Institut Pertanian Bogor (IPB) menawarkan dua varietas bawang merah dengan produktivitas tinggi yakni bawang merah Tajuk dan SS Sakato untuk menghindari keterbatasan stok yang menyebabkan ketidakstabilan harga di pasaran selama ini.
Salah satu anggota tim peneliti IPB untuk varietas bawang tersebut Dr Awang Maharijaya kepada ANTARA di Kota Bogor, Rabu, mengatakan dengan hadirnya bibit dua varietas bawang yang telah dijual bebas kepada petani maka diharapkan polemik kesejahteraan petani dengan gejolak harga di pasaran, ke depan bisa teratasi.
"Kalau produktivitasnya tinggi, maka hasil panen juga bertambah dalam sekali tanam. Jadi, biaya petani juga tidak tinggi, bisa dapat untung, harga di pasar bisa terjangkau," kata Dr Awang.
Baca juga: Mahasiswa IPB kembangkan inovasi lanskap 3D Bumi Perkemahan Gunung Bawang, Bengkayang, Kalimantan Barat
Menurutnya, penyediaan varietas unggul dan benih bermutu menjadi titik kritis soal pertanian bawang merah. Selain itu, diperlukan teknik produksi yang lebih ramah lingkungan melalui pembenah tanah, irigasi dan pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan pasca panen yang sesuai.
Bawang yang merupakan bahan baku pangan dan industri cukup dibutuhkan di Indonesia, terlebih kata dia, jumlah penduduk yang meningkat membuat kebutuhan bawang juga meningkat.
Varietas bawang merah Tajuk memiliki keunggulan beradaptasi dengan baik pada musim kemarau dan tahan terhadap musim hujan, memiliki aroma yang sangat tajam, cocok untuk bahan baku bawang goreng. Sedangkan varietas bawang merah SS Sakato memiliki keunggulan berupa produktivitas yang tinggi.
Baca juga: Peneliti IPB Cari Teknik Menekan Penyebaran Virus Umbi Bawang Merah
Lebih lanjut, Dr Awang menyampaikan bahwa patut disyukuri diseminasi hasil riset kepada masyarakat sangat baik. Indikasinya, sebagai contoh, kedua varietas bawang (varietas bawang merah tajuk dan SS Sakato) saat ini ditanam pada 14.000 hektar lahan per tahun per varietas.
Dr Awang mengemukakan, masalah utama soal bawang yakni pasokan bawang merah nasional terlalu bergantung dari Kabupaten Brebes dan sekitarnya di Provinsi Jawa Tengah sekitar 89 persen. Hal ini mengakibatkan sering terjadi kelangkaan bawang pada periode tertentu yang menyebabkan fluktuasi harga bawang merah. Oleh karena itu perlu diperkuat sentra-sentra baru yang mampu berproduksi, terutama di luar musim panen di daerah Brebes dan sekitarnya untuk meningkatkan stabilitas produksi.
Ia yang sekaligus peneliti sekaligus Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) menyebutkan bahwa pengembangan varietas bawang merah dilaksanakan berdasarkan roadmap pengembangan bawang merah. Termasuk roadmap pemuliaan yang telah didisain sebelumnya.
Baca juga: Peneliti IPB Ciptakan Budidaya Bawang Merah Gunakan Irigasi Spray Hose
Tim Peneliti PKHT melakukan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura, pemerintah daerah dan para petani, untuk melakukan eksplorasi. Tim kemudian melakukan seleksi terhadap koleksi-koleksi hasil eksplorasi yang berpotensi untuk dapat dikembangkan di wilayah tertentu, yang tentunya juga disesuaikan dengan potensi pasar setempat.
Dr Awang menyampaikan bahwa patut disyukuri diseminasi hasil riset kepada masyarakat sangat baik. Indikasinya, sebagai contoh, kedua varietas bawang (varietas bawang merah tajuk dan SS Sakato) saat ini ditanam pada 14.000 hektare lahan per tahun per varietas.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Salah satu anggota tim peneliti IPB untuk varietas bawang tersebut Dr Awang Maharijaya kepada ANTARA di Kota Bogor, Rabu, mengatakan dengan hadirnya bibit dua varietas bawang yang telah dijual bebas kepada petani maka diharapkan polemik kesejahteraan petani dengan gejolak harga di pasaran, ke depan bisa teratasi.
"Kalau produktivitasnya tinggi, maka hasil panen juga bertambah dalam sekali tanam. Jadi, biaya petani juga tidak tinggi, bisa dapat untung, harga di pasar bisa terjangkau," kata Dr Awang.
Baca juga: Mahasiswa IPB kembangkan inovasi lanskap 3D Bumi Perkemahan Gunung Bawang, Bengkayang, Kalimantan Barat
Menurutnya, penyediaan varietas unggul dan benih bermutu menjadi titik kritis soal pertanian bawang merah. Selain itu, diperlukan teknik produksi yang lebih ramah lingkungan melalui pembenah tanah, irigasi dan pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan pasca panen yang sesuai.
Bawang yang merupakan bahan baku pangan dan industri cukup dibutuhkan di Indonesia, terlebih kata dia, jumlah penduduk yang meningkat membuat kebutuhan bawang juga meningkat.
Varietas bawang merah Tajuk memiliki keunggulan beradaptasi dengan baik pada musim kemarau dan tahan terhadap musim hujan, memiliki aroma yang sangat tajam, cocok untuk bahan baku bawang goreng. Sedangkan varietas bawang merah SS Sakato memiliki keunggulan berupa produktivitas yang tinggi.
Baca juga: Peneliti IPB Cari Teknik Menekan Penyebaran Virus Umbi Bawang Merah
Lebih lanjut, Dr Awang menyampaikan bahwa patut disyukuri diseminasi hasil riset kepada masyarakat sangat baik. Indikasinya, sebagai contoh, kedua varietas bawang (varietas bawang merah tajuk dan SS Sakato) saat ini ditanam pada 14.000 hektar lahan per tahun per varietas.
Dr Awang mengemukakan, masalah utama soal bawang yakni pasokan bawang merah nasional terlalu bergantung dari Kabupaten Brebes dan sekitarnya di Provinsi Jawa Tengah sekitar 89 persen. Hal ini mengakibatkan sering terjadi kelangkaan bawang pada periode tertentu yang menyebabkan fluktuasi harga bawang merah. Oleh karena itu perlu diperkuat sentra-sentra baru yang mampu berproduksi, terutama di luar musim panen di daerah Brebes dan sekitarnya untuk meningkatkan stabilitas produksi.
Ia yang sekaligus peneliti sekaligus Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) menyebutkan bahwa pengembangan varietas bawang merah dilaksanakan berdasarkan roadmap pengembangan bawang merah. Termasuk roadmap pemuliaan yang telah didisain sebelumnya.
Baca juga: Peneliti IPB Ciptakan Budidaya Bawang Merah Gunakan Irigasi Spray Hose
Tim Peneliti PKHT melakukan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura, pemerintah daerah dan para petani, untuk melakukan eksplorasi. Tim kemudian melakukan seleksi terhadap koleksi-koleksi hasil eksplorasi yang berpotensi untuk dapat dikembangkan di wilayah tertentu, yang tentunya juga disesuaikan dengan potensi pasar setempat.
Dr Awang menyampaikan bahwa patut disyukuri diseminasi hasil riset kepada masyarakat sangat baik. Indikasinya, sebagai contoh, kedua varietas bawang (varietas bawang merah tajuk dan SS Sakato) saat ini ditanam pada 14.000 hektare lahan per tahun per varietas.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022