Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengungkapkan tantangan menjalankan visi kota keluarga cukup besar karena seluruh referensi kebijakan referensi harus untuk penguatan ketahanan keluarga sehingga dalam pencanangan melibatkan para peneliti. 

Bima Arya di Kota Bogor, Senin, mengatakan membangun manusia tidak seperti melakukan pembangunan infrastruktur yang memiliki bentuk, tolak ukur membangun manusia memiliki tantangan tersendiri.

"Sehingga banyak kepala daerah tidak mau menyentuh ini. Lebih baik yang kelihatan padahal ini (membangun manusia) juga penting. Kami belajar banyak di Kota Bogor ketika kami membangun fisik kota tetapi manusianya tidak menjaga, maka fisik hancur," ujarnya.

Bima Arya yang menghadiri kegiatan temu Forum Keluarga Sehat yang dilaksanakan di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, Sabtu (11/3), mengaku sejak lima tahun menjabat di periode pertama dirinya terus belajar dan berdiskusi dengan para pakar peneliti dan akademisi.

Wali Kota Bogor didampingi Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yane Ardian menjadi pembicara utama.

"Saya juga berdiskusi panjang dengan IPB, fakultas ekologi manusia, saat itu prof Arif Satria waktu itu masih dekan dan kita sama-sama merumuskan konsep kota keluarga. Maka kemudian di periode kedua saya mendeklarasikan visi Kota Bogor sebagai kota keluarga," ujarnya.

Menurut dia, visi ini terdengar sederhana namun memiliki tantangan yang berat, karena kota keluarga itu ketika seluruh referensi kebijakan adalah untuk penguatan ketahanan keluarga.

"Semuanya harus seperti itu. Semuanya ujung-ujungnya tentang keluarga. Tidak saja sejahtera secara materi, tetapi juga secara moril," katanya.

Pada kesempatan itu Bima Arya menyampaikan terima kasih atas usaha dan kontribusi dari para organisasi kepemudaan, aktivis yang juga mau masuk ke dalam isu keluarga.

"Kami tahu belum tentu ini terlihat di masa kita menjabat, tapi ikhtiar ini harus dilakukan bersama-sama karena kalau kita, Indonesia, berniat untuk menjadi satu dari 5 negara ekonomi terkuat di tahun 2045 memanfaatkan bonus demografi, kita harus fokus pada isu keluarga," katanya.

Baca juga: APEKSI data 9 kota jadi percontohan ramah keluarga
 

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023