Jakarta (ANTARA) - Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori menyoroti pentingnya upaya untuk mengurangi risiko bencana iklim yang dibarengi dengan perlindungan terhadap lingkungan.
“Tak ada negara yang luput dari dari dampak pandemi COVID-19 maupun kejadian-kejadian iklim yang ekstrem. Namun hal yang penting adalah kedua tipe bencana itu dapat dimitigasi dampaknya melalui pengurangan bencana,” ujar Mami dalam konferensi pers persiapan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang dipantau dari Jakarta, Jumat.
Forum GPDRR yang akan diselenggarakan di Bali, kata dia, akan membahas upaya membangun ketahanan bencana yang berkesinambungan dengan perlindungan lingkungan.
“Saya rasa Indonesia adalah tuan rumah yang tepat. Meski rentan terhadap bencana dan telah menghadapi berbagai bencana, (Indonesia) telah menemukan cara untuk mengatasi risiko bencana di tingkat nasional dan daerah,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa diperlukan kepemimpinan politik dari lapis teratas pemerintah daerah dan pusat untuk upaya tersebut.
“Sejalan dengan tema besar G20 Indonesia dan kita bisa menjadikan risiko menjadi ketahanan (risk to resilience) dan meningkatkan perekonomian kita,” kata dia menambahkan.
Selama COP26 pada tahun lalu, kata Mizutori, tampak jelas bahwa ketahanan terhadap bencana memiliki peranan penting, dan di COP27 tahun ini di Mesir, akan ada pembahasan lebih lanjut tentang bagaimana adaptasi terhadap iklim dapat menyatu dengan penurunan risiko komprehensif.
Hal tersebut menjadi penting khususnya bagi negara berkembang, negara kepulauan serta negara- negara kecil, kata dia.
“Platform global ini akan menjembatani COP26 dan COP27 melalui diskusi terkait iklim dan pengurangan risiko bencana,” ujarnya.
Baca juga: BNPB laporkan 1.175 kejadian bencana alam selama periode 1 Januari-3 April
Baca juga: BPBD Bekasi targetkan penambahan 12 desa tangguh bencana 2022