Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat mencatat adanya sebanyak 32,9 persen atau 282.627 balita dari jumlah keseluruhan 859.501 balita di Kabupaten Bogor menderita stunting hingga akhir tahun 2018.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Mike Kaltarina menyebutkan bahwa paparan angka tersebut menjadi refleksi tersendiri pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-55 di tingkat Kabupaten Bogor, sebagai momentum penanganan stunting secara intensif.

"Untuk penderitanya di tahun 2019 belum terlihat, karena pada bulan Desember nanti kita baru akan mengevaluasi," ujarnya kepada awak media di Kantor Dinkes, Cibinong Kabupaten Bogor, Selasa.

Baca juga: Tahun 2020 Bogor perbanyak desa lokus intervensi stunting
Baca juga: FKM UI bantu berdayakan kader dan perangkat desa dalam deteksi dini stunting di Bogor

Meski begitu, secara nasional dalam kurun waktu lima tahun terakhir angka penderita stunting menurun sekitar 10 persen. Hal itu diungkap Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto melalui pidatonya yang dibacakan oleh Mike Kaltarina saat peringatan HKN.

"Meskipun dalam lima tahun terakhir angka stunting telah berhasil diturunkan hingga 10 persen, tetapi stunting masih menjadi permasalahan serius yang dihadapi masyarakat," tuturnya.

Baca juga: Jabar canangkan "Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus" cegah stunting

Ia mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting di Kabupaten Bogor. Salah satu upaya penekanannya yaitu melakukam pemberian makanan tambahan (PMT) serta penyuluhan kepada masyarakat.

“Pencegahannya yaitu memberikan makan asupan yang baik lewat PMT ini, dalam penyuluhannya dari balita lahir supaya tidak stunting, intinya dari mulai bayi sama remaja,” kata Mike.

Sebagai informasi, stunting adalah kondisi tubuh seseorang mengalami tubuh lebih pendek dari postur tubuh ideal. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan karena kekurangan gizi kronis sejak bayi.

 

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019