Bogor, (Antaranews Bogor) - Satelit Lisat (Lapan-IPB Satelit) atau Satelit A3 yang dibuat oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional bersama dengan IPB akan diluncurkan pada pertengahan 2016.
"Kalau tidak ada hambatan peluncuran akan dilakukan menumpang satelit milik India pada pertengahan 2016," kata Direktur Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Suhermanto dalam symposium internasional LISAT di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Suhermanto menjelaskan LISAT merupakan satelit pertama buatan anak negeri yang dirakit di Tanah Air memiliki kemampuan pengamatan jarak jauh untuk menopang program ketahanan pangan.
Kerja sama pembuatan satelit LISAT telah dilakukan oleh LAPAN dan IPB sejak 2010 dimana LAPAN bertugas dalam pembuatan satelit, pembangunan teknologi muatan misi satelit, bus satelitn dan operasi satelit.
"Karena Lapan tidak memiliki kemampuan dalam hal ketahanan pangan maka kita menggandeng IPB untuk menetapkan spesifikasi muatan misi satelit pengindaraan jarak jauh dan pengelolaan pemanfaatan data satelit pengindraan jarak jauh untuk menopang program ketahanan pangan," kata Suhermanto.
Menurut Suhermanto, karena Indonesia belum memiliki mesin peluncur satelit, maka harus menumpang ke negara asing dalam hal ini milik India.
Indonesia mendapat kesempatan untuk meluncurkan satelit menggunakan roket India karena sudah bekerja sama menggunakan kawasan di Biak sebagai tempat telemetri sejak 2007.
"Atas kerja sama ini, Indonesia mendapat kesempatan meluncurkan satelit, dan peluncuran satelit di India biayanya lebih murah dibanding negara lain," kata Suhermanto.
Suhermanto menjelaskan satelit LISAT akan ditempatkan pada orbit Sun synchronous Low Earth Orbit (SsO LEO) pada ketinggian sekitar 650 kilometer.
Satelit LISAT lanjut Suhermanto akan bergerak di Polar antara Kutub Utara dan Kutub Selatan. Akan melintas sebanyak tiga kali selama 12 menit di atas Indonesia, sisanya akan melintasi negara lain.
"Kita hanya bisa mengontak selama 36 menit, sehingga tidak sepanjang waktu, karena satelit pengindraan jarak jauh, akan melintasi khatulistia pada jam 9 pagi," kata Suhermanto.
Data yang ditangkap oleh LAPAN melalui satelit LISAT akan dikirim kepada Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB untuk diterjemahkan dan disiarkan kepada masyarakat.
"Seluruh data dari Satelit LISAT diolah oleh PPLH IPB, ini bisa digunakan untuk pengamanan lahan pertanian, bisa juga untuk kebencanaan dan kemaritiman termasuk titik panas," kata Kepala PPLH IPB Hefni Effendi.
Hefni menyebutkan, selama ini Indonesia menggunakan data pengindraan jarak jauh dari Satelit Asing yang disewa oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan Indonesia belum memiliki satelit sendiri.
Menurut Hefni, kebutuhan satelit di Indonesia sudah sangat penting mengingat sejumlah negara telah memiliki satelit sendiri seperti Singapura dan India.
Suhermanto menambahkan, Indonesia selain LISAT atau A3, LAPAN juga akan mengorbitkan Satelit A2 yang dibuat bekerja sama dengan Orari yang memiliki fungsi sebagai penanganan pasca bencana.
Sebelumnya, Indonesia pada tahun 2007 Indonesia telah mengorbitkan Satelit A1 yang belum memiliki spesifikasi, hanya untuk demonstrasi dan mengalami riset untuk pembuatan satelit dalam negeri.
Setelah Satelit LISAT atau A3 dan A2, LAPAN juga tengah mempersiapkan Satelit A4 dan A5 yang bekerja sama dengan Tiongkok dalam peluncurannya.
Lapan siap orbitkan satelit LISAT pertengahan 2016
Rabu, 26 November 2014 6:36 WIB