Sudah tidak diragukan lagi, keberadaan Palang Merah Indonesia (PMI) di tengah masyarakat khususnya korban bencana alam sangat penting dan dibutuhkan. Lembaga yang berisikan para relawan kemanusiaan dari Sabang sampai Merauke ini selalu tampil yang terdepan dalam memberikan pelayanan, bantuan hingga menghibur warga yang sedang didera musibah.

Seperti gempa bumi dahsyat yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang diiringi bencana lainnya seperti tsunami dan likuifaksi, sehingga tidak hanya meluluh lantahkan kota yang dipimpin Pasha Ungu (wakil wali kota) juga menghancurkan sebagian daerah di Sigi dan Donggala.

Akibat musibah tersebut ribuan nyawa melayang, belum lagi ribuan jasad hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya ditambah ratusan ribu warga kehilangan tempat tinggalnya dan mengharuskan tinggal di tenda-tenda pengungsian dengan kondisi yang ala kadarnya.

Bencana yang terjadi pada 28 September 2018 tidak hanya menghancurkan permukiman warga, fasilitas keagamaan, sosial maupun pemerintahan serta sarana dan prasarana lainnya seperti ruang kelas atau sekolah ikut.

Baca juga: Alhamdulillah berkat PMI, solat kembali khusyuk

Salah satunya, Madrasah Tsanawiyah Al-Khairat yang berada di Biromaru, Kabupaten Sigi yang hampir 100 persen bangunan sekolahnya rata dengan tanah baik itu ruang kelas dan guru maupun sarana lainnya akibat dahsyatnya guncangan gempa lalu tersebut.

Pascabencana itu, kegiatan belajar mengajar (KBM) terpaksa harus berhenti sementara dan 168 pelajarnya diliburkan karena tidak adanya peralatan maupun sarana untuk menunjang aktivitas guru dan murid.

Tentunya ini menjadi perhatian utama pihak sekolah apalagi pelajar kelas IX dalam waktu dekat akan melaksanakan Ujian Akhir Negara (UAN) yang membutuhkan asupan berbagai mata pelajaran.

Dengan terpaksa, pihak sekolah mendirikan tenda dan memanfaatkan masjid untuk dijadikan kelas darurat, karena enam ruang kelas MTS ini rata dengan tanah. Kondisi yang serba darurat ini sangat mempengaruhi KBM di madrasah setingkat SMP itu.

Cuaca yang terik, kering dan berdebu menyebabkan ratusan pelajar dari kelas VII hingga IX tidak bisa berkonsentrasi dalam menyerap ilmu yang diberikan setiap guru yang mengajar.

Baca juga: Mamah izinkan saya bantu saudara-saudaraku

Namun, bagaimana pun juga KBM harus tetap dilaksanakan, karena pelajar akan melaksanakan ujian sekolah dan khususnya murid kelas IX harus mempersiapkan segala sesuatunya dalam menghadapi UAN, apalagi ujiannya tersebut berbasis komputer.

Pihak sekolah pun harus memutar otak demi keberlangsungan pendidikan anak didiknya sambil berharap
ada bantuan untuk kembali membangun sekolah ini, agar aktivitas KBM bisa kembali normal dan pelajar berkonsentrasi dalam menyerap ilmu pelajaran.


PMI Hadir Wujudkan Harapan

Berbulan-bulan KBM ratusan pelajar MTS Al-Khairat belajar di tenda darurat dan sebagian ada yang di masjid. Meskipun tidak layak untuk aktivitas transportasi ilmu dari guru ke murid, bahkan pihak sekolah harus memangkas jadwal belajar anak, karena jika hari sudah mulai siang suasana di dalam tenda menjadi panas ditambah pelajar harus berdesakan, karena aktivitas KBM dari kelas VII dan VIII disatukan.

Tidak berselang lama, Tim PMI yang sedang melakukan assessment sekaligus mendata kondisi madrasah tersebut untuk mengetahui apa saja yang bisa dibantu oleh lembaga kemanusiaan itu.

Komunikasi pun kemudian terjalin secara intens antara pihak MTS Al-Khairat dengan PMI. Setelah melalui berbagai proses yang cukup panjang mulai dari pendataan hingga evaluasi akhirnya sekolah ini ditetapkan sebagai salah satu penerima bantuan.

