Bogor, 17/6 (ANTARA) - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Khairil Anwar Notodiputro mengatakan penelitian sebagai "obat mujarab" untuk mewujudkan pendidikan yang berbudaya.
"Penelitian merupakan faktor utama dalam upaya mewujudkan pendidikan berbudaya," katanya saat dihubungi ANTARA dari Bogor, Minggu, sebelum menuju Makassar, Sulawesi Selatan.
Ia berada di Makassar guna mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Jaringan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (Rakornas Jalitbang Dikbud) pada Minggu hingga Rabu (20/6).
Menurut Khairil Anwar, semua pemangku kepentingan pendidikan di lingkungan Kemdikbud perlu mengapresiasi dan menindaklanjuti hasil penelitian demi mewujudkan masa depan pendidikan yang lebih berkualitas dan berbudaya.
Selama ini, kata dia, publik acapkali bertanya terkait keberadaan dan kontribusi Badan Penelitian dan Pengembangan di lingkungan berbagai kementerian dalam mendorong proses pengambilan kebijakan.
Bahkan, kata mantan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB itu, ada yang mengatakan bahwa lembaga ini cenderung menghabiskan anggaran saja.
Munculnya pertanyaan atau pendapat semacam itu dinilainya wajar karena masih ada kesenjangan antara rekomendasi hasil penelitian dan kebijakan yang diterapkan.
Hal itu, kata dia, dapat disebabkan oleh ketiadaan garis hubung yang jelas antara hasil penelitian, rekomendasi, media penyampaian dan kebijakan yang diambil.
"Untuk itu, rekomendasi harus berdasarkan hasil penelitian yang ilmiah, valid dan objektif," katanya.
Menyikapi hal tersebut, Balitbang Kemdikbud, menggagas Rakornas Jalitbang Dikbud tersebut.
"Rakornas Jarlitbang Dikbud sebagai wahana perumusan rekomendasi sekaligus media penyampaian kebijakan sehingga rekomendasi lebih komprehensif dan lebih operasional," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Balitbang Kemdikbud Hendarman Anwar menambahkan, kegiatan Rakornas Jarlitbang Dikbud menghadirkan para pihak yang memiliki kepedulian soal penelitian dari seluruh Indonesia, dengan mengangkat tema "Membangun Sinergi, Meningkatkan Kinerja Penelitian dan Pengembangan".
Kegiatan tersebut digagas dengan harapan dapat mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mndesain pengambilan kebijakan dan mendukung program pendidikan dan kebudayaan yang efektif dan akuntabel melalui peningkatan kapasitas jaringan penelitian dan pengembangan.
Selain itu, kegiatan tersebut juga diharapkan daapat menyatukan persepsi dan pemahaman dalam rangka penyelarasan program kebijakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan serta strategi pelaksanaannya, serta mengoordinasikan pelaksanaan program/kegiatan berkaitan dengan penelitian kebijakan.
Kemudian, pengembangan kurikulum di daerah, pengembangan pendidikan karakter berbasis kebudayaan, penjaminan mutu hasil ujian nasional. "Local Examination Agency" (LEA), dan pengembangan bank soal daerah.
Rakornas akan dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan Musliar Kasim, Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), staf Khusus Presiden bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah, para Bupati/Walikota di Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini juga menghadirkan ratusan peserta dari berbagai pihak terkait, yakni Balitbangda, Bappeda dan BP3D dari 33 Provinsi, Bappeda/Balibangda dari 37 Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi seluruh Indonesia, Dinas Pendidikan 13 Kabupaten/Kota yang masuk proyek percontohan LEA, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dari 30 Provinsi, Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT), dan Balai Bahasa Sulawesi Selatan.
Selanjutnya, Pusat Kajian Kebudayaan UI, UNPAD, Universitas Andalas, UGM, Universitas Udayana dan Unhas, Pemerintahan Provinsi dan DPRD Sulsel, dan rektor perguruan tinggi se-Sulawesi Selatan.