Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, melakukan mitigasi bencana melalui apel gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana di tengah cuaca yang semakin ekstrem.
"Kegiatan ini adalah upaya, mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi," kata Bupati Purwakarta Anne Rartna Mustika usai apel gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana, di Taman Purwakarta, Kamis.
Ia menyampaikan, gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana hidrometeorologi ini merupakan bagian dari mitigasi bencana yang memiliki sejumlah tujuan. Di antaranya untuk mengenali resiko, penyadaran akan resiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan lain-lain.
Baca juga: BPBD Karawang prioritaskan evakuasi korban banjir balita dan warga lansia
Menurut dia, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir, longsor, hingga puting beliung. Bencana ini sangat ditentukan dari kondisi cuaca yang puncaknya diperkirakan terjadi pada bulan Januari-Februari ke depan.
Disebut kalau dampak yang bisa ditimbulkan dari tingginya curah hujan akan berpengaruh pula terhadap siklus kehidupan seperti gagal panen, timbulnya penyakit dan lain-lain.
Bupati menyampaikan, dari pemetaan wilayah potensi gerakan tanah daerah rawan bencana di Purwakarta menunjukkan tidak ada satupun kecamatan yang berada pada zona rendah. Semuanya rata-rata berada pada zona menengah-tinggi.
"Hal ini harus mendapat perhatian lebih, upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus bersinergi dengan kepedulian masyarakat yang sadar terhadap potensi bencana di wilayahnya masing-masing," kata Anne.
Baca juga: Banjir rendam puluhan rumah di Karawang
Untuk potensi bencana yang terjadi di Purwakarta adalah banjir, puting beliung, tanah longsor, kekeringan dan yang paling banyak adalah kebakaran. Namun ini bukan berarti bencana lainnya tidak mengintai.
Ia mengatakan, upaya yang bisa dilakukan adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap bencana berbasis budaya lokal, yakni dengan melakukan pemetaan daerah rawan bencana di wilayah masing-masing. Kemudian mengenali ancaman bencana di sekitar, dan lain-lain.
Namun hal yang penting, harus ditentukan jalur evakuasi di daerah rawan bencana, tentukan titik kumpul aman ketika terjadi bencana, tentukan tempat pengungsian sementara, dan kerahkan potensi sumber daya di daerah masing-masing untuk mengurangi risiko bencana yang ada.
Baca juga: Bupati Karawang: Tingkatkan mitigasi dan kesiapsiagaan hadapi bencana
Sementara itu, usai mengikuti apel gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana hidrometeorologi, Pemkab Purwakarta menggelar simulasi tanggap bencana.
Simulasi ini dilakukan dengan upaya memadamkan api menggunakan alat pemadam api, kemudian bencana gempa, maupun angin puting beliung. Peserta simulasi secara bergantian mengambil peran dalam simulasi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Kegiatan ini adalah upaya, mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi," kata Bupati Purwakarta Anne Rartna Mustika usai apel gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana, di Taman Purwakarta, Kamis.
Ia menyampaikan, gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana hidrometeorologi ini merupakan bagian dari mitigasi bencana yang memiliki sejumlah tujuan. Di antaranya untuk mengenali resiko, penyadaran akan resiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan lain-lain.
Baca juga: BPBD Karawang prioritaskan evakuasi korban banjir balita dan warga lansia
Menurut dia, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir, longsor, hingga puting beliung. Bencana ini sangat ditentukan dari kondisi cuaca yang puncaknya diperkirakan terjadi pada bulan Januari-Februari ke depan.
Disebut kalau dampak yang bisa ditimbulkan dari tingginya curah hujan akan berpengaruh pula terhadap siklus kehidupan seperti gagal panen, timbulnya penyakit dan lain-lain.
Bupati menyampaikan, dari pemetaan wilayah potensi gerakan tanah daerah rawan bencana di Purwakarta menunjukkan tidak ada satupun kecamatan yang berada pada zona rendah. Semuanya rata-rata berada pada zona menengah-tinggi.
"Hal ini harus mendapat perhatian lebih, upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus bersinergi dengan kepedulian masyarakat yang sadar terhadap potensi bencana di wilayahnya masing-masing," kata Anne.
Baca juga: Banjir rendam puluhan rumah di Karawang
Untuk potensi bencana yang terjadi di Purwakarta adalah banjir, puting beliung, tanah longsor, kekeringan dan yang paling banyak adalah kebakaran. Namun ini bukan berarti bencana lainnya tidak mengintai.
Ia mengatakan, upaya yang bisa dilakukan adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap bencana berbasis budaya lokal, yakni dengan melakukan pemetaan daerah rawan bencana di wilayah masing-masing. Kemudian mengenali ancaman bencana di sekitar, dan lain-lain.
Namun hal yang penting, harus ditentukan jalur evakuasi di daerah rawan bencana, tentukan titik kumpul aman ketika terjadi bencana, tentukan tempat pengungsian sementara, dan kerahkan potensi sumber daya di daerah masing-masing untuk mengurangi risiko bencana yang ada.
Baca juga: Bupati Karawang: Tingkatkan mitigasi dan kesiapsiagaan hadapi bencana
Sementara itu, usai mengikuti apel gelar pasukan dan peralatan siaga darurat bencana hidrometeorologi, Pemkab Purwakarta menggelar simulasi tanggap bencana.
Simulasi ini dilakukan dengan upaya memadamkan api menggunakan alat pemadam api, kemudian bencana gempa, maupun angin puting beliung. Peserta simulasi secara bergantian mengambil peran dalam simulasi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022