Perth (Antara Megapolitan) - Serangan bom bunuh diri melanda pusat kota Ankara, Turki, pada Minggu (13/3), dan kota Istanbul pada Sabtu (19/3) membuat mahasiswa Indonesia di negeri itu diminta agar ekstra waspada sebab bom terjadi di tempat-tempat keramaian.

Kepada Antara, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Turki (PPI Turki) Azwir Nazar, Minggu pagi menjelaskan bahwa berdasarkan tren yang ada dan peta geopolitik Turki serta stabilitas keamanan kawasan, serangan teror semacam ini bisa jadi bukan yang terakhir.

"Untuk itu diharapkan terutama kepada seluruh elemen (pelajar dan perwakilan pemerintah RI di Turki) memberi perhatian ekstra dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa saja menimpa pelajar atau WNI," kata Azwir.

Sebagai upaya memantau keberadaan sekitar 830 mahasiswa Indonesia yang tersebar di 20 kota, PPI Turki menguatkan jaringan komunikasi antarwilayah dan kampus lewat grup percakapan di WhatsApp (WA).

"Kita punya 10 PPI Wilayah di 10 kota, namun sebaran pelajar kita ada di 20 kota. Kota dengan jumlah pelajar di bawah 10 orang, bergabung dengan PPI wilayah terdekat," kata dia.

Pelajar Indonesia terbanyak ada di Istanbul dan Ankara, dengan masing-masing kota terdapat 200 orang.

"Kita punya grup WA untuk semua pelajar Indonesia di Turki, selain grup PPI wilayah, ada juga kelompok KJRI/KBRI, dan organisasi kemasyarakatan," tambah kandidat doktor komunikasi politik dari University Hacettepe itu.

Himbauan keamanan serupa juga diterbitkan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ankara, Jumat (17/3). Perwakilan diplomatik Amerika memperingatkan warganya tentang perayaan Nevruz yang tersebar di berbagai lokasi 17-21 Maret.

Nevruz adalah festival yang dirayakan Suku Kurdi dan tahun baru Persia merayakan datangnya musim semi. Biasanya Nevruz menjadi ajang demonstrasi damai di Turki, dan warga asing diminta berhati-hati serta menghindari lokasi aksi unjuk rasa.

Serangan bom yang terjadi pada pukul 18.45 di distrik Kizilay, Ankara, Minggu lalu dan di Taksim Squre Area Istanbul hari Sabtu (19/3) terjadi di area pusat transportasi dan pusat keramaian.

Kizilay adalah distrik yang menghubungkan metro bawah tanah dengan distrik lain di Ankara dan Taksim adalah pusat perbelanjaan turis mancanegara di Istanbul.

Sejak Oktober 2015 sudah terjadi tiga serangan bom di Ankara. Pertama 10 Oktober 2015 yang dilakukan ISIS dan menewaskan 103 orang. Kemudian pada 17 Februari 2016 menewaskan 29 orang yang menyerang mobil militer.

Sementara yang kemarin, Minggu (13/3), bom mobil menyerang bus transportasi publik. Sementara di Istanbul 11 Januari 2016 bom juga meledak di kawasan Sultan Ahmed yang menewaskan 10 turis dan mencederai 15 lainnya.

Hingga saat ini berbagai serangan teror tidak menjadikan WNI sebagai target, tapi semua orang bisa saja menjadi korban salah sasaran.

"Diharapkan seluruh pelajar di Turki selalu waspada, berhati-hati, dan senantiasa menjaga komunikasi dengan sesama pelajar. Termasuk menjauh dari tempat keramaian," pungkasnya. (Ant).

   
    

Pewarta: Ella Syafputri

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016