Salah satu sektor usaha yang tidak luput dari dampak pandemi COVID-19 di Indonesia adalah usaha mikro kecil menengah (UMKM). Banyak di antara pelaku UMKM yang harus mengalami penurunan pendapatan secara drastis atau bahkan gulung tikar dalam dua tahun terakhir ini.
Salah satu pelaku UMKM yang berjuang bertahan di tengah pandemi adalah Bambang Siswanto, warga Kota Surabaya, Jatim. Bambang termasuk salah satu di antara ratusan UMKM jahit yang terbilang sukses setelah ditantang oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memproduksi seragam sekolah untuk pelajar SD-SMP dari keluarga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Pahlawan.
Seolah hidup kembali dan terlahir kembali. Bambang bangkit dari belenggu mental, menang atas dirinya sendiri. Ketakutan dari masa lalu yang bertahun-tahun menyandera pikirannya, akhirnya bisa dia tepiskan. Bambang menemukan keberaniannya untuk kembali menjadi penjahit seutuhnya.
"Dulu pernah ada orang yang mengatakan saya, kamu jangan ngaku tailor kalau belum bisa bikin jas. Rasanya sakit sekali mendengarnya. Akhirnya, saat itu saya memutuskan untuk membuka kios permak saja daripada bikin tailor tapi hasilnya diragukan orang. Jadi, mending buka permak bisa jahit, biar bisa beri service lebih ke pelanggan," kata Bambang.
Setidaknya sudah hampir 10 tahun Bambang buka usaha permak. Namun, baru kali ini dia punya kepercayaan diri untuk kembali jadi penjahit baju. Setelah ketemu Tim Surabaya Perkasa (Super) Pemkot Surabaya dan diberi pekerjaan, Bambang melihat produksi dikelola dengan rapi, hak dan kewajiban semuanya tertulis. Dari situlah Bambang mulai membuka hati untuk menjadi penjahit tulen lagi.
Baca juga: Jaktour gandeng 100 UMKM di DKI untuk perluas pasar di "Festival Ramadhan"
Apalagi, saat ini Bambang mampu menerima tantangan Wali Kota Eri Cahyadi untuk memproduksi dan menjahit seragam sekolah. Tentunya, ini jauh lebih gampang dibanding permak. Kalau permak, Bambang kadang sampai lupa apa saja yang harus dipermak, tapi kalau seragam lebih mudah dan gampang.
"Sambil merem (menutup mata) juga sudah jadi. Kalau garapan jahit seragam ini banyak dan konsisten, nanti saya tutup saja permaknya. Saya jadi penjahit baju saja," ujar dia.
Oleh karena itu, Bambang menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Eri dan jajaran Pemkot Surabaya serta Tim Super yang telah memberikannya kesempatan untuk menjadi penjahit tulen. Menurutnya, inilah impian yang selama ini ditunggu-tunggu. Dengan demikian, dia merasa bergairah lagi untuk menjalani hidup.
Hal yang sama juga dirasakan Mujiati, Penjahit Super Bentul Wonokromo. Sejak ditinggal suaminya meninggal 30 tahun lalu, dia menghidupi tiga anaknya dengan menjadi penjahit. Bahkan, hingga punya empat cucu, dia terus semangat menjahit.
Semangatnya tak pudar meski usianya sudah 62 tahun. Dia tak mau kalah dengan penjahit muda lainnya. "Akhir-akhir ini memang sepi jahitan karena pandemi. Saya berpikir bagaimana caranya supaya dapat garapan jahit? Caranya di mana? Saya sampai bingung. Dari situ saya didatangi Times Super untuk diajak bergabung dan akhirnya bergabung hingga sekarang," kata Mujiati.
Bahkan, dia pun mengajak beberapa tetangga untuk membantunya dengan pekerjaan sederhana seperti melipat, menyeterika, dan juga membersihkan bekas benang. "Jadi, berkah itu harus dibagi-bagi, kata dia.
