Rumah Zakat berupaya memanfaatkan dana Zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) dengan mendirikan lumbung pangan yang kini tersebar di 33 titik di delapan provinsi, lumbung pangan ini merupakan upaya menangani krisis pangan yang diprediksi FAO akan melanda dunia akibat pandemi COVID-19.
CEO Rumah Zakat Nur Efendi, Selasa, di Bandung, mengatakan lumbung pangan tersebut saat ini sudah menghasilkan 60 ton beras yang bisa digunakan oleh masyarakat di daerahnya dan juga disimpan sebagai cadangan pangan di masa krisis.
"Konsep lumbung pangan ini terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf dalam menangani krisis. Kami akan berupaya untuk menambah titik lumbung pangan, sebagai wujud ikhtiar mencegah dampak dari krisis pangan yang diprediksi akan terjadi," tutur Nur Efendi.
Dia mengatakan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) memegang peranan penting dalam mengatasi dampak dari COVID-19, mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, hingga pangan.
Baca juga: Harga gula pasir di Karawang capai Rp17 ribu per kilogram
Untuk sektor kesehatan, dana ziswaf dapat dimanfaatkan untuk program penyediaan alat perlindungan diri tenaga medis, ventilator, hingga suplemen kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sementara itu dalam sektor ekonomi, dana Ziswaf digunakan untuk memberdayakan pelaku UMKM yang usahanya terdampak.
"Melalui dana sosial yang diamanahkan donatur, kami berupaya membantu 518 UMKM yang terdaftar sebagai unit usaha terdampak COVID-19. Bantuan yang diberikan bukan hanya modal, tapi juga pendampingan agar usaha mereka dapat terus berjalan di tengah pandemi," kata Nur Efendi.
Baca juga: Mendag ingin masyarakat berani laporkan jika temukan harga gula pasir sangat tinggi
Sementara itu, Chief Program Officer Rumah Zakat Murni Alit Baginda menambahkan, ibadah qurban merupakan salah satu momen yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan cadangan pangan bagi Indonesia dan dunia.
Caranya adalah dengan menggunakan teknologi untuk mengemas daging qurban agar memiliki daya tahan yang lebih lama, sehingga dapat didistribusikan sepanjang tahun.
"Sejak tahun 2000, Rumah Zakat menggulirkan program Superqurban yakni pengolahan daging qurban menjadi kornet dan juga rendang yang memiliki daya tahan hingga tiga tahun sehingga praktis untuk didistribusikan ke seluruh wilayah di Indonesia bahkan dunia," kata Murni.
"Kami yakin kalau Superqurban ini dapat menjadi salah satu upaya dalam penyediaan cadangan pangan di masa pandemi COVID-19," lanjut Murni.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
CEO Rumah Zakat Nur Efendi, Selasa, di Bandung, mengatakan lumbung pangan tersebut saat ini sudah menghasilkan 60 ton beras yang bisa digunakan oleh masyarakat di daerahnya dan juga disimpan sebagai cadangan pangan di masa krisis.
"Konsep lumbung pangan ini terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf dalam menangani krisis. Kami akan berupaya untuk menambah titik lumbung pangan, sebagai wujud ikhtiar mencegah dampak dari krisis pangan yang diprediksi akan terjadi," tutur Nur Efendi.
Dia mengatakan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) memegang peranan penting dalam mengatasi dampak dari COVID-19, mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, hingga pangan.
Baca juga: Harga gula pasir di Karawang capai Rp17 ribu per kilogram
Untuk sektor kesehatan, dana ziswaf dapat dimanfaatkan untuk program penyediaan alat perlindungan diri tenaga medis, ventilator, hingga suplemen kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sementara itu dalam sektor ekonomi, dana Ziswaf digunakan untuk memberdayakan pelaku UMKM yang usahanya terdampak.
"Melalui dana sosial yang diamanahkan donatur, kami berupaya membantu 518 UMKM yang terdaftar sebagai unit usaha terdampak COVID-19. Bantuan yang diberikan bukan hanya modal, tapi juga pendampingan agar usaha mereka dapat terus berjalan di tengah pandemi," kata Nur Efendi.
Baca juga: Mendag ingin masyarakat berani laporkan jika temukan harga gula pasir sangat tinggi
Sementara itu, Chief Program Officer Rumah Zakat Murni Alit Baginda menambahkan, ibadah qurban merupakan salah satu momen yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan cadangan pangan bagi Indonesia dan dunia.
Caranya adalah dengan menggunakan teknologi untuk mengemas daging qurban agar memiliki daya tahan yang lebih lama, sehingga dapat didistribusikan sepanjang tahun.
"Sejak tahun 2000, Rumah Zakat menggulirkan program Superqurban yakni pengolahan daging qurban menjadi kornet dan juga rendang yang memiliki daya tahan hingga tiga tahun sehingga praktis untuk didistribusikan ke seluruh wilayah di Indonesia bahkan dunia," kata Murni.
"Kami yakin kalau Superqurban ini dapat menjadi salah satu upaya dalam penyediaan cadangan pangan di masa pandemi COVID-19," lanjut Murni.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020