Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin sore melemah pasca rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Rupiah melemah 70 poin atau 0,49 persen menjadi Rp14.255 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.185 per dolar AS.
"Walaupun sesuai ekspektasi, pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07 persen. Padahal, pada tiga bulan kedua tahun ini ada gelaran pemilu dan kehadiran bulan Ramadhan yang diharapkan bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia, sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Selain itu, pemadaman listrik yang terjadi pada Minggu (4/8) lalu di DKI Jakarta dan Jawa Barat, serta juga masih terjadi pemadaman bergilir pada Senin (5/8), berpotensi jadi sentimen negatif bagi nilai tukar.
"Apalagi jika pemadaman listrik berlanjut hingga tiga hari ke depan, kerugian ekonomi ditaksir bisa mencapai triliunan rupiah. Hal ini karena hampir lebih dari 70 persen uang beredar di Indonesia terjadi di DKI Jakarta. Pelaku pasar bisa tidak lagi percaya terhadap pemerintah, sehingga arus modal keluar cukup besar mengakibatkan rupiah kembali tertekan," kata Ibrahim.
Dari eksternal, Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10 persen bagi produk impor asal China senila 300 miliar dolar AS yang hingga kini belum terdampak perang dagang, juga menjadi sentimen negatif bagi nilai tukar
"Kebijakan tersebut akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25 persen," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.188 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.188 per dolar AS hingga Rp14.273 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.231 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.203 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Rupiah melemah 70 poin atau 0,49 persen menjadi Rp14.255 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.185 per dolar AS.
"Walaupun sesuai ekspektasi, pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07 persen. Padahal, pada tiga bulan kedua tahun ini ada gelaran pemilu dan kehadiran bulan Ramadhan yang diharapkan bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia, sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Selain itu, pemadaman listrik yang terjadi pada Minggu (4/8) lalu di DKI Jakarta dan Jawa Barat, serta juga masih terjadi pemadaman bergilir pada Senin (5/8), berpotensi jadi sentimen negatif bagi nilai tukar.
"Apalagi jika pemadaman listrik berlanjut hingga tiga hari ke depan, kerugian ekonomi ditaksir bisa mencapai triliunan rupiah. Hal ini karena hampir lebih dari 70 persen uang beredar di Indonesia terjadi di DKI Jakarta. Pelaku pasar bisa tidak lagi percaya terhadap pemerintah, sehingga arus modal keluar cukup besar mengakibatkan rupiah kembali tertekan," kata Ibrahim.
Dari eksternal, Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10 persen bagi produk impor asal China senila 300 miliar dolar AS yang hingga kini belum terdampak perang dagang, juga menjadi sentimen negatif bagi nilai tukar
"Kebijakan tersebut akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25 persen," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.188 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.188 per dolar AS hingga Rp14.273 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.231 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.203 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019