Mujiati adalah satu dari 316 penjahit yang bergabung menjadi Penjahit Super tahun ini. Memasuki tahun 2022, Tim Super menjangkau lebih banyak penjahit di Kota Surabaya, yang sebagian besar adalah MBR.
Baca juga: LPEI dorong pelaku UMKM tembus pasar global melalui Program CPNE
Begitu halnya yang dialami Fatimatul Aniah, salah seorang penjahit di wilayah Kelurahan Sawunggaling. Bu Aan panggilan akrab Fatimatul Aniah menyampaikan bahwa keterlibatan dirinya dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP MBR ini menjadi peruntungan baginya dan para pelaku UMKM penjahit lainnya.
"Alhamdulillah, ini sebagai penggembira bagi warga kami. Semoga penggawean (pekerjaan) terus menerus ada, gak hanya 1-2 bulan sekali saja, jadi dapur juga mengepul," katanya.
Estimasi waktu pengerjaan untuk bawahan saja, kata dia, butuh durasi sekitar 1 jam. Namun karena sudah terbiasa alhasil proses bisa relatif cepat diselesaikan. Pekerjaan
ini sangat membuatnya terbantu dan senang, sehingga dia bergegas cepat menyelesaikan agar dapat (pesanan) lagi.
Bu Aan mengaku telah menggeluti dunia jahit-menjahit sekitar 25 tahun. UMKM penjahit rumahan ini terdiri dari 15 anggota ibu-ibu yang sebelumnya menghasilkan berbagai produk seperti seprei, tas, jilbab, hingga busana muslim.
Seragam gratis
Pemerintah Kota Surabaya mulai mendistribusikan seragam dan perlengkapan sekolah gratis bagi pelajar jenjang SD-SMP dari keluarga MBR dimulai pada 30 Desember 2021. Pendistribusian seragam dan perlengkapan sekolah dilakukan secara bertahap sembari menunggu selesainya proses produksi yang lain dari pelaku UMKM Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, dalam proses pembuatan seragam dan perlengkapan sekolah, pihaknya melibatkan ratusan pelaku UMKM Surabaya. Eri memastikan, Pemkot Surabaya berkomitmen memberikan jaminan penyelenggaraan pendidikan gratis bagi warga, khususnya keluarga MBR.
Di sisi lain, kata Eri, pihaknya juga terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian warga melalui produk UMKM. "Karena itulah saya membuka lapangan pekerjaan untuk teman-teman dari keluarga MBR. Sehingga punya penghasilan dan bisa lepas dari MBR," ujarnya.
Data Dinas Pendidikan Kota Surabaya mencatat, khusus untuk jenjang SMP, setidaknya ada 16.305 siswa penerima bantuan seragam sekolah gratis dari total 63 lembaga pendidikan negeri. Kemudian, sebanyak 10.565 siswa SMP penerima seragam sekolah gratis dari 224 lembaga pendidikan.
Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti menyatakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) harus bisa menggerakkan sektor riil, sehingga UMKM di Kota Surabaya bisa naik kelas.
Baca juga: Kemenkop-Meta Indonesia kolaborasi tingkatkan kualitas UMKM
Untuk itu, Reni mendukung upaya Pemkot Surabaya memberdayakan ratusan UMKM penjahit dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP dari keluarga MBR di Surabaya.
"Kami di DPRD mendukung upaya pemberdayaan UMKM. APBD harus menggerakkan sektor riil yaitu sektor yang bersentuhan langsung dengan ekonomi di masyarakat. UMKM bisa naik kelas," kata Reni.
Reni mengaku telah mengunjungi kediaman salah seorang penjahit di wilayah Kelurahan Sawunggaling, Surabaya, Fatimatul Aniah. Pada saat berkunjung, Reni mendapat penjelasan bahwa proses distribusi bahan kain yang sudah dipotong dilakukan oleh pihak koperasi sebelum akhirnya disalurkan dan dilakukan pengerjaan oleh para UMKM penjahit rumahan untuk proses finishing seragam bermerk Super itu.
"Kami berharap semuanya lancar, target tercapai, menghasilkan produk yang berkualitas dan semoga di 2022 bisa berlanjut dengan melibatkan lebih banyak lagi penjahit rumahan," kata Reni.
