Bogor, 9/2 (ANTARA) - Jumlah warga negara asing pencari suaka dan pengungsi yang menempati tempat penampungan sementara Cisarua, Puncak Kabupaten Bogor, Jawa Barat terus bertambah setiap tahunnya, dari 373 orang tahun lalu menjadi 567 pada tahun ini.

"Kantor Imigrasi Bogor mencatat hingga kini, jumlah imigran gelap tersebut telah mencapai 567 orang. Sementara tahun lalu periode Juni jumlahnya hanya 373 orang," kata Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Bambang Catur, di Bogor, Kamis.

Bambang mengatakan, para pengungsi dan pencari suaka tersebut saat ini menempati villa dan perumahan yang tersebar di 42 titik di wilayah Cisarua Puncak.

Para imigran gelap yang ditempatkan di tempat penampungan sementara Cisarua Puncak dikhususkan untuk para wanita, orang tua, anak-anak dan keluarga.

Lebih lanjut dijelaskan Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakin) Andhika menyebutkan, para imigran gelap pencari suaka tersebut kebanyakan berasal dari negara Timur Tengah dan Asia seperti Iran, Irak, Afganistan, dan Pakistan.

"Bogor ditunjuk sebagai tempat penampungan sementara bagi imigran dan pengungsi yang sudah berkeluarga, wanita dan lansia. Para pengungsi ini dikirim dari sejumlah kantor Imigrasi yang ada di Indonesia," katanya.

Menurut Andhika, hampir setiap bulannya selalu ada penambahan pengiriman pengungsi asing. Seperti Februari ini ada 15 orang yang terdiri dari lima keluarga asal Iran dikirim oleh Dirjen Imigrasi ke tempat penampungan Cisarua

Beberapa dari mereka sudah menetap dan tinggal di Cisarua Puncak selama empat bahkan lima tahun, ada pula yang baru beberapa bulan tinggal, karena tidak tahan meminta dikembalikan ke negara asal.

Para imigran tersebut keluar dari negerinya untuk mencari suaka di negara ketiga karena negeri mereka tidak aman bagi mereka.

"Mereka memilih menjadi imigran karena di negeri mereka selalu terjadi perang. Tujuan mereka sebenarnya Australia," kata Andhika.

Andika mengatakan, seluruh biaya hidup dan tinggal para pengungsi ditanggung oleh masing-masing organisasi yang menampung mereka seperti International organization for Migran (IOM), (Church world service (CWS) dan Jesus refugee service (JRS) yang dikoordinasi oleh UNHCR.

Sementara itu, Kepala Sub Seksi Pengawasan Wasdakim, Ujang Cahya menyebutkan jumlah imigran yang ada di Cisarua Puncak lebih banyak dari data yang ada karena banyak imigran yang datang secara ilegal dan menetap namun tidak terdata.

Oleh karena itu, pihaknya meningkatkan pengawasan terhadap para imigran gelap agar tidak menimbulkan gangguan di masyarakat.

"Pengawasan rutin kita lakukan setiap minggunya, kita memonitor kegiatan dan keberadaan mereka selama di penampungan," kata Ujang.

Ujang menambahkan, tidak diketahui batas waktu para Imigran tersebut akan menetap di Cisarua Puncak. Karena untuk dapat diterima di negara ketiga, para imigran tersebut harus menunggu dalam waktu yang lama.

 
Laily R

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012