Gibran Rakabuming Raka atau biasa disebut Gibran, yang merupakan putra Presiden RI ke 7 Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan sudah mengutarakan akan maju sebagai calon Walikota Solo Jawa Tengah Periode 2020-2025. Baik itu di Media cetak, online, maupun langsung kepada masyarakat Solo. Hal ini tentunya dengan aktivitasnya yang demikian telah menyedot banyak perhatian publik di semua kalangan.
Bukan hanya menjadi perhatian publik secara umum, namun ia kini juga menjadi perhatian bagi banyak partai politik yang nanti akan mengusungnya. Meskipun dalam skema pengusungannya juga belum jelas akan menggunakan kendaraan partai apa. Sebut saja Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sampai hari ini juga belum memberikan rekomendasi kepada Gibran. Padahal kalau kita lihat secara sekilas, Gibran adalah anak dari penguasa di negeri ini yang tentunya memiliki kekuatan politik dan komunikasi level nasional dan tidak perlu diragukan lagi. Tentunya ini harus menjadi pertimbangan khusus bagi partai pemenang Pemilu 2019 ini. Meskipun dalam sisi yang lain masih ada, Achmad Purnomo, Wakil wali kota Solo periode sekarang ini adalah kader PDIP-P yang sangat militan dan diakui secara pengalamannya. Ia juga mengaku sudah mendapat amanah dari DPC PDI-P Kota Surakarta untuk maju sebagai Walikota bersama Teguh.
Sedangkan Gibran juga sudah mendaftarkan dirinya ke DPD PDI-P Jateng pada tanggal 12 Desember 2019 lalu. Ia sudah melakukan berbagai tahapan mulai dari administrasi sampai uji kepatuhan dan kelayakan (fit and proper test) sebagai salah satu langkah demokrasi sebelum benar-benar mendapatkan rekomendasi resmi dari PDI-P.
Surat Keputusan (SK) rekomendasi secara resmi tentunya masih dalam proses penggodokan di internal partai yang disesuaikan dengan perkembangan politik. SK yang dimaksud harus melalui rapat DPP PDI-P. Tidak hanya cukup dengan rekomendasi dari DPC PDI-P Kota Solo saja.
Secara personal, kita bias melihat bahwa Gibran merupakan sosok pemuda yang memiliki kemampuan dan image yang cukup baik di berbagai kesempatan publik. Selain populer karena menjadi anak Presiden, Gibran cukup sukses dalam dunia bisnis yang dirintisnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran anak muda saat ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan berbagai hal, inovasi, kreasi yang tentunya akan lebih progresif jika dibandingkan dengan generasi tua.
Secara elektabilitas, sementara nama Gibran mentereng di posisi paling atas dalam survey internal PDI-P.
Meski demikian, penentuan rekomendasi dari partai terhadap calon yang akan diusung tidaklah mudah. Tentunya mereka akan melakukan penghitungan secara matematis dan kalkulasi kemampuan seorang kader yang akan diusung untuk mendapatkan suara terbanyak dalam suatu momen politik. Mereka akan menggodok secara internal kader manakah yang memiliki potensial meraup suara tinggi. Hal tersebut mungkin bisa dipertimbangkan melalui elektabilitas di masyarakat dan personal quality (kualitas pribadi) tokoh.
Jika kita melihat Gibran sebagai tokoh muda tentunya ia akan sangat berpotensi menggeret pemilih-pemilih millennial di Kota Solo yang jumlahnya tidak kecil. Misalnya mengacu pada DPT Kota Solo dalam momen Pemilu 209 lalu ada sekitar 421.999 jiwa.
Belum lagi di tahun 2020 ini, jumlah pemilih tersebut akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia generasi muda yang belum berkesempatan menjadi pemilih di tahun 2019. Gibran akan lebih lentur dan mudah menjalin komunikasi dengan mereka. Pasalnya, pemikiran dan gaya (style) yang ia miliki akan cukup mudah merepresentasikan peran generasi muda dalam dunia politik yang penuh dengan inovasi dan gagasan yang lebih millennial dan progresif.
Lantas, apakah cukup hanya mengandalkan suara dari generasi muda? Tentu jawabannya tidak. Karena masih banyak pemilih tua yang akan memiliki sumbangsih lebih besar dalam jumlah suara yang akan didapatkan. Dengan jaringan yang dimiliki Jokowi ketika memipin Kota Solo selama 2 (dua) periode tentunya akan memberikan kontribusi tersendiri baginya. Ada kekuatan rujukan dan kekuatan referent yang ia miliki dari sosok bapaknya di mata masyarakat Solo secara luas.
Kemampuan manajerial sudah ia tunjukan juga meskipun dalam hal bisnis. Ia telah sukses mengelola kerajaan bisnisnya bersama saudaranya, Kaesang, bisnis martabak sampai dengan es doger. Hal ini tidak bias kita singkap begitu saja, perjuangan dan ketekunannya menjukkan suatu keahlian/skill yang cukup baik akan dipandang oleh banyak orang. Dengan demikian peluang Gibran dalam Pilwakot 2020 kali ini cukup terbuka untuk bisa meneruskan jejak ayahandanya yang pernah memimpin Kota Solo “The Spirit of Java” bahkan selama dua periode. (64/*).