Ia juga menyebutkan bahwa ke depan UMKM penjahit diharapkan dapat melayani kebutuhan lainnya di luar MBR seiring kapasitas yang semakin memadai dan pengelolaan yang baik.
Berkah PPDB
Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Surabaya Tahun Ajaran 2021/2022 menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku UMKM penjahit.
Lebih dari 46 ribu pelajar SD dan SMP dari keluarga MBR di Kota Surabaya mendapatkan seragam gratis dari pemerintah kota setempat yang didistribusikan pada Desember 2021. Pos anggaran pengadaan seragam sekolah untuk pelajar MBR telah dianggarkan Rp21,154 miliar melalui Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja (P-APBD) Surabaya 2021.
Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan Risdiana Kusumawati menjelaskan, awal kebangkitan UMKM jahit pada saat PPDB. Pada waktu itu para wali murid merasa keberatan dengan harga seragam yang ditawarkan oleh sekolah.
Hal ini kemudian disikapi oleh Wali Kota Eri Cahyadi dengan menantang UMKM konveksi atau penjahit untuk produksi seragam sekolah dengan standar industri.
"Tantangan ini dijawab oleh UMKM jahit dengan melakukan produksi kembali. Agar tidak hanya mendapat order tetapi saling memberdayakan sesama UMKM, akhirnya mereka bergabung dalam koperasi yang diberi nama program Super," kata Risdiana.
Dengan adanya sinergi ini, para UMKM jahit bisa mendapatkan akses permodalan, bisa mendapatkan harga pembelian yang murah karena pembelian dikoordinir menjadi satu oleh Koperasi, dan mereka bisa menjual dengan harga yang lebih kompetitif.
Keuntungan yang lain adalah mereka mendapat tambahan keterampilan dengan cara menjual di marketplace, serta tambahan penghasilan karena produk mereka tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat Surabaya saja tetapi oleh masyarakat dari manapun.
Oleh karena itu, ke depan jumlah UMKM jahit yang bergabung dalam program Super diharapkan bisa semakin bertambah, dan penghasilan mereka juga semakin meningkat, sehingga menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya. ,
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Salah satu pelaku UMKM yang berjuang bertahan di tengah pandemi adalah Bambang Siswanto, warga Kota Surabaya, Jatim. Bambang termasuk salah satu di antara ratusan UMKM jahit yang terbilang sukses setelah ditantang oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memproduksi seragam sekolah untuk pelajar SD-SMP dari keluarga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Pahlawan.
Seolah hidup kembali dan terlahir kembali. Bambang bangkit dari belenggu mental, menang atas dirinya sendiri. Ketakutan dari masa lalu yang bertahun-tahun menyandera pikirannya, akhirnya bisa dia tepiskan. Bambang menemukan keberaniannya untuk kembali menjadi penjahit seutuhnya.
"Dulu pernah ada orang yang mengatakan saya, kamu jangan ngaku tailor kalau belum bisa bikin jas. Rasanya sakit sekali mendengarnya. Akhirnya, saat itu saya memutuskan untuk membuka kios permak saja daripada bikin tailor tapi hasilnya diragukan orang. Jadi, mending buka permak bisa jahit, biar bisa beri service lebih ke pelanggan," kata Bambang.
Setidaknya sudah hampir 10 tahun Bambang buka usaha permak. Namun, baru kali ini dia punya kepercayaan diri untuk kembali jadi penjahit baju. Setelah ketemu Tim Surabaya Perkasa (Super) Pemkot Surabaya dan diberi pekerjaan, Bambang melihat produksi dikelola dengan rapi, hak dan kewajiban semuanya tertulis. Dari situlah Bambang mulai membuka hati untuk menjadi penjahit tulen lagi.
Baca juga: Jaktour gandeng 100 UMKM di DKI untuk perluas pasar di "Festival Ramadhan"
Apalagi, saat ini Bambang mampu menerima tantangan Wali Kota Eri Cahyadi untuk memproduksi dan menjahit seragam sekolah. Tentunya, ini jauh lebih gampang dibanding permak. Kalau permak, Bambang kadang sampai lupa apa saja yang harus dipermak, tapi kalau seragam lebih mudah dan gampang.
