Bogor (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor Jawa Barat melakukan pemantauan harga maupun distribusi barang kebutuhan pokok di pasar tradisional secara berkala setiap pekan guna mengantisipasi adanya spekulan yang memanfaatkan momen puasa dan lebaran.

"Wali Kota menginformasikan apakah kenaikan harga ini karena pengaruh meningkatnya permintaan masyarakat atau spekulan, harus ada transparansi, dinas terkait harus mengawasi ini secara rutin," kata Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Syarip Hidayat kepada Antara di Bogor, Senin.

Menurut Ade, setiap pekan Pemkot Bogor menerima laporan stabilitas harga kebutuhan pokok di tujuh pasar tradisional yang dilaporkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya (PDPPJ).

Pada pekan pertama Ramadhan 1437 Hijriah/2016, lanjutnya, terjadi kenaikan harga signifikan terutama untuk daging mencapai Rp150.000 per kg, ayam potong Rp32.000 per kg, telur Rp23.000 per kg, gula Rp14.000 per kg. Kenaikan harga juga terjadi pada ikan dan cabai.

Pada pekan kedua, harga mengalami fluktuasi, sejumlah barang ada yang mengalami kenaikan dan penurunan, seperti harga cabai berangsur turun seperti cabai merah keriting hanya Rp16.000 per kg, tetapi harga sayur mengalami kenaikan rata-rata Rp1.000 per kg, seperti kentang kini dijual Rp12.000 per kg, biasanya hanya Rp8.000 per kg.

"Harga masih didominasi meningkatnya permintaan masyarakat, dan juga pengaruh ongkos produksi selama Ramadhan ada kenaikan. Seperti kentang, karena melalui proses pengerjaan yang sulit, sehingga mempengaruhi harga," katanya.

Selama ini, lanjut Ade, kenaikan harga dipengaruhi oleh dua hal yakni permintaan yang meningkat, dan panen yang berkurang. Ketika permintaan meningkat, tetapi panen banyak, harga tetap stabil. Tetapi ketika panen gagal, permintaan meningkat harga akan semakin tinggi.

"Harga lebih dipengaruhi mekanisme pasar, tingginya permintaan masyarakat terutama saat Ramadhan," katanya.

Ade sedikit menyayangkan apabila kenaikan harga dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat karena sewajarnya masyarakat berpuasa tidak makan dan minum selama 12 jam.

"Harusnya konsumsi masyarakat menurun dibanding hari biasa tetapi kenapa konsumsi jadi meningkat, ini jadi tanda tanya," katanya.

Harusnya, lanjut Ade, masyarakat lebih introspeksi diri selama Ramadhan, menahan diri berbelanja secara berlebih-lebihan sehingga mempengaruhi stabilitas harga di pasar.

"Kita harus berkaca pada mereka yang kurang mampu, puasa tujuannya untuk itu. Bukan justru berlebih-lebihan dalam konsumsi, di Kota Bogor ada sekitar 30.000 warga miskin yang hidupnya mungkin sulit, tidak bisa cukup makan. Coba kita maknai Ramadhan dengan hidup lebih sederhana," kata Ade.

Ade menambahkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan jajaran kepolisian untuk mengantisipasi adanya spekulasi yang melakukan penahanan pengiriman barang masuk pasar sehingga memicu kenaikan harga.

"Kami sudah minta bantuan aparat kepolisian untuk mengawasi distribusi barang, kendaraan-kendaraan angkutan yang berhenti di satu tempat patut dicurigai apakah niatnya menahan pengiriman untuk mempengaruhi harga, atau sebab tertentu perlu diantisipasi, di ruas-ruas jalan terutama jalan lintasan," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016