*) Penulis: Pemerhati Bidang Sosial Politik dan Agama, Menetap di Surabaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Bukan hanya menjadi perhatian publik secara umum, namun ia kini juga menjadi perhatian bagi banyak partai politik yang nanti akan mengusungnya. Meskipun dalam skema pengusungannya juga belum jelas akan menggunakan kendaraan partai apa. Sebut saja Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sampai hari ini juga belum memberikan rekomendasi kepada Gibran. Padahal kalau kita lihat secara sekilas, Gibran adalah anak dari penguasa di negeri ini yang tentunya memiliki kekuatan politik dan komunikasi level nasional dan tidak perlu diragukan lagi. Tentunya ini harus menjadi pertimbangan khusus bagi partai pemenang Pemilu 2019 ini. Meskipun dalam sisi yang lain masih ada, Achmad Purnomo, Wakil wali kota Solo periode sekarang ini adalah kader PDIP-P yang sangat militan dan diakui secara pengalamannya. Ia juga mengaku sudah mendapat amanah dari DPC PDI-P Kota Surakarta untuk maju sebagai Walikota bersama Teguh.
Sedangkan Gibran juga sudah mendaftarkan dirinya ke DPD PDI-P Jateng pada tanggal 12 Desember 2019 lalu. Ia sudah melakukan berbagai tahapan mulai dari administrasi sampai uji kepatuhan dan kelayakan (fit and proper test) sebagai salah satu langkah demokrasi sebelum benar-benar mendapatkan rekomendasi resmi dari PDI-P.
Surat Keputusan (SK) rekomendasi secara resmi tentunya masih dalam proses penggodokan di internal partai yang disesuaikan dengan perkembangan politik. SK yang dimaksud harus melalui rapat DPP PDI-P. Tidak hanya cukup dengan rekomendasi dari DPC PDI-P Kota Solo saja.
Secara personal, kita bias melihat bahwa Gibran merupakan sosok pemuda yang memiliki kemampuan dan image yang cukup baik di berbagai kesempatan publik. Selain populer karena menjadi anak Presiden, Gibran cukup sukses dalam dunia bisnis yang dirintisnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran anak muda saat ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan berbagai hal, inovasi, kreasi yang tentunya akan lebih progresif jika dibandingkan dengan generasi tua.
Secara elektabilitas, sementara nama Gibran mentereng di posisi paling atas dalam survey internal PDI-P.
Meski demikian, penentuan rekomendasi dari partai terhadap calon yang akan diusung tidaklah mudah. Tentunya mereka akan melakukan penghitungan secara matematis dan kalkulasi kemampuan seorang kader yang akan diusung untuk mendapatkan suara terbanyak dalam suatu momen politik. Mereka akan menggodok secara internal kader manakah yang memiliki potensial meraup suara tinggi. Hal tersebut mungkin bisa dipertimbangkan melalui elektabilitas di masyarakat dan personal quality (kualitas pribadi) tokoh.
Jika kita melihat Gibran sebagai tokoh muda tentunya ia akan sangat berpotensi menggeret pemilih-pemilih millennial di Kota Solo yang jumlahnya tidak kecil. Misalnya mengacu pada DPT Kota Solo dalam momen Pemilu 209 lalu ada sekitar 421.999 jiwa.
Belum lagi di tahun 2020 ini, jumlah pemilih tersebut akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia generasi muda yang belum berkesempatan menjadi pemilih di tahun 2019. Gibran akan lebih lentur dan mudah menjalin komunikasi dengan mereka. Pasalnya, pemikiran dan gaya (style) yang ia miliki akan cukup mudah merepresentasikan peran generasi muda dalam dunia politik yang penuh dengan inovasi dan gagasan yang lebih millennial dan progresif.
Lantas, apakah cukup hanya mengandalkan suara dari generasi muda? Tentu jawabannya tidak. Karena masih banyak pemilih tua yang akan memiliki sumbangsih lebih besar dalam jumlah suara yang akan didapatkan. Dengan jaringan yang dimiliki Jokowi ketika memipin Kota Solo selama 2 (dua) periode tentunya akan memberikan kontribusi tersendiri baginya. Ada kekuatan rujukan dan kekuatan referent yang ia miliki dari sosok bapaknya di mata masyarakat Solo secara luas.
Kemampuan manajerial sudah ia tunjukan juga meskipun dalam hal bisnis. Ia telah sukses mengelola kerajaan bisnisnya bersama saudaranya, Kaesang, bisnis martabak sampai dengan es doger. Hal ini tidak bias kita singkap begitu saja, perjuangan dan ketekunannya menjukkan suatu keahlian/skill yang cukup baik akan dipandang oleh banyak orang. Dengan demikian peluang Gibran dalam Pilwakot 2020 kali ini cukup terbuka untuk bisa meneruskan jejak ayahandanya yang pernah memimpin Kota Solo “The Spirit of Java” bahkan selama dua periode. (64/*).
*) Penulis: Pemerhati Bidang Sosial Politik dan Agama, Menetap di Surabaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020