"Sambil merem (menutup mata) juga sudah jadi. Kalau garapan jahit seragam ini banyak dan konsisten, nanti saya tutup saja permaknya. Saya jadi penjahit baju saja," ujar dia.
Oleh karena itu, Bambang menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Eri dan jajaran Pemkot Surabaya serta Tim Super yang telah memberikannya kesempatan untuk menjadi penjahit tulen. Menurutnya, inilah impian yang selama ini ditunggu-tunggu. Dengan demikian, dia merasa bergairah lagi untuk menjalani hidup.
Hal yang sama juga dirasakan Mujiati, Penjahit Super Bentul Wonokromo. Sejak ditinggal suaminya meninggal 30 tahun lalu, dia menghidupi tiga anaknya dengan menjadi penjahit. Bahkan, hingga punya empat cucu, dia terus semangat menjahit.
Semangatnya tak pudar meski usianya sudah 62 tahun. Dia tak mau kalah dengan penjahit muda lainnya. "Akhir-akhir ini memang sepi jahitan karena pandemi. Saya berpikir bagaimana caranya supaya dapat garapan jahit? Caranya di mana? Saya sampai bingung. Dari situ saya didatangi Times Super untuk diajak bergabung dan akhirnya bergabung hingga sekarang," kata Mujiati.
Bahkan, dia pun mengajak beberapa tetangga untuk membantunya dengan pekerjaan sederhana seperti melipat, menyeterika, dan juga membersihkan bekas benang. "Jadi, berkah itu harus dibagi-bagi, kata dia.
Mujiati adalah satu dari 316 penjahit yang bergabung menjadi Penjahit Super tahun ini. Memasuki tahun 2022, Tim Super menjangkau lebih banyak penjahit di Kota Surabaya, yang sebagian besar adalah MBR.
Baca juga: LPEI dorong pelaku UMKM tembus pasar global melalui Program CPNE
Begitu halnya yang dialami Fatimatul Aniah, salah seorang penjahit di wilayah Kelurahan Sawunggaling. Bu Aan panggilan akrab Fatimatul Aniah menyampaikan bahwa keterlibatan dirinya dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP MBR ini menjadi peruntungan baginya dan para pelaku UMKM penjahit lainnya.
"Alhamdulillah, ini sebagai penggembira bagi warga kami. Semoga penggawean (pekerjaan) terus menerus ada, gak hanya 1-2 bulan sekali saja, jadi dapur juga mengepul," katanya.
Estimasi waktu pengerjaan untuk bawahan saja, kata dia, butuh durasi sekitar 1 jam. Namun karena sudah terbiasa alhasil proses bisa relatif cepat diselesaikan. Pekerjaan
ini sangat membuatnya terbantu dan senang, sehingga dia bergegas cepat menyelesaikan agar dapat (pesanan) lagi.
Bu Aan mengaku telah menggeluti dunia jahit-menjahit sekitar 25 tahun. UMKM penjahit rumahan ini terdiri dari 15 anggota ibu-ibu yang sebelumnya menghasilkan berbagai produk seperti seprei, tas, jilbab, hingga busana muslim.
Seragam gratis
Pemerintah Kota Surabaya mulai mendistribusikan seragam dan perlengkapan sekolah gratis bagi pelajar jenjang SD-SMP dari keluarga MBR dimulai pada 30 Desember 2021. Pendistribusian seragam dan perlengkapan sekolah dilakukan secara bertahap sembari menunggu selesainya proses produksi yang lain dari pelaku UMKM Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, dalam proses pembuatan seragam dan perlengkapan sekolah, pihaknya melibatkan ratusan pelaku UMKM Surabaya. Eri memastikan, Pemkot Surabaya berkomitmen memberikan jaminan penyelenggaraan pendidikan gratis bagi warga, khususnya keluarga MBR.