Mendapat kabar baik itu, berulang kali pihak sekolah mengucap syukur dan berterima kasih kepada PMI yang akan kembali membangun madrasah terbaik di wilayah Biromaru. Deraian air mata bahagia baik guru maupun pelajar tidak bisa terbendung lagi dan terus membasahi pipi mereka.

"MTS ini mempunyai enam ruang belajar, satu perpustakaan dan satu ruang guru sekaligus kantor. Seluruh kelas hancur saat gempa yang tersisa hanya ruang guru dan perpustakaan itu pun kondisinya sudah banyak yang retak dan khawatir roboh," kata Kepala MTs Al-Khairat Biromaru Hadijah.

Baca juga: Moh Iron Relawan PMI Iron Man-nya Kota Palu

Kehadiran PMI ke sekolahnya tersebut merupakan berkah yang tidak ternilai, karena telah mewujudkan harapan warga sekolah yang menginginkan KBM kembali nyaman.

Tidak henti-hentinya mereka berterima kasih kepada lembaga kemanusiaan yang didirikan Jean Henri Dunant pada 24 Juni 1859, apalagi proses pembangunannya bisa berlangsung cepat sehingga saat ini pelajar bisa kembali belajar secara normal dan nyaman.

Bangunan baru madrasah ini pun menggunakan konsep ramah gempa dan disabilitas dan juga disediakan beberapa sarana untuk membiasakan pelajar berperilaku hidup bersih dan sehat.

Bantuan pembangunan tersebut berasal dari donasi warga Jawa Tengah yang terkumpul melalui oleh PMI Provinsi Jateng kemudian disalurkan untuk membantu proses pemulihan pascabencana khususnya memperbaikan dan membangun kembali sarana pendidikan (sekolah), masjid dan panti asuhan di Palu, Sigi dan Donggala.


Diresmikan langsung Gubernur Jateng

Keceriaan pun tampak di wajah pelajar dan guru serta jajaran MTs Al-Khairat saat Gubernur Jateng Ganjar Pranowo datang langsung untuk meresmikan sekolah ini. Tentunya kehadiran orang nomor satu di Jateng tersebut menjadi kebanggaan tersendiri, karena jarak bukan menjadi halangan atau pembatas untuk bisa saling peduli dan membantu.

Kepedulian warga Jateng melalui donasinya itu akan selalu membekas di hati warga Kota Palu, Kabuten Sigi dan Donggala, karena telah membantu pemulihan khususnya di bidang pendidikan dan keagamaan pascabencana.

Ketua PMI Provinsi Jateng Imam Triyanto mengatakan donasi yang terkumpul dari warga Jateng tersebut digunakan untuk membantu pemulihan beberapa sarana pendidikan, sosial dan keagamaan.

Pengumpulan donasi yang dilakukan pihaknya pada akhir 2018 cepat terkumpul bantuan sebesar Rp3,6 miliar. Dana itu digunakan untuk membangun lima sekolah, dua masjid dan dua panti asuhan.

Setelah terkumpulnya donasi tersebut, pihaknya langsung memproses dan mengevaluasi untuk mengindentifikasi satu persatu calon penerima bantuan.

Akhirnya setelah proses yang cukup panjang itu ditentukan lokasi untuk penyaluran bantuan pembangunan tersebut yakni Masjid Rahmatullah Lonja, Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Masjid Tarbiyatul Quran di Desa Loru, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.

Kemudian, Panti Asuhan Al-Insan di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, SD Nurul Islam di Kelurahan Lambara, Kecamatan Taweli, Kota Palu, TK Harapan Bangsa di Desa Jonooge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.

Selanjutnya, MI Nahdatul Khairaa Labuan, Desa Labuan Lalea, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, MTs Al-Khairat Biromaru, Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru dan TK Terpadu Al-Amanah di Desa Jonooge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.

"Pelayanan dan bantuan yang diberikan PMI hingga saat ini masih berlangsung, bahkan di saat yang lainnya sudah meninggalkan daerah terdampak baik di Palu, Sigi maupun Donggala, relawan kami masih berjibaku melakukan aktivitas kemanusiaan bagi korban bencana di daerah ini," katanya.
   

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020