Alumni IPB, Sandi Octa Susila, membuktikan moto IPB "inspiring, innovation, with integrity", menginspirasi dirinya untuk membangun integritas sebagai wirausaha komoditas sayur-mayur.

Usaha tersebut mengantarkan dirinya, yang baru berusia 27 tahun, sukses memimpin Mitra Tani Parahyangan (MTP) di Cianjur, Jawa Barat, yang membawahi sekitar 350 orang petani setempat.

Melalui MTP yang didukung para petani, Sandi Octa, memasarkan sayur-mayur ke 25 perusahaan besar yakni hotel berbintang, pasar modern, dan restoran, di Bogor, Sukabumi, dan Jakarta.

"MTP adalah suplayer sayur-mayur dan beras yang mensuplai secara rutin dan konsisten ke hotel berbintang, pasar modern, dan restoran, yang telah memiliki perjanjian kerja sama," kata Sandi Octa Susila kepada wartawan di Pendopo MTP di Cianjur, Kamis (7/11), pada kegiatan press-tour yang diselenggarakan Biro Komunikasi IPB University.

Baca juga: Alumni IPB: Perubahan teknologi digital perlu disikapi secara tepat

Sayur-mayur tersebut, seperti cabai, tomat, buncis, kubis, kacang-panjang, jagung, sawi putih, sawi hijau, dan sebagainya, diperoleh Sandi Octa dari petani yang menanam sayur-mayur di lahan seluas sekitar delapan hektar di daerah Warung Kondang Cianjur.

Sandi juga menyatakan, dirinya mendapat kepercayaan mengelola lahan milik PTPN VIII seluas sekitar 80 hektare untuk digarap oleh para petani setempat yang tidak memiliki lahan sehingga dapat menanam sayur-mayur, guna meningkatkan kesejahteraan petani.

Sandi Octa Susila, putra asli Cianjur yang saat ini telah berhasil menjadi menjadi petani modern dan memimpin sekitar 350 petani melalui lembaga MTP itu juga membuat moto sendiri, yaitu "menjadi petani itu keren...!".


Perjuangan dari nol
Bagaimana perjuangan Sandi Octa sampai di posisi sukses saat ini dengan penghasilan ratusan juta per bulan?

Pria kelahiran Cianjur pada 13 Oktober 1992 ini pun menceritakan awal mulanya memilih wirausaha sayur-mayur dan perjuangannya sampai berhasil saat ini.

Baca juga: Alumni IPB gelar seminar perubahan paradigma dunia usaha

Sandi yang kuliah di Departemen Budidaya dan Holtikultura Fakultas Pertanian IPB, sejak Agutus 2011, setiap libur semester kembali ke kampung halamannya dan melihat-lihat para petani sayur-mayur dan petani padi yang banyak ditemui di daerahnya.

Sandi sering berpikir, bagaimana bisa memanfaatkan hasil sayur-mayur dan beras ditingkatkan harganya agar dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi.

Pada saat libur semester lima menuju ke semester enam, pada 2014, ketika melihat-lihat para petani, Sandi melihat di halaman rumah seorang petani ada banyak sayur-mayur yang segar untuk dipasarkan ke pasar tradisional di Cianjur. Sandi pun mengajak ngobrol petani tersebut dan mengambil foto-fotonya. Sandi kemudian melakukan hal serupa kepada beberapa petani lainnya.

Foto-foto sayur-mayur tersebut kemudian dia edit menjadi lebih baik lagi, dan diposting di laman indotrading.com, yakni situs yang menyediakan layanan jaringan pemasok produk.

Dengan bekal pengetahuan ilmu budidaya dan holtikulturanya, Sandi menambahkan uraian product knowledge pada setiap foto sayur mayur yang diposting di indotrading.com tersebut. Misalnya, sayur-mayur buncis, sawi putih, wortel, dan jagung, dia tambah dengan nama spesiesnya, komposisi nilai gizi, manfaat untuk kesehatan, dan sebagainya.

Langkah berani yang dilakukan Sandi adalah mencantumkan harga dan menyatakan siap menyalurkan pesanan, dengan mencantum nomor telepon selulernya di situs tersebut.

Ternyata, postingannya ada yang merespons. Suatu hari ketika sedang kuliah di IPB, telepon selulernya berbunyi dan ketika diangkat, ternyata suara seseorang menyatakan dari sebuah restoran waralaba internasional yang berlokasi di Sukabumi.

"Si penelepon tersebut memesan beberapa jenis sayur-mayur dalam jumlah tertentu untuk dikirimi ke Sukabumi. Saat itu, meskipun saya bingung mencari sayurnya dari mana, tapi saya iyakan," katanya.

Sandipun berangkat ke Sukabumi untuk membuat perjanjian kerja sama. Setelah terjadi kesepakatan harga dan proses pengirimannya, Sandi pun mengirimkan pesanan tersebut. "Tapi saya meminta pembayaran dalam jangka pendek, yakni seminggu sampai dua minggu. Maklum, saya kan mahasiswa belum punya modal memadai," cerita Sandi.