Di sisi lain, kata Eri, pihaknya juga terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian warga melalui produk UMKM. "Karena itulah saya membuka lapangan pekerjaan untuk teman-teman dari keluarga MBR. Sehingga punya penghasilan dan bisa lepas dari MBR," ujarnya.
Data Dinas Pendidikan Kota Surabaya mencatat, khusus untuk jenjang SMP, setidaknya ada 16.305 siswa penerima bantuan seragam sekolah gratis dari total 63 lembaga pendidikan negeri. Kemudian, sebanyak 10.565 siswa SMP penerima seragam sekolah gratis dari 224 lembaga pendidikan.
Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti menyatakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) harus bisa menggerakkan sektor riil, sehingga UMKM di Kota Surabaya bisa naik kelas.
Baca juga: Kemenkop-Meta Indonesia kolaborasi tingkatkan kualitas UMKM
Untuk itu, Reni mendukung upaya Pemkot Surabaya memberdayakan ratusan UMKM penjahit dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP dari keluarga MBR di Surabaya.
"Kami di DPRD mendukung upaya pemberdayaan UMKM. APBD harus menggerakkan sektor riil yaitu sektor yang bersentuhan langsung dengan ekonomi di masyarakat. UMKM bisa naik kelas," kata Reni.
Reni mengaku telah mengunjungi kediaman salah seorang penjahit di wilayah Kelurahan Sawunggaling, Surabaya, Fatimatul Aniah. Pada saat berkunjung, Reni mendapat penjelasan bahwa proses distribusi bahan kain yang sudah dipotong dilakukan oleh pihak koperasi sebelum akhirnya disalurkan dan dilakukan pengerjaan oleh para UMKM penjahit rumahan untuk proses finishing seragam bermerk Super itu.
"Kami berharap semuanya lancar, target tercapai, menghasilkan produk yang berkualitas dan semoga di 2022 bisa berlanjut dengan melibatkan lebih banyak lagi penjahit rumahan," kata Reni.
Ia juga menyebutkan bahwa ke depan UMKM penjahit diharapkan dapat melayani kebutuhan lainnya di luar MBR seiring kapasitas yang semakin memadai dan pengelolaan yang baik.
Berkah PPDB
Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Surabaya Tahun Ajaran 2021/2022 menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku UMKM penjahit.
Lebih dari 46 ribu pelajar SD dan SMP dari keluarga MBR di Kota Surabaya mendapatkan seragam gratis dari pemerintah kota setempat yang didistribusikan pada Desember 2021. Pos anggaran pengadaan seragam sekolah untuk pelajar MBR telah dianggarkan Rp21,154 miliar melalui Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja (P-APBD) Surabaya 2021.
Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan Risdiana Kusumawati menjelaskan, awal kebangkitan UMKM jahit pada saat PPDB. Pada waktu itu para wali murid merasa keberatan dengan harga seragam yang ditawarkan oleh sekolah.
Hal ini kemudian disikapi oleh Wali Kota Eri Cahyadi dengan menantang UMKM konveksi atau penjahit untuk produksi seragam sekolah dengan standar industri.
"Tantangan ini dijawab oleh UMKM jahit dengan melakukan produksi kembali. Agar tidak hanya mendapat order tetapi saling memberdayakan sesama UMKM, akhirnya mereka bergabung dalam koperasi yang diberi nama program Super," kata Risdiana.
Dengan adanya sinergi ini, para UMKM jahit bisa mendapatkan akses permodalan, bisa mendapatkan harga pembelian yang murah karena pembelian dikoordinir menjadi satu oleh Koperasi, dan mereka bisa menjual dengan harga yang lebih kompetitif.
Keuntungan yang lain adalah mereka mendapat tambahan keterampilan dengan cara menjual di marketplace, serta tambahan penghasilan karena produk mereka tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat Surabaya saja tetapi oleh masyarakat dari manapun.
Oleh karena itu, ke depan jumlah UMKM jahit yang bergabung dalam program Super diharapkan bisa semakin bertambah, dan penghasilan mereka juga semakin meningkat, sehingga menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya. ,
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022