Penanggung jawab program Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) drg. Lia Kartika Wulansari menyatakan ibu memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak.
"Para ibu perlu diberikan informasi dasar tentang periode dan fase pertumbuhan gigi susu dan gigi tetap, serta macam-macam penyakit gigi dan mulut, terutama karies (gigi berlubang)," kata Lia di Kampus UI, Senin.
Ia mengatakan karies jika tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut serta pentingnya penggantian gigi yang hilang dengan gigi tiruan perlu ditekankan kepada para ibu sebagai penggerak keluarga.
Baca juga: UI tuan rumah konferensi internasional keselamatan dan kesehatan laboratorium
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut masyarakat, 5 dosen dan 6 mahasiswa Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) menggelar kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) bertajuk Pentingnya Kesehatan Gigi Anak dan Penggantian Gigi Hilang.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk penyuluhan dan konsultasi yang dihadiri oleh 113 ibu-ibu dengan bayi atau balita dan 15 kader posyandu pada bulan Agustus 2019 di Posyandu Melati 8, Cilangkap, Depok.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013, prevalensi karies gigi pada penduduk Indonesia mencapai 53,2 persn. Hal ini meningkat dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2007 yang berada pada angka 43,4 persen.
Baca juga: Bayi kuning, FKUI-RSCM latih tenaga kesehatan cara deteksi dini
Di Indonesia, 90,05 persen kasus karies gigi lebih umum dialami oleh anak-anak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jika Indonesia memiliki angka prevalensi Early Childhood Caries (ECC) tertinggi pada anak usia tiga hingga lima tahun.
Kegiatan Pengmas ini mendapat antusiasme yang baik dari peserta. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya jumlah peserta yang hadir dan keaktifan peserta dalam sesi tanya jawab sebagai umpan balik pemahaman.
Selain kepada para ibu, penyuluhan juga diberikan kepada para kader posyandu dengan tujuan agar para kader ini juga dapat secara berkesinambungan memberikan pengetahuan dasarnya mengenai kesehatan gigi dan mulut kepada para ibu dalam setiap kegiatan rutin posyandu.
Baca juga: FIK UI lakukan promosi kesehatan jiwa di Pandeglang Banten
Dengan penyelenggaraan kegiatan Pengmas ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan rongga mulut kepada para ibu dan kader posyandu. Pada akhirnya, diharapkan dapat mengurangi angka karies dan kehilangan gigi di masyarakat.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Para ibu perlu diberikan informasi dasar tentang periode dan fase pertumbuhan gigi susu dan gigi tetap, serta macam-macam penyakit gigi dan mulut, terutama karies (gigi berlubang)," kata Lia di Kampus UI, Senin.
Ia mengatakan karies jika tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut serta pentingnya penggantian gigi yang hilang dengan gigi tiruan perlu ditekankan kepada para ibu sebagai penggerak keluarga.
Baca juga: UI tuan rumah konferensi internasional keselamatan dan kesehatan laboratorium
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut masyarakat, 5 dosen dan 6 mahasiswa Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) menggelar kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) bertajuk Pentingnya Kesehatan Gigi Anak dan Penggantian Gigi Hilang.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk penyuluhan dan konsultasi yang dihadiri oleh 113 ibu-ibu dengan bayi atau balita dan 15 kader posyandu pada bulan Agustus 2019 di Posyandu Melati 8, Cilangkap, Depok.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013, prevalensi karies gigi pada penduduk Indonesia mencapai 53,2 persn. Hal ini meningkat dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2007 yang berada pada angka 43,4 persen.
Baca juga: Bayi kuning, FKUI-RSCM latih tenaga kesehatan cara deteksi dini
Di Indonesia, 90,05 persen kasus karies gigi lebih umum dialami oleh anak-anak. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jika Indonesia memiliki angka prevalensi Early Childhood Caries (ECC) tertinggi pada anak usia tiga hingga lima tahun.
Kegiatan Pengmas ini mendapat antusiasme yang baik dari peserta. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya jumlah peserta yang hadir dan keaktifan peserta dalam sesi tanya jawab sebagai umpan balik pemahaman.
Selain kepada para ibu, penyuluhan juga diberikan kepada para kader posyandu dengan tujuan agar para kader ini juga dapat secara berkesinambungan memberikan pengetahuan dasarnya mengenai kesehatan gigi dan mulut kepada para ibu dalam setiap kegiatan rutin posyandu.
Baca juga: FIK UI lakukan promosi kesehatan jiwa di Pandeglang Banten
Dengan penyelenggaraan kegiatan Pengmas ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan rongga mulut kepada para ibu dan kader posyandu. Pada akhirnya, diharapkan dapat mengurangi angka karies dan kehilangan gigi di masyarakat.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019