Bogor, (Antaranews Bogor) - Masyarakat Pengindraan Jauh Indonesia atau MAPIN dituntut untuk meningkatkan kompetensi dan sertifikasi terutama dalam menghadapi AFTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
"AFTA dan MEA menuntut sumber daya manusia Pengindraan jarak jauh yang berkompetensi serta bersetifikasi. Tingkatkan profesionalisme SDM MAPIN, agar kita siap bersaing," kata Ketua Umum MAPIN Prof Dewayany Sutrisno dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan XX dan Kongres MAPIN VI di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan pengindraan jarak jauh atau Indraja sangat dibutuhkan untuk menjawab semua persoalan baik di Daerah Aliran Sungai, mitigasi bencana, pemetaan wilayah darat, dan laut, serta masih banyak lainnya.
"Ini menjadi tugas berat pengurus MAPIN 2015 ini untuk meningkatkan kopetensi dan profesionalitas seluruh anggotanya sampai akhir tahun ini sebelum AFTA dan MEA dimulai," kata dia.
Menurutnya untuk meningkatkan kopetensinya MAPIN harus membuka peluang kerja sama seluas-luasnya karena banyak pihak yang membutuhkan Pengindraan jarak jauh, selain itu teknologi pengolahan data citra tersebut juga terus berkembang setiap saat.
"Teknologi Indraja terus berkembang semakin canggih, informasi yang diperoleh semakin akurat. Dan sudah banyak pihak yang menggunakan teknologi ini tidak hanya BNPB untuk kebencanaan tetapi juga daerah-daerah lain termasuk amanat Pemerintah untuk sektor kemaritiman," katanya.
Ia mengatakan, saat ini tercatat ada sekitar 1.000 orang anggota MAPIN yang tersebar di seluruh Indonesia yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang tidak kalah dengan negara lainnya.
Indonesia memiliki sumber daya manusia di bidang pengindraan jarak jauh serta teknologi yang mumpuni untuk dikembangkan. Sehingga perlu latihan dan traning secara berkelanjutan untuk mengikuti perkembangan teknologi.
"Harapan kita Indonesia bisa memiliki satelit sendiri, selama ini untuk membuat peta kita harus beli data dari luar dan itu memerlukan biaya yang mahal. Jika kita sudah memiliki satelit sendiri maka kemampuan SDM Indraja bisa terus dilatih," katanya.
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke XX dan Kongres MAPIN ke VI mengangkat tema "Perkembangan Pengindraan Jarak Jauh di Indonesia dan Pemanfaatannya Untuk Perencanaan Wilayah, Pengelolaan DAS dan Mitigasi Bencana Alam".
Acara yang berlangsung selama dua hari ini dihadiri oleh sejumlah narasumber diantaranya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Thomas Djamaluddin, Deputi Bidang Geospasial Tematik BIG Nurwadjedi, Kepala Pusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dan Deputi TPSA BPPT Rdwan Djamaluddin.
Wakil Rektor bidang Riset dan Kerja Sama IPB Prof Anas Mifta Fauzi menyambut baik terselenggaranya kegiatan MAPIN sebagai salah satu langkah penting meningkatkan kemampuan pengindraan jarak jauh di Indonesia.
"Pengindraan jarak jauh sangat penting, terutama di sektor pertanian melakukan pemetaan kapan musim tanam yang cocok untuk petani, begitu juga di sektor kelautan dan kehutanan," katanya.
Ia menambahkan, IPB memiliki banyak pakar begitu juga di bidang Pengindraan jarak jauh sudah bekerja sama dengan LAPAN dalam memproduksi satelit LISAT yang akan diluncurkan sekitar akhir 2015 atau awal 2016.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"AFTA dan MEA menuntut sumber daya manusia Pengindraan jarak jauh yang berkompetensi serta bersetifikasi. Tingkatkan profesionalisme SDM MAPIN, agar kita siap bersaing," kata Ketua Umum MAPIN Prof Dewayany Sutrisno dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan XX dan Kongres MAPIN VI di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan pengindraan jarak jauh atau Indraja sangat dibutuhkan untuk menjawab semua persoalan baik di Daerah Aliran Sungai, mitigasi bencana, pemetaan wilayah darat, dan laut, serta masih banyak lainnya.
"Ini menjadi tugas berat pengurus MAPIN 2015 ini untuk meningkatkan kopetensi dan profesionalitas seluruh anggotanya sampai akhir tahun ini sebelum AFTA dan MEA dimulai," kata dia.
Menurutnya untuk meningkatkan kopetensinya MAPIN harus membuka peluang kerja sama seluas-luasnya karena banyak pihak yang membutuhkan Pengindraan jarak jauh, selain itu teknologi pengolahan data citra tersebut juga terus berkembang setiap saat.
"Teknologi Indraja terus berkembang semakin canggih, informasi yang diperoleh semakin akurat. Dan sudah banyak pihak yang menggunakan teknologi ini tidak hanya BNPB untuk kebencanaan tetapi juga daerah-daerah lain termasuk amanat Pemerintah untuk sektor kemaritiman," katanya.
Ia mengatakan, saat ini tercatat ada sekitar 1.000 orang anggota MAPIN yang tersebar di seluruh Indonesia yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang tidak kalah dengan negara lainnya.
Indonesia memiliki sumber daya manusia di bidang pengindraan jarak jauh serta teknologi yang mumpuni untuk dikembangkan. Sehingga perlu latihan dan traning secara berkelanjutan untuk mengikuti perkembangan teknologi.
"Harapan kita Indonesia bisa memiliki satelit sendiri, selama ini untuk membuat peta kita harus beli data dari luar dan itu memerlukan biaya yang mahal. Jika kita sudah memiliki satelit sendiri maka kemampuan SDM Indraja bisa terus dilatih," katanya.
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke XX dan Kongres MAPIN ke VI mengangkat tema "Perkembangan Pengindraan Jarak Jauh di Indonesia dan Pemanfaatannya Untuk Perencanaan Wilayah, Pengelolaan DAS dan Mitigasi Bencana Alam".
Acara yang berlangsung selama dua hari ini dihadiri oleh sejumlah narasumber diantaranya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Thomas Djamaluddin, Deputi Bidang Geospasial Tematik BIG Nurwadjedi, Kepala Pusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dan Deputi TPSA BPPT Rdwan Djamaluddin.
Wakil Rektor bidang Riset dan Kerja Sama IPB Prof Anas Mifta Fauzi menyambut baik terselenggaranya kegiatan MAPIN sebagai salah satu langkah penting meningkatkan kemampuan pengindraan jarak jauh di Indonesia.
"Pengindraan jarak jauh sangat penting, terutama di sektor pertanian melakukan pemetaan kapan musim tanam yang cocok untuk petani, begitu juga di sektor kelautan dan kehutanan," katanya.
Ia menambahkan, IPB memiliki banyak pakar begitu juga di bidang Pengindraan jarak jauh sudah bekerja sama dengan LAPAN dalam memproduksi satelit LISAT yang akan diluncurkan sekitar akhir 2015 atau awal 2016.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015