Bogor (Antara Megapolitan) - Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto MSc mengatakan, IPB terus berupaya menciptakan inovasi sesuai budaya bangsa, memperkuat hulu hilir produksi pertanian dan memajukannya.

"IPB akan terus berinovasi untuk mewujudkan sistem pangan produksi nasional, salah satunya dengan meluncurkan satelit ketahanan pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai penginderaan jauh serta menghasilkan data awal yang lebih akurat," kata Herry pada Sidang Tebuka Dies Natalis ke-53 IPB di Kampus Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Herry menyebutkan, di usai 53 tahun lalu, Presiden Republik Indonesia, Soekarno memandang pentingnya pertanian. Untuk itu diberi jalan keluar yang visioner dengan mendirikan kampus IPB agar bangsa Indonesia menjadi bangsa mandiri pangan.

"Saat ini ketika tantangan semakin kuat, laju pertumbuhan penduduk semakin tinggi, sehingga volume kebutuhan pangan meningkat tajam, ditambah dengan laju konversi lahan pertanian semakin tinggi dan perubahan iklim, menyebabkan masalah tersendiri, hingga impor berbagai pangan semakin tinggi," katanya.

Pada acara puncak Dies Natalis IPB itu, hadir pakar hukum Universitas Indonesia Prof Jimly Asshiddiqie yang menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul "Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "The Constitution of Liberty, Konstitusi Pembebasan untuk Kreativitas dan Inovasi bagi Kemajuan Bangsa".

Jimly mengatakan, IPB harus bangga dengan prestasi yang diraihnya sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia bidang pertanian memiliki inovasi terbanyak, serta publikasi paten dan HAKI terbanyak pula.

"Yang terpenting dari semua itu, penelitian harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat," katanya.

Ia menyebutkan, semakin terbuka dan bebas iklim yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat, hasrat dan kemampuan untuk berinovasi juga semakin berkembang. Bahkan dapat dikatakan, inovasi membutuhkan kebebasan.

"Jika kebebasan tidak tumbuh dan terbuka dalam kehidupan bersama, banyak kendala yang akan menghambat berkembangnya kreativitas dan inovasi," katanya.

Ia menuturkan, dalam masyarakat yang warganya dikenal sangat agamis, dalam arti sangat akrab dengan tradisi agama yang diyakini masing-masing, sikap umum warga Indonesia sangat dipengaruhi oleh ajaran agama dan corak pemahaman keagamaannya masing-masing tentang kehidupan.

Menurutnya, jika pemahaman keagamaan yang dianut seseorang tidak menimbulkan dorongan etos kerja yang produktif untuk kepentingan masyarakat luas, atau malah menyebabkan seseorang bersikap eksklusif dan menutup diri dari kehidupan nyata, maka sudah dapat diperkirakan bahwa budaya inovasi tidak akan berkembang atau setidaknya akan lamban perkembangannya.

Demikian pula jika tradisi budaya feodal dan paternalistik yang diwarisi dari generasi ke generasi, lanjutnya, tidak mengalami perubahan, tentu perkembangan budaya inovasi akan terhambat.

"Budaya feodal tidak memberi ruang yang terbuka bagi kompetisi yang sehat dan bermutu dalam segala aspek kehidupan, sehingga inovasi di segala bidang kehidupan juga akan terhambat," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016