Bekasi (Antara Megapolitan) - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memesan 70.000 meter kubik tanah merah seharga Rp13 miliar guna implementasi sistem sanitary landfill yang diklaim aman dari potensi longsor selama berlangsungnya musim hujan.
"Kita sudah `order` tanah merah, fungsinya untuk hindari longsoran sampah," kata Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu Bantargebang Asep kuswanto di Bekasi, Jumat.
Menurut dia, mekanisme pemanfaatan tanah merah itu untuk mengikat lapisan tumpukan sampah warga DKI agar leih padat dan kuat.
Sistem standar pengolahan sampah itu dilakukan saat ketinggian sampah mencapai 4 meter, lalu dilakukan pemadatan dengan alat berat dan ditimbun dengan tanah merah setebal 15-20 centimeter.
Saat ini pihaknya masih melakukan pemetaan terhadap sejumlah zona untuk penerapan sistem tersebut berdasarkan tingkat kerawanannya.
Menurut Asep, lereng pada zona tumpukan sampah saat ini masih relatif landai, karena setiap harinya selalu dipadatkan dengan alat berat.
"Lereng zona penumpukan sampah sekarang lebih landai daripada tahun sebelumnya. Setiap hari kita rapihkan untuk cegah longsor. Jangan sampai mencapai kemiringan 90 drajat karena kalau hujan sedikit, bisa jatuh tumpukannya," katanya.
Pihaknya mengklaim, tingkat kemiringan lereng sampah di lokasi itu saat ini baru berkisar 30 drajat, sehingga minim terjadi longsor yang berpotensi menganggu distribusi sampah maupun sistem saluran air di lokasi itu.
"Kalau hanya 30 drajat, sampah tidak akan sampai jatuh sekaligus. kita lakukan pembenahan setiap hari lerengnya. Setiap hari kita papas supaya tidak terlalu membahayakan," katanya.
Dinas LH DKI Jakarta juga membuat saluran air pada bagian puncak tumpukan sampah guna menghidari longsor yang diakibatkan kikisan air.
"Di bagian atas zona kita buat drainase untuk air bisa mengalir lancar, codetan ini supaya air mengalir ke bawah," katanya.
Antisipasi Longsor Sampah Bantargebang, DKI Lakukan Ini
Jumat, 20 Oktober 2017 18:03 WIB
Kita sudah `order` tanah merah, fungsinya untuk hindari longsoran sampah.