Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria menyatakan lulusan Sekolah Bisnis-IPB kekuatannya ada pada "soft skill" berbasis bisnis yang sekaligus dapat menyikapi perkembangan dunia bisnis ke depan.
"Mahasiswa SB-IPB sejak awal kuliah sudah dibekali pengetahuan dan skill bisnis untuk dapat menjadi entrepreneur," kata Arif Satria di sela kegiatan "Seminar Nasional: Rebooting Business Mindset towards VUCA World" sekaligus pelepasan alumni SB-IPB, di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: SB-IPB gelar seminar nasional dan pelepasan alumni
Hadir pada kegiatan seminar nasional dan pelepasan alumni SB-IPB itu, antara lain, Menteri Riset dan Teknolog/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Oetoyo, CEO LinkAja Danu Wicaksana, Rektor IPB Arif Satria, dan tamu undangan lainnya.
Menurut Arif Satria, SB-IPB kurikulumnya didesain untuk mencetak pelaku bisnis yang siap dengan kondisi lapangan pekerjaan.
"Mahasiswa SB-IPB, sejak awal masuk kuliah, baik di program sarjana, magister, maupun doktoral, sudah dibekali skill bisnis dan kemampuan menyikapi perkembagan pasar," katanya.
Baca juga: Pemikiran para intelektual IPB dinilai banyak beri manfaat untuk bangsa
Arif menjelaskan, saat ini Indonesia memasuki era teknologi industri 4.0 yang mau tidak mau berimplikasi pada tumbuhnya masyarakat dengan paradigma 4.0.
Revolusi industri 4.0 ini juga, kata dia, berdampak terbentuknya dunia VUCA yakni "volatile, uncertain, complexity and ambiguity". Menyikapi trend perkembangan dunia yang menghadapi ketidakpaastian seperti ini, menurut dia, mahasiswa SB-IPB dibekali dengan pengetahuan dan skill bisnis untuk menjadi pelaku ekonomi.
"Dalam menyikapi trend dunia VUCA ini, kunci utamanya adalah perubahan mindset dari konvensional menjadi dinamis dan aktif," katanya.
Menyikapi kondisi perkembangan situasi ke depan, kata dia, sesorang tidak bisa hanya megandalkan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang sangat tinggi tanpa soft skill lainnya.
"IPK perlu tinggi, tapi hars memiliki skill lainnya lainnya yakni aktif, dinamis, memiliki kemampuan kolaborasi, mampu mengambil keputusan dengan cepat dan cermat, dan mampu memimpin," katanya.
Baca juga: IPB 56 tahun dan panen penghargaan nasional-internasional
Arif menjelaskan, di SB-IPB sejak masuk kuliah sudah langsung dibekali "soft skill" seperti itu.
"Bahkan dalam membuat tugas akhir kuliah, kalau mahasiswa dulu membuat skripsi sendiri-sendiri, tapi di SB-IPB bisa dilakukan kolaborasi dalam suatu kerja kelompok," katanya.
Kemampuan kolaborasi dan pengembalikan keputusan yang cepat dan cermat ini harus terus dikembangkan untuk menghadapi ketidakpastian dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Mahasiswa SB-IPB sejak awal kuliah sudah dibekali pengetahuan dan skill bisnis untuk dapat menjadi entrepreneur," kata Arif Satria di sela kegiatan "Seminar Nasional: Rebooting Business Mindset towards VUCA World" sekaligus pelepasan alumni SB-IPB, di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: SB-IPB gelar seminar nasional dan pelepasan alumni
Hadir pada kegiatan seminar nasional dan pelepasan alumni SB-IPB itu, antara lain, Menteri Riset dan Teknolog/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Oetoyo, CEO LinkAja Danu Wicaksana, Rektor IPB Arif Satria, dan tamu undangan lainnya.
Menurut Arif Satria, SB-IPB kurikulumnya didesain untuk mencetak pelaku bisnis yang siap dengan kondisi lapangan pekerjaan.
"Mahasiswa SB-IPB, sejak awal masuk kuliah, baik di program sarjana, magister, maupun doktoral, sudah dibekali skill bisnis dan kemampuan menyikapi perkembagan pasar," katanya.
Baca juga: Pemikiran para intelektual IPB dinilai banyak beri manfaat untuk bangsa
Arif menjelaskan, saat ini Indonesia memasuki era teknologi industri 4.0 yang mau tidak mau berimplikasi pada tumbuhnya masyarakat dengan paradigma 4.0.
Revolusi industri 4.0 ini juga, kata dia, berdampak terbentuknya dunia VUCA yakni "volatile, uncertain, complexity and ambiguity". Menyikapi trend perkembangan dunia yang menghadapi ketidakpaastian seperti ini, menurut dia, mahasiswa SB-IPB dibekali dengan pengetahuan dan skill bisnis untuk menjadi pelaku ekonomi.
"Dalam menyikapi trend dunia VUCA ini, kunci utamanya adalah perubahan mindset dari konvensional menjadi dinamis dan aktif," katanya.
Menyikapi kondisi perkembangan situasi ke depan, kata dia, sesorang tidak bisa hanya megandalkan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang sangat tinggi tanpa soft skill lainnya.
"IPK perlu tinggi, tapi hars memiliki skill lainnya lainnya yakni aktif, dinamis, memiliki kemampuan kolaborasi, mampu mengambil keputusan dengan cepat dan cermat, dan mampu memimpin," katanya.
Baca juga: IPB 56 tahun dan panen penghargaan nasional-internasional
Arif menjelaskan, di SB-IPB sejak masuk kuliah sudah langsung dibekali "soft skill" seperti itu.
"Bahkan dalam membuat tugas akhir kuliah, kalau mahasiswa dulu membuat skripsi sendiri-sendiri, tapi di SB-IPB bisa dilakukan kolaborasi dalam suatu kerja kelompok," katanya.
Kemampuan kolaborasi dan pengembalikan keputusan yang cepat dan cermat ini harus terus dikembangkan untuk menghadapi ketidakpastian dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019