Dari kerja sama tersebut, Sandi melakukan transaksi pengiriman sayur-mayur dengan nilai transaksi sekitar Rp3,5 hingga Rp5 juta per dua minggu, dan memperoleh keuntungan sekitar sekitar Rp350.000 hingga Rp500.000. "Bayangkan, anak mahasiswa bisa mengantungi uang Rp700.000 hingga Rp1 juta per bulan. Hal ini memotivasi saya untuk memilih dunia usaha," katanya.

Sandi menegaskan, dengan menjadi wirausaha, dirinya akan mandiri dan tidak di bawah kendali orang lain. "Sebagai wirausaha, saya bebas merdeka menentukan sikap saya. Tidak di bawah kendali orang lain," katanya.

Sandi mengakui, usaha pemasok sayur-mayur yang mulai digelutinya itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena ayahnya pada saat itu mendorong Sandi untuk menjadi dosen sehingga dapat menjadi ilmuwan. Namun, Sandi termotivasi menjadi pengusaha sehingga bisa memiliki penghasilan besar dan mandiri.


Tertipu
Ayahnya Sandi baru mengetahui putranya menjalani bisnis suplayer sayur-mayur ketika dia tertipu oleh seseorang yang meminta dikirimi beras ke suatu tempat dengan nilai transaksi sekitar Rp130 juta, pada 2015.

"Ada seseorang yang meminta saya mengirimi beras ke suatu alamat dan orang tersebut memberikan alamat di sebuah perumahan di Cileungsi, Bogor," katanya.

Baca juga: Dua alumni IPB ini sukses di bidang sociopreneur

Orang tersebut berhasil meyakinkan Sandi karena dapat memenuhi semua persyaratan administrasi dan dokumen yang diminta oleh Sandi.

"Saya waktu itu berpikir positif saja, ternyata saya tertipu. Setelah dua pekan dan jatuh tempo, saya menagihnya, tapi tidak direspons. Waktu saya datangi alamatnya, memang benar ada nama perumahan itu dan ada nama jalan yang disebutnya tapi tidak ada nomor rumahnya," katanya.

Karena tertipu Sandi menyatakan sempat stress, padahal dirinya saat itu sedang menulis skripsi. "Untungnya ayah dan ibu saya, membesarkan hati saya, menumbuhkan semangat saya untuk bangkit lagi dan menyelesaikan kuliah," katanya.

Sandi kemudian, melanjutkan usaha pasokannya dari bawah lagi yakni menyuplai sayuran untuk restoran waralaba di Sukabumi. Sandi bersama pacarnya yakni teman kuliahnya, terus merintis lagi usaha tersebut.

Momentum keberhasilnya tiba setelah dirinya lulus kuliah dan mendapat tawaran untuk menyediakan penganan pada kegiaran Pekan Ilmiah Masahiswa tingkat Nasional (Pimnas) tahun 2016 yang diselenggarakan oleh IPB di IPB International Convention Center (IICC) Bogor.

"Saya mendapat order untuk menyediakan snack bagi peserta Pimnas yakni dua kali sehari selama empat hari. Modalnya sekitar Rp130 juta, tapi kemudian saya dibayar oleh IPB sebesar Rp300 juta," katantya

Hal inilah yang menjadi momentum kebangkitan Sandi. Setelah memiliki modal dia pun segera mengembangkan usahanya dengan meluaskan pasar dan menambah klien untuk kerja sama bisnisnya.

"Dalam menjaga kepercayaan klien bisnis, saya harus menunjukkan integritas dan komit terhadap kesepakatan yang telah dibuat. Misalnya, saya menyuplai sayuran secara konsisten baik kualitas maupun kuantitas," katanya.

Kepala Biro Komunikasi IPB, Yatri Indah Kusumastuti, memuji semangat dan perjuangan Sandi Octa Susila yang telah memiliki kematangan sikap dalam memilih karir untuk masa depannya. Sandi juga dinilai konsisten menjalaninya meskipun saat itu masih berusia 20 tahun baru duduk di semester lima.

"Sandi adalah alumni IPB University yang saat ini sedang bertumbah dan berkembang pesat. Keberhasilan Sandi turut membanggakan IPB. Kami berharap keberhasilan ini menjadi promosi yang baik bagi IPB," katanya.

Yatri dan segenap civitas akademika IPB juga berharap Sandi dapat terus berkembang, sekaligus dapat muncul Sandi-Sandi lainnya di berbagai daerah di Indonesia.

"Kami bangga dengan perjuangan Sandi. Semoga perkembangan ini dapat memberikan dampak kepada IPB juga kepada Indonesia," katanya.
 

Pewarta: Riza Harahap

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019