Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menghadapi kendala keterbatasan anggaran dalam menangani pencemaran di Sungai Cileungsi
"Penanganan Sungai Cileungsi memang tidak bisa dilepaskan dari penanganan sungai di Jawa Barat. Tetapi kami kan ada keterbatasan anggaran, tetapi bukan berarti kami mengabaikan," ujar Uu usai acara forum Borderline Economic Summit (BES) di Hotel Royal Tulip, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Suharso Monoarfa minta BES 2019 berlanjut di WAG Focus BEB
Menurutnya, selain menata Sungai Citarum, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat juga tidak menutup mata atas permasalahan yang kini terjadi pada sungai yang melintasi di Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor itu.
"Tetapi masyarakat mohon bersabar karena anggaran, atau dalam rangka mengeluarkan anggaran di pemerintahan ini kan tidak seperti membalikkan telapak tangan," kata Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Baca juga: BES 2019 hasilkan lima kesepakatan 'Protokol Bogor'
Ia mengaku akan menerapkan cara-cara yang digunakan dalam menata Sungai Citarum untuk menangani pencemaran Sungai Cileungsi. Tapi, ia belum mau berjanji untuk segera membentuk tim.
"Kenapa Citarum tercemar? Karena bukan hanya limbah rumah tangga, tapi juga ada industri di pinggirnya. Kan sekarang ada cara khusus untuk menangani itu. Kenapa tidak (ditiru)," tuturnya.
Baca juga: Pencemar Sungai Cileungsi kini diancam UU Lingkungan Hidup
Sementara itu, Bupati Bogor Ade Yasin mengangkat isu pencemaran Sungai Cileungsi dalam BES 2019 karena sungai itu melintasi dua daerah, yaitu Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi. Menurutnya permasalahan utamanya seperti pengendalian banjir dan pencemaran air sungai.
"Upaya penanganan masalah tersebut dilakukan dengan pembangunan Bendung Koja, long storage Masjid Siti Rawani, penertiban perusahaan pencemar hingga rencana pembangunan Waduk Narogong di Klapanunggal," kata Ade Yasin.
Selain itu, upaya lainnya yaitu perbaikan dinding penahan sungai, rumah pompa dan penyediaan pintu air di permukiman yang terkena dampak banjir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Penanganan Sungai Cileungsi memang tidak bisa dilepaskan dari penanganan sungai di Jawa Barat. Tetapi kami kan ada keterbatasan anggaran, tetapi bukan berarti kami mengabaikan," ujar Uu usai acara forum Borderline Economic Summit (BES) di Hotel Royal Tulip, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Suharso Monoarfa minta BES 2019 berlanjut di WAG Focus BEB
Menurutnya, selain menata Sungai Citarum, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat juga tidak menutup mata atas permasalahan yang kini terjadi pada sungai yang melintasi di Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor itu.
"Tetapi masyarakat mohon bersabar karena anggaran, atau dalam rangka mengeluarkan anggaran di pemerintahan ini kan tidak seperti membalikkan telapak tangan," kata Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Baca juga: BES 2019 hasilkan lima kesepakatan 'Protokol Bogor'
Ia mengaku akan menerapkan cara-cara yang digunakan dalam menata Sungai Citarum untuk menangani pencemaran Sungai Cileungsi. Tapi, ia belum mau berjanji untuk segera membentuk tim.
"Kenapa Citarum tercemar? Karena bukan hanya limbah rumah tangga, tapi juga ada industri di pinggirnya. Kan sekarang ada cara khusus untuk menangani itu. Kenapa tidak (ditiru)," tuturnya.
Baca juga: Pencemar Sungai Cileungsi kini diancam UU Lingkungan Hidup
Sementara itu, Bupati Bogor Ade Yasin mengangkat isu pencemaran Sungai Cileungsi dalam BES 2019 karena sungai itu melintasi dua daerah, yaitu Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi. Menurutnya permasalahan utamanya seperti pengendalian banjir dan pencemaran air sungai.
"Upaya penanganan masalah tersebut dilakukan dengan pembangunan Bendung Koja, long storage Masjid Siti Rawani, penertiban perusahaan pencemar hingga rencana pembangunan Waduk Narogong di Klapanunggal," kata Ade Yasin.
Selain itu, upaya lainnya yaitu perbaikan dinding penahan sungai, rumah pompa dan penyediaan pintu air di permukiman yang terkena dampak banjir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019