Guru Besar Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasial Prof. Dr. Ir. Dwi Rahmalina, MT. mengatakan Thermal energy storage (TES) memberikan fleksibilitas operasi sistem energi yang lebih baik dan memungkinkan untuk digunakan sebagai subtitusi energi termal bahan bakar fosil.
"TES saat ini mendapatkan perhatian yang sangat luas untuk terus ditingkatkan performanya," kata Prof. Dwi Rahmalina di Kampus UP Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan hal ini didasari pada aspek kebutuhan akan energi bersih yang semakin tinggi, upaya pelestarian lingkungan melalui penggunaan material penyimpanan energi yang lebih ramah lingkungan dan aspek ekonomis yang lebih baik agar sistem energi baru terbarukan lebih terjangkau.
Tren perkembangan TES didasari pada pilihan suhu kerja sistem dan juga target durasi penyimpanan. Terlihat bahwa untuk operasi dengan suhu tinggi > 500 °C, composite phase change materials (cPCMs) dan chemical looping memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut.
"Potensi pengembangan material kompos untuk kedua model tersebut bertujuan untuk memberikan ketahananan material yang lebih baik dan daya operasi yang lebih luas," katanya.
Prof. Dwi mengatakan komposit untuk cPCMs maupun chemical looping akan menghasilkan sistem yang lebih dapat dihandalkan dan memiliki kemampuan operasi yang lebih mudah
Untuk operasi suhu di bawah 100 °C, PCM suhu rendah (low-temp PCM) dan salt hydration berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh. Beberapa masalah yang terjadi pada PCM jenis ini dapat disiasati dengan pengembangan komposit yang secara khusus bertujuan untuk menjamin perubahan fasa yang stabil.
"Pada sistem yang menggunakan salt hydration, peluang pengembangan dapat difokuskan untuk menjamin siklus kontinu dari proses hydration dan dehydration," jelasnya.
Pengembangan berkelanjutan dari material komposit untuk aplikas thermal energy storage menunjukkan tren yang cukup menjanjikan pada masa mendatang seperti untuk sektor pembangkit dan industri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"TES saat ini mendapatkan perhatian yang sangat luas untuk terus ditingkatkan performanya," kata Prof. Dwi Rahmalina di Kampus UP Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan hal ini didasari pada aspek kebutuhan akan energi bersih yang semakin tinggi, upaya pelestarian lingkungan melalui penggunaan material penyimpanan energi yang lebih ramah lingkungan dan aspek ekonomis yang lebih baik agar sistem energi baru terbarukan lebih terjangkau.
Tren perkembangan TES didasari pada pilihan suhu kerja sistem dan juga target durasi penyimpanan. Terlihat bahwa untuk operasi dengan suhu tinggi > 500 °C, composite phase change materials (cPCMs) dan chemical looping memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut.
"Potensi pengembangan material kompos untuk kedua model tersebut bertujuan untuk memberikan ketahananan material yang lebih baik dan daya operasi yang lebih luas," katanya.
Prof. Dwi mengatakan komposit untuk cPCMs maupun chemical looping akan menghasilkan sistem yang lebih dapat dihandalkan dan memiliki kemampuan operasi yang lebih mudah
Untuk operasi suhu di bawah 100 °C, PCM suhu rendah (low-temp PCM) dan salt hydration berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh. Beberapa masalah yang terjadi pada PCM jenis ini dapat disiasati dengan pengembangan komposit yang secara khusus bertujuan untuk menjamin perubahan fasa yang stabil.
"Pada sistem yang menggunakan salt hydration, peluang pengembangan dapat difokuskan untuk menjamin siklus kontinu dari proses hydration dan dehydration," jelasnya.
Pengembangan berkelanjutan dari material komposit untuk aplikas thermal energy storage menunjukkan tren yang cukup menjanjikan pada masa mendatang seperti untuk sektor pembangkit dan industri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022