Forum Kebangsaan Universitas Indonesia (UI) menggelar Dialog Publik Bertemakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sebagai Basis Kesatuan Ekonomi Dalam Menghadapi Ketidakpastian Global.
"Forum kebangsaan adalah sebuah forum yang diinisiasi UI untuk menanggapi isu-isu permasalahan bangsa seperti dinamika politik, daya saing ekonomi, dan kebhinekaan," kata Rektor UI Muhammad Anis di Balai Sidang UI Depok, Senin.
Anis berharap Forum Kebangsaan UI dapat menjadi etalase think tank UI yang mengedepankan kaidah-kaidah akademis, sebagai bentuk sumbangsih Pemikiran dalam upaya bersