Jakarta (ANTARA) - Mengapa dipilih nama lanjut usia, bukan usia lanjut? Begini ceritanya:
Syahdan, para anggota DPR yang tengah menyusun RUU terkait orang tua dibuat terperangah, terhenyak dan terkesima. Dan mereka, seperti yang sering kita dengar, langsung setuju. Apa pasal?
"Kalau kita pilih lanjut usia, singkatannya lansia, kalau usia lanjut, singkatannya sialan," kata Taufiequrachman Ruky, yang biasa dipanggil TR, disambut gelak tawa dan tepuk tangan hadirin waktu "launching" Lansia aktif dan peduli Indonesia (Lantip), 6 Oktober lalu.
Itu kisah zaman Orba, waktu Irjen Pol TR sebagai pimpinan fraksi ABRI bertugas memimpin sidang komisi DPR. Kini TR, yang mantan ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korups) adalah ketua Lantip.
Baca juga: Muslim Indonesia Buktikan Cinta Ketertiban, Kedamaian, NKRI
Dalam kosa kata bahasa Jawa, lantip artinya cerdas. Pas! Alasannya, para pendiri dan pimpinan Lantip adalah para cerdik pandai lintas profesi. Ada profesor, dokter, pebisnis, pensiunan PNS, dan purnawirawan. Mereka bisa disebut lansia mapan.
Peluncuran Lantip diselenggarakan dalam gedung baru, bercat putih dengan arsitektur megah ala Gedung Putih (White House), yakni Gedung Tribrata milik polisi, di kawasan Jakarta Selatan. Acaranya dikemas apik dengan sebuah talkshow bertajuk "Kiat Sukses Menjadi Lansia Aktif, Sehat dan Tetap Berperan untuk Bangsa & Negara."
Lima lansia top tampil sebagai narsum, yakni Prof Dr. Subroto, 96, ekonom dan mantan menteri Pak Harto, Titik Puspa, 82, penyanyi multi talenta sepanjang masa, Prof. Dr. Franz Graf von Magnis Suseno, Romo/ruhaniawan Katholik, Darmiyanto, 82, penarik becak dan pelari marathon kelas dunia dan Suwondo, 65, tokoh penghijauan pantai Blitar Selatan.
Baca juga: Bang Jablai, Penjahit Keliling Roda Tiga Nan Perkasa
Pak Broto, sekalipun duduk di kursi roda, tetap bersemangat, memikat dengan nada suaranya yang tinggi dan menggugah. Ia menyampaikan kiat 4 M, yakni membaca, menulis, menghitung, dan musik. Ia membagi lansia dalam tiga ketegori: lansia muda (60-70), lansia madya (70-80) dan lansia paripurna (80 - up).
Mbak Titik Puspa, yang tampil atraktif, berkisah tentang pasrah, mensyukuri apa saja yang Gusti Allah berikan. Ia melantunkan lagu "Kupu-kupu Malam" dan "Mo-Romo ana Maling" atas permintaan moderator dan hadirin.
Baca juga: Dompet Dhuafa menghimpun donasi Rp96 miliar selama Ramadhan 1440 Hijriyah
Romo Magnis minta lansia tidak perlu dihantui takut mati. Kematian pasti datang, hadapi dengan tenang, penuh syukur. Tuhan dalam agama Katholik adalah Kasih, sedangkan dalam Islam disebut Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dalam keadaan apapun mati berarti diterima Tangan Tuhan yang terbuka penuh kasih. "Tuhan tidak menakutkan," katanya.
Darmiyanto, yang berkalung medali bertumpuk, bercerita ia mengikuti perlombaan lari untuk membawa nama Indonesia. Ia selalu membawa bendera Merah Putih. Suwondo, berkisah ia menanam pohon karena dorongan batin untuk berbuat demi kebaikan sesama. Salah satu pohon, yang ia tanam tahun 2010 sekarang bisa menaungi 20 orang lebih.
Prof Saparinah Sadeli, 93, psikolog, yang tampil sehat dan ceria, ketika didaulat untuk berbicara, menyatakan: menjadi tua bukan berarti tidak berguna. Ia menginisiasi perkumpulan Sahabat Lansia Tangguh dengan motto SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Rajin, Taat).
Baca juga: Parni Hadi: Menulis Cerdaskan Perempuan Indonesia
Sejumlah perkumpulan lansia telah berdiri di Jakarta dan daerah dengan berbagai kegiatan yang menyehatkan dan menghibur. Contohnya, the Indonesian Senior Club (Indocare) aktif mengajak lansia belajar menyanyi dan menari lagu-lagu dan tarian tradisional Indonesia. Demikian pula Suluk Budaya Nusantara.
Ketua Lantip, TR, menyatakan anggotanya aktif di berbagai kegiatan positip yang berguna bagi generasi muda khususnya, negara dan bangsa pada umumnya. Ia juga mengingatkan tidak semua lansia hidup enak, banyak yang menderita, miskin atau dhuafa.
Baca juga: Parni Hadi Buka Konferensi ASEAN Soal Rohingya
Menanggapi pernyataan itu, saya sebagai inisiator Dompet Dhuafa (DD) dan GERLI (Gerakan Relawan Lansia Indonesia) menawarkan kerja sama kemitraan dengan semua lansia tanpa melihat latar belakang suku, ras, budaya, ideologi, dan profesi. DD dan GERLI berkiprah untuk segala usia, termasuk bayi melalui aksi peduli menyusui untuk hindari stunting.
Alhamdulillah, gayung bersambut, TR setuju. Proyek pertamanya: membantu lansia dhuafa yang sakit di desa Kadujajar, Lebak, Banten. Lebih senang jadi lansia kaya dan sehat daripada lansia miskin dan sakit (ph/ANT-BPJ).
*) Parni Hadi, Wartawan Pofetik.
Lansia Menggeliat: Sehat dan Bermanfaat
Rabu, 9 Oktober 2019 19:05 WIB
Kalau kita pilih lanjut usia, singkatannya lansia, kalau usia lanjut, singkatannya sialan.