Bogor  (Antaranews Bogor) - Wali Kota Bogor, Bima Arya mendapat kesempatan menjadi penguji di luar komisi dalam ujian terbuka program Doktor Pascasarjana IPB yang berlangsung di Kampus Dramaga, Selasa.

Bima Arya menjadi salah satu dari dua penguji di luar komisi dalam disertasi yang berjudul "Model Perumusan Kebijakan Pemanfaatan Lahan Berbasis Ekologi Lanskap di Kawasan Sempadan Sungai Ciliwung Kota Bogor" oleh Budi Susetyo.

Dalam disertasinya, Budi Susetyo memaparkan kebijakan penataan kawasan sempadan sungai memiliki arti strategis dalam upaya pemeliharaan kelestarian lingkungan serta konservasi tanah dan air karena merupakan kawasan "buffer zone" atau secara legal formal ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat.

"Tetapi situasinya kawasan sempadan Ciliwung yang melintasi Kota Bogor banyak ditempati pemukiman liar. Hal ini berpotensi menimbulkan dampak ekologi yang besar yakni pengurangan potensi ruang terbuka hijau, terutama pohon-pohon bernilai konservasi," kata Budi.

Budi menyebutkan, keberadaan kawasan sempadan sungai diatur dalam Peraturan Pemerintah No 38/2011 tentang sungai, Keputusan Presiden No 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai.

Ia mengatakan, realitas di lapangan banyak terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut, sehingga harapan pemerintah terhadap fungsi kawasan sempadan tidak tercapai, diantaranya adanya perumahan atau pemukiman di bibir sungai, banyaknya bangunan liar, adanya bangunan fisik untuk berbagai tujuan.

Dalam disertasinya, Budi mengatakan, perlu Model Perumusan Kebijakan yang bersifat komprehensif agar tingkat implementasinya dapat terukur. Salah satu komponen model tersebut adalah analisis kemampuan dan kesesuaian lahan, analisis preferensi masyarakat dan analisis nilai pohon termasuk jasa lingkungan.

"Saya menggunakan pendekatan indikator nilai pohon, masyarakat banyak tidak peduli begitu juga dengan pemerintah daerah. Padahal nilai pohon di sepanjang Ciliwung sebesar Rp118 miliar merupakan aset pemerintah yang harus dijaga dan dipertahankan, karena kedepannya akan memberikan nilai tambah dengan adanya jasa lingkungan serta pohon peneduh," katanya.

Sebagai penguji luar komisi, Wali Kota Bogor, Bima Arya mendapat kesempatan pertama menguji mahasiswa Doktoral IPB tersebut. Bima mengaku ini untuk pertama kalinya ia menguji mahasiswa yang rambutnya sudah putih.

"Karena selama ini saya menguji mahasiswa yang rambutnya pirang karena masih muda rambut dicat," kata Bima memulai percakapan.

Dalam kesempatan itu Bima mempertanyakan kerangka pemikiran dalam disertasi yang dipaparkan yakni tentang ruang terbuka hijau. Karena Bima merasa programnya untuk meningkatkan jumlah RTH di Kota Bogor justru mendapat kritikan, karena konsep tersebut dinilai kurang optimal.

Selanjutnya, Bima menanyakan tentang metode disertasi yang dilakukan oleh calon doktor tersebut. Menurut Bima apakah metodologi yang digunakan peneliti dapat diterapkan dan di negara atau kota mana di Indonesia yang sudah menerapkannya.

Peneliti menjawab bahwa sejumlah negara sudah menggunakan metodelogi tersebut seperti Norwegia, Denmark dan Texas.

Bima juga mempertanyakan soal jenis pohon yang harus ditanam, apakah harus disesuaikan jenisnya. Karena ia setuju dengan pemikiran mantan Dandrem 061 Siliwangi Dony Monardo yang mengembangbiakkan tanaman Trembesi untuk di tanam karena memiliki akar yang kuat dan dahan yang rindang.

"Tetapi ketika saya berkomunikasi dengan Komunitas Peduli Ciliwung, saran ini dinilai tidak tepat. Karena Trenbesi bukan jenis tanaman asli Indonesia. Yang saya ingin tanyakan, apakah pohon punya rasa nasionalisme, apa ada pohon asli Indonesia," kata Bima.

Menjawab hal itu, Peneliti mengatakan, bahwa penanaman pohon di sepanjang bantaran Ciliwung hendaknya harus disesuaikan jenis yang cocok untuk kawasan tersebut. Dari hasil penelitiannya, ia menemukan ada 50 jenis pohon yang tumbuh di sepanjang bantar Ciliwung kebanyakan adalah Alpukat yang merupakan tanaman bukan asli Indonesia.

"Berdasarkan kajian seyogyanya menanam dengan menimbang aspek jenisnya, karena jika berasal dari daerah aslinya maka akan sustainable dan berbasis ekologi landskap. Pohon yang asli Indonesia seperti kecapi dan Nangka," kata Budi.

Bima mengaku tertarik dengan disertasi yang dipaparkan oleh Budi Susetyo yang berharap metodelogi yang digunakan oleh peneliti akan menjadi yang pertama di Kota Bogor bila menerapkannya.

Sebelumnya, Bima juga sempat mengkritisi jumlah ruang terbuka hijau yang dipaparkan peneliti di dalam disertasinya sebesar 51 persen. Karena berdasarkan data dari BPS jumlah RTH di Kota Bogor masih kurang dari 30 persen seperti yang diamanatkan undang-undang.

"Jangan-jangan angkot yang hijau-hijau juga termasuk ruang terbuka hijau. Jadi dari mana angka ini," kata Bima.

Menanggapi hal itu, peneliti yakin bahwa data yang dimilikinya dapat dipertanggungjawabkan karena berdasarkan dari data milik Pemerintah Kota Bogor. Data tersebut ia peroleh dengan memasukkan Kebun Raya Bogor serta lapangan bola.

Disertasi "Model Perumusan Kebijakan Pemanfaatan Lahan Berbasis Ekologi Lanskap di Kawasan Sempadan Sungai Ciliwung Kota Bogor" oleh Budi Susetyo merupakan bimbingan dari Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin, MS bersama tim pembimbingnya Prof Dr Ir Machfud MS, Dr Ir Widiatmaka, DEA, dan Dr Ir Nurhayati H.S Arifin. MSc.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014