Universitas Indonesia (UI) merekomendasikan kebijakan 'Gotong Royong Kebangsaan" untuk mempercepat penanganan COVID-19 yang bukan hanya mengancam status kesehatan masyarakat, tetapi juga akan berdampak serius pada perekonomian dunia termasuk Indonesia.

Rektor UI Prof. Ari Kuncoro dalam keterangan tertulis, Rabu mengatakan sebagai kampus penyandang nama bangsa, UI berkomitmen memberikan sumbangsih pemikiran, riset, dan inovasi dalam mendukung pemerintah mengatasi pandemi COVID-19.

Ia mengatakan pada sisi tinjauan sosial, ia melihat bahwa tidak hanya pencegahan secara medis, yang tidak kalah pentingnya adalah pencegahan dan perlindungan dari berbagai masalah ekonomi dan sosial sebagai dampak COVID-19.

Baca juga: UI kembangkan APD respirator pemurni udara untuk tenaga medis

Gotong Royong Kebangsaan bisa dibangun melalui beberapa hal, yaitu pengorganisasian solidaritas sosial bagi kelompok rentan secara lintas komunitas, kerangka kerja relawan komunitas yang komprehensif, optimalisasi filantropi, peningkatan kemandirian ekonomi wilayah, informasi yang ramah publik, pengelolaan kerelawanan yang efektif dan ramah komunitas, dan penguatan modal sosial bagi para penyelenggara negara.

Sementara Wakil Rektor UI bidang Riset dan Inovasi Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris mengatakan "policy brief" ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan menjaga keseimbangan antara keselamatan, kesehatan masyarakat dan kehidupan sosial.

"Usulan kebijakan ini adalah satu diantara enam usulan (tinjauan sosial, kesehatan, kelembagaan, regulasi, ekonomi, dan pajak) yang akan disampaikan ke pemerintah," katanya.

Baca juga: RSUI buka layanan dokter secara online

Tim Tinjauan Sosial UI merumuskan bahwa gotong royong merupakan strategi yang dinilai paling sesuai untuk mengatasi pandemi COVID-19 di Indonesia. Hingga saat ini, pemerintah telah menjalankan dan menyempurnakan ragam bantuan bagi masyarakat yang terdampak COVID-19.

Namun, kekhawatiran muncul mengenai kapan bantuan-bantuan tersebut akan diberikan dan sejauh mana efektivitasnya dalam mengatasi dampak ekonomi dan sosial di masyarakat. Pandemi COVID-19 meninggalkan ketidakpastian, sehingga muncul pertanyaan akan seberapa kuat daya tahan (resiliensi) masyarakat, pasar, dan bahkan negara dalam menanggung situasi ini.

Baca juga: Mahasiswa UI menciptakan aplikasi asesmen risiko COVID-19

Salah seorang anggota tim perumus Dicky Pelupessy, Ph.D. menyampaikan bahwa COVID-19 dapat menjadi “modal” untuk membangun keguyuban. Daya tahan akan dapat terbangun dengan baik apabila berbagai pihak, khususnya masyarakat luas, memiliki komitmen yang sama untuk saling mendukung, bahu-membahu, baik secara ekonomi maupun sosial.

"Dengan strategi gotong royong, dapat meredam potensi gesekan/konflik sosial diantara warga," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020