serta loss of efficiency karena industri mengeluarkan biaya cukup tinggi," katanya.

Baca juga: Guru Besar UI: KPU harus percaya diri tetap revisi PKPU 10/2023 pasal 8 ayat (2)

Selain kerugian ekonomi, korosi logam juga dapat menimbulkan kontaminasi yang merugikan kesehatan. Misalnya, apabila kaleng kemasan makanan penyok, makanan yang ada di dalamnya akan terkontaminasi lapisan timah putih dalam kaleng yang terkelupas.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan dan menghambat reaksi korosi. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengendalikan dan menghambat reaksi korosi.

Yaitu melalui penggunaan inhibitor yang aman. Inhibitor adalah zat kimia (organik dan anorganik) yang ditambahkan ke sistem dalam jumlah sedikit, dan membentuk lapisan pasif pada permukaan logam yang akan diproteksi.

Baca juga: Guru Besar UI: Ketahanan pangan dan perbaikan gizi jadi persoalan krusial

Biasanya inhibitor berupa cairan ataupun uap yang digunakan pada pipa transportasi air dan minyak ataupun gas.

"Saat ini, mahasiswa Departemen Metalurgi dan Material FTUI banyak melakukan penelitian pemanfaatan tumbuhan, baik daun, buah, maupun kulit kayu, untuk dijadikan inhibitor," katanya.

Contoh yang sudah diteliti adalah daun sirih, daun teh hijau, daun teh putih, daun sirsak, daun bayam merah, buah jamblang, kayu secang, kulit buah manggis dan masih banyak lagi.

Semua bahan ini mengandung zat polyphenolic dan anthocyanin sebagai antioksidan tinggi yang diharapkan dapat menjadi inhibitor ramah lingkungan.

Baca juga: Guru Besar UI: Administrasi pajak jadi kunci kerberhasilan perpajakan

Upaya pencegahan terjadinya korosi logam juga dapat dilakukan dengan metode pelapisan (coating), seperti lapis listrik, galvanisasi, dan organic coating (cat).

Pelapisan pada dasarnya memberi penghalang (barrier) untuk menghambat air dan oksigen berkontak langsung dengan permukaan besi.

Selain itu, proteksi logam dengan metode proteksi katodik dapat menjadi pilihan untuk industri besar. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan anoda korban ataupun impressed current.

Rini menilai proses korosi tidak pernah berhenti. Untuk itu, perlu adanya sosialisassi terkait korosi, mulai dari tingkat edukasi, fungsi dari personel yang diperlukan, serta kursus dan pelatihan tentang kasus korosi.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023