Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat mempertimbangkan mengkonversi atau mengganti angkutan umum kota (angkot) berbahan bakar minyak (BBM) dengan angkot berdaya listrik untuk mendukung langkah pemerintah pusat beralih dari ketergantungan energi fosil ke listrik.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim saat dikonfirmasi ANTARA dari Kota Bogor, Jumat mengatakan konversi angkot BBM ke angkot listrik menjadi salah satu pilihan di saat angkot masih cukup banyak beroperasi, sementara angkutan bus yang menjangkau hingga ke wilayah-wilayah yakni Biskita Trans Pakuan masih terbatas dan sedang terus diupayakan.
"Bisa menjadi pilihan, tapi kita tetap butuh dukungan pemerintah pusat. Angkot BBM ke angkot listrik butuh berapa jika dikonversi," katanya.
Baca juga: PLN resmikan stasiun pengisian kendaraan listrik pertama di Kota Bogor
Dedie menyampaikan, pilihan itu muncul untuk program Pemerintah Kota Bogor dalam penataan transportasi yang selama ini cukup rumit mengatasi kemacetan, namun kini mulai membaik seperti sekitar area sistem satu arah (SSA) mulai Tugu Kujang, Pasar Bogor, Surya Kencana, Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Lapangan Sempur hingga kembali ke Tugu Kujang.
Sebelumnya, mulai dari Tugu Kujang hingga Pasar Bogor selalu mengalami kemacetan panjang akibat angkot dan penumpangnya yang kurang tertib serta para pedagang kaki lima. Ditambah kondisi mobil angkot yang banyak sudah kurang laik jalan.
Di samping itu, kata Dedie, Pemerintah Kota Bogor memiliki program untuk menyebarkan aktivitas masyarakat yang bertumpu di pusat kota mulai mengisi ke wilayah-wilayah perbatasan.
Baca juga: Kota Bogor menyambut era kendaraan listrik
Oleh karena itu, konversi angkot menjadi penting untuk mengurangi volume kendaraan tersebut di pusat kota dan digantikan oleh Biskita Trans Pakuan. Sebagian angkot yang masih akan beroperasi di wilayah perbatasan pun perlu perubahan seiring kebijakan pemerintah pusat soal kendaraan listrik.
"Pertimbangan angkot listrik masih perlu pendalaman, sementara Biskita Trans Pakuan juga terus didorong untuk penambahan koridor," katanya.
Dedie menerangkan masih ada dua koridor Biskita Trans Pakuan yang siap mengkonversi angkot 3:1 namun masih menunggu koordinasi lebih lanjut dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Baca juga: Pemkot Bogor anggarkan dana Rp1,8 miliar untuk kendaraan dinas listrik
Percepatan koridor 3 dan 4 pada skema BTS Bis Kita dianggap penting, dimana trayek yang dilayani pada koridor 3 adalah Terminal Bubulak - Sukasari/Lawang Gintung, sedangkan koridor 4 melayani Ciawi - Pomad/Ciparigi. Koridor 3 memiliki panjang koridor sebesar 25,4 kilometer, dan koridor 4 sepanjang 36,0 kilometer.
Bis Kita, sambung Dedie, kini sudah menjadi moda transportasi alternatif yang begitu diminati masyarakat, sehingga Pemkot Bogor masih memerlukan dukungan untuk menambah koridor. Total penumpang sampai dengan saat ini adalah 4.728.484 orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim saat dikonfirmasi ANTARA dari Kota Bogor, Jumat mengatakan konversi angkot BBM ke angkot listrik menjadi salah satu pilihan di saat angkot masih cukup banyak beroperasi, sementara angkutan bus yang menjangkau hingga ke wilayah-wilayah yakni Biskita Trans Pakuan masih terbatas dan sedang terus diupayakan.
"Bisa menjadi pilihan, tapi kita tetap butuh dukungan pemerintah pusat. Angkot BBM ke angkot listrik butuh berapa jika dikonversi," katanya.
Baca juga: PLN resmikan stasiun pengisian kendaraan listrik pertama di Kota Bogor
Dedie menyampaikan, pilihan itu muncul untuk program Pemerintah Kota Bogor dalam penataan transportasi yang selama ini cukup rumit mengatasi kemacetan, namun kini mulai membaik seperti sekitar area sistem satu arah (SSA) mulai Tugu Kujang, Pasar Bogor, Surya Kencana, Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Lapangan Sempur hingga kembali ke Tugu Kujang.
Sebelumnya, mulai dari Tugu Kujang hingga Pasar Bogor selalu mengalami kemacetan panjang akibat angkot dan penumpangnya yang kurang tertib serta para pedagang kaki lima. Ditambah kondisi mobil angkot yang banyak sudah kurang laik jalan.
Di samping itu, kata Dedie, Pemerintah Kota Bogor memiliki program untuk menyebarkan aktivitas masyarakat yang bertumpu di pusat kota mulai mengisi ke wilayah-wilayah perbatasan.
Baca juga: Kota Bogor menyambut era kendaraan listrik
Oleh karena itu, konversi angkot menjadi penting untuk mengurangi volume kendaraan tersebut di pusat kota dan digantikan oleh Biskita Trans Pakuan. Sebagian angkot yang masih akan beroperasi di wilayah perbatasan pun perlu perubahan seiring kebijakan pemerintah pusat soal kendaraan listrik.
"Pertimbangan angkot listrik masih perlu pendalaman, sementara Biskita Trans Pakuan juga terus didorong untuk penambahan koridor," katanya.
Dedie menerangkan masih ada dua koridor Biskita Trans Pakuan yang siap mengkonversi angkot 3:1 namun masih menunggu koordinasi lebih lanjut dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Baca juga: Pemkot Bogor anggarkan dana Rp1,8 miliar untuk kendaraan dinas listrik
Percepatan koridor 3 dan 4 pada skema BTS Bis Kita dianggap penting, dimana trayek yang dilayani pada koridor 3 adalah Terminal Bubulak - Sukasari/Lawang Gintung, sedangkan koridor 4 melayani Ciawi - Pomad/Ciparigi. Koridor 3 memiliki panjang koridor sebesar 25,4 kilometer, dan koridor 4 sepanjang 36,0 kilometer.
Bis Kita, sambung Dedie, kini sudah menjadi moda transportasi alternatif yang begitu diminati masyarakat, sehingga Pemkot Bogor masih memerlukan dukungan untuk menambah koridor. Total penumpang sampai dengan saat ini adalah 4.728.484 orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022