Pemilihan Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri) harus menjadi momentum untuk melakukan perubahan manajemen kampus yang saat ini sedang merosot peringkatnya.
Unsri berada di posisi ke-36 pada daftar peringkat 100 besar Perguruan Tinggi Indonesia Non-Vokasi. Posisi itu bahkan turun dari peringkat 32 yang dicapai pada tahun 2018. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, Sabtu.
Universitas Sriwijaya juga berada di bawah lima universitas di Sumatera seperti Universitas Andalas, Universitas Sumatera Utara, Universitas Syiah Kuala, Universitas Riau, dan Universitas Negeri Padang.
“Posisi itu bahkan turun dari peringkat 32 yang dicapai pada tahun 2018, jelas ini memalukan. Unsri pernah berada di posisi 9 besar,” kata alumni Universitas Sriwijaya di Jabodetabek, Syahroni, SP.
Baca juga: Eksponen 98 Unsri: Kampus adalah rumah bersama
Menurut alumni Unsri yang lain, Muhammad Iqbal, perubahan manajemen membutuhkan rektor yang berkarakter terbuka pada perubahan dan dunia luar sekaligus memiliki akar yang kuat pada budaya melayu sebagai budaya setempat sehingga percaya diri melakukan perubahan.
“Rektor baru harus dapat melibatkan peran aktif SDM dosen-dosen berkompeten yang jumlahnya cukup banyak untuk mewujudkan Unsri sebagai kampus kelas dunia. Di luar negeri misalnya birokrasi kampus dibuat untuk melayani mahasiswa dengan mudah bukan sebaliknya malah terkesan mempersulit,” kata Iqbal.
Di sisi lain, kampus juga mesti memberi ruang kepada civitas akademika untuk berkiprah mengamalkan tridarma perguruan tinggi berupa penelitian, pengabdian, dan pendidikan sehingga tridarma bukan jargon belaka.
“Buka ruang seluasnya kepada dosen yang dibutuhkan oleh negara di berbagai bidang, tetapi tetap pastikan mereka dapat memberi kuliah dengan memanfaatkan teknologi,” kata Iqbal.
Baca juga: Eksponen 1998 minta Kemenristekdikti pantau pemilihan rektor negeri
Sebut saja dengan memanfaatkan teknologi internet untuk melakukan materi kuliah online dan diskusi online. Di masa lalu banyak dosen berprestasi yang berkiprah di berbagai sektor terhambat berinteraksi dengan mahasiswa karena keterbatasan teknologi.
“Dengan alasan sibuk di luar, maka perkuliahan terbengkalai. Di masa sekarang semua harus berjalan beriringan karena dosen yang banyak berkiprah secara nasional dan internasional dapat memberi motivasi dan energi pada para mahasiswa untuk berprestasi,” kata Iqbal.
Harapan sejumlah alumni Unsri tersebut mendapat tanggapan dari salah seorang calon rektor Universitas Sriwijaya, Prof Dr Andy Mulyana, MSc. Menurutnya, upaya mengembalikan peringkat Unsri menjadi tugas bersama segenap civitas akademika.
“Prinsipnya Unsri membutuhkan seorang ‘dirigen’ yang mampu menggerakkan segenap potensi sumberdaya manusia menuju pada tujuan meningkatkan kinerja dan daya saing secara beriringan pada waktu yang tepat,” kata Andy.
Andy mengatakan telah menyiapkan sejumlah tim yang akan membantunya mewujudkan hal tersebut berbekal pengalamannya sebagai ketua jurusan, pembantu dekan dan dekan di Fakultas Pertanian maupun sebagai ketua program doktor dan magister di Pascasarjana.
“Saat menjadi dekan saya dan teman-teman di jurusan dan program studi berkolaborasi secara kompak sehingga berhasil menambah 8 program studi mendapat predikat A sehingga saat ini ada 11 program studi berpredikat A, dari sebelumnya hanya 3 yang berpredikat A dari 14 program studi yang ada di Fakultas Pertanian,” kata Andy.
Baca juga: Prof Andy Mulyana: Unsri kampus dengan visi berbasis lahan basah
Pilrek Unsri, harus jadi momentum untuk melakukan perubahan yg lebih baik di tengah merosotnya rangking Unsri dari beberapa tahun ini yang dikategorikan Kemenritekdikti, disamping juga adanya sinayalemen maraknya radikalisasi di beberapa perguruan tinggi, termasuk Unsri.
Perlu wajah baru pemimpin perguruan tinggi yang visioner, mampu mengatasi permasalahan yang ada dengan memberikan kepercayaan dan memberdayakan sumberdaya manusia kompeten di kampus dalam menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi, serta bekerjasama secara harmonis dengan stakeholders.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Unsri berada di posisi ke-36 pada daftar peringkat 100 besar Perguruan Tinggi Indonesia Non-Vokasi. Posisi itu bahkan turun dari peringkat 32 yang dicapai pada tahun 2018. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, Sabtu.
Universitas Sriwijaya juga berada di bawah lima universitas di Sumatera seperti Universitas Andalas, Universitas Sumatera Utara, Universitas Syiah Kuala, Universitas Riau, dan Universitas Negeri Padang.
“Posisi itu bahkan turun dari peringkat 32 yang dicapai pada tahun 2018, jelas ini memalukan. Unsri pernah berada di posisi 9 besar,” kata alumni Universitas Sriwijaya di Jabodetabek, Syahroni, SP.
Baca juga: Eksponen 98 Unsri: Kampus adalah rumah bersama
Menurut alumni Unsri yang lain, Muhammad Iqbal, perubahan manajemen membutuhkan rektor yang berkarakter terbuka pada perubahan dan dunia luar sekaligus memiliki akar yang kuat pada budaya melayu sebagai budaya setempat sehingga percaya diri melakukan perubahan.
“Rektor baru harus dapat melibatkan peran aktif SDM dosen-dosen berkompeten yang jumlahnya cukup banyak untuk mewujudkan Unsri sebagai kampus kelas dunia. Di luar negeri misalnya birokrasi kampus dibuat untuk melayani mahasiswa dengan mudah bukan sebaliknya malah terkesan mempersulit,” kata Iqbal.
Di sisi lain, kampus juga mesti memberi ruang kepada civitas akademika untuk berkiprah mengamalkan tridarma perguruan tinggi berupa penelitian, pengabdian, dan pendidikan sehingga tridarma bukan jargon belaka.
“Buka ruang seluasnya kepada dosen yang dibutuhkan oleh negara di berbagai bidang, tetapi tetap pastikan mereka dapat memberi kuliah dengan memanfaatkan teknologi,” kata Iqbal.
Baca juga: Eksponen 1998 minta Kemenristekdikti pantau pemilihan rektor negeri
Sebut saja dengan memanfaatkan teknologi internet untuk melakukan materi kuliah online dan diskusi online. Di masa lalu banyak dosen berprestasi yang berkiprah di berbagai sektor terhambat berinteraksi dengan mahasiswa karena keterbatasan teknologi.
“Dengan alasan sibuk di luar, maka perkuliahan terbengkalai. Di masa sekarang semua harus berjalan beriringan karena dosen yang banyak berkiprah secara nasional dan internasional dapat memberi motivasi dan energi pada para mahasiswa untuk berprestasi,” kata Iqbal.
Harapan sejumlah alumni Unsri tersebut mendapat tanggapan dari salah seorang calon rektor Universitas Sriwijaya, Prof Dr Andy Mulyana, MSc. Menurutnya, upaya mengembalikan peringkat Unsri menjadi tugas bersama segenap civitas akademika.
“Prinsipnya Unsri membutuhkan seorang ‘dirigen’ yang mampu menggerakkan segenap potensi sumberdaya manusia menuju pada tujuan meningkatkan kinerja dan daya saing secara beriringan pada waktu yang tepat,” kata Andy.
Andy mengatakan telah menyiapkan sejumlah tim yang akan membantunya mewujudkan hal tersebut berbekal pengalamannya sebagai ketua jurusan, pembantu dekan dan dekan di Fakultas Pertanian maupun sebagai ketua program doktor dan magister di Pascasarjana.
“Saat menjadi dekan saya dan teman-teman di jurusan dan program studi berkolaborasi secara kompak sehingga berhasil menambah 8 program studi mendapat predikat A sehingga saat ini ada 11 program studi berpredikat A, dari sebelumnya hanya 3 yang berpredikat A dari 14 program studi yang ada di Fakultas Pertanian,” kata Andy.
Baca juga: Prof Andy Mulyana: Unsri kampus dengan visi berbasis lahan basah
Pilrek Unsri, harus jadi momentum untuk melakukan perubahan yg lebih baik di tengah merosotnya rangking Unsri dari beberapa tahun ini yang dikategorikan Kemenritekdikti, disamping juga adanya sinayalemen maraknya radikalisasi di beberapa perguruan tinggi, termasuk Unsri.
Perlu wajah baru pemimpin perguruan tinggi yang visioner, mampu mengatasi permasalahan yang ada dengan memberikan kepercayaan dan memberdayakan sumberdaya manusia kompeten di kampus dalam menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi, serta bekerjasama secara harmonis dengan stakeholders.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019