Jalalabad, Afghanistan (Antara/AFP/Antara Megapolitan) - Sebuah pesawat militer Amerika Serikat jatuh di bagian timur Afghanistan pada Jumat, mewaskan 11 orang termasuk enam tentara NATO dalam suatu kemunduran baru setelah pemberontak Taliban menguasai sebentar kota Kunduz.

Serangan Taliban di bagian utara ibu kota provinsi tersebut, keberhasilan terbesar mereka sejak 2001, menandai satu pukulan bagi pasukan Afghanistan yang dilatih NATO. Pasukan itu telah bertempur dengan kemampuan sendiri sejak Desember lalu.

NATO menyatakan pihaknya masih menyelidiki sebab jatuhnya sebuah pesawat angkut militer C-130 pada Jumat dekat Jalalabad di bagian timur negara itu.

Kolonel Brian Tribus dari Angkatan Darat AS mengatakan bahwa jatuhnya pesawat, pada tengah malam Jumat waktu setempat, menewaskan enam tentara AS dan lima kontraktor sipil.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengaku di Twitter bahwa para pengikut Taliban telah menjatuhnya pesawat itu.

Walau demikian Mayor Tony Wickman dari AD AS berkata kepada AFP,"Dengan kepercayaan tinggi saya dapat katakan bahwa suatu serangan musuh tidak menyebabkan jatuhnya pesawat tersebut. Hal itu masih diselidiki."

Taliban biasanya mengaku telah menjatuhkan pesawat militer.

Jatuhnya pesawat itu terjadi ketika Amnesty International mengecam para pemberontak atas kejahatan yang mereka lakukan di Kunduz, yang jatuh ke tangan militan lima hari lalu dalam serangan cepat.

Sebuah gambar terbatas telah muncul mengenai kondisi di kota itu menyusul klaim-klaim yang berbeda oleh pemerintah Afghanbistan dan Taliban mengenai siapa yang menguasai.

Namun para warga masyarakat mengatakan kepada AFP pada Jumat pagi bahwa pertempuran tampaknya telah mereda.

"Anda tidak akan melihat siapapun di jalan-jalan, toko-toko tutup dan tak ada pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah," kata Zabihullah, seorang warga Kunduz kepada AFP.

"Kemarin, sejumlah orang luka-luka dalam pertempuran di dalam kota," ujar dia. "Mereka menderita cedera ringan dan mereka takut meninggalkan rumah-rumah mereka untuk ke rumah sakit karena tembakan dan serangan Taliban."

Makanan terbatas dan tak ada pasokan listrik, kata dia.

Shahir, yang juga warga setempat, mengatakan kepada AFP tak terdengar suara tembakan atau ledakan-ledakan di kota Jumat pagi.

Namun, ia menambahkan,"Kami tidak dapat bergerak dari rumah kami dan berjalan kaki di jalan-jalan karena Taliban mengambil posisi-posisi di gedung-gedung tinggi, mereka menembak siapa saja, sipil adan militer."
 
Penerjemah: M. Anthoni.

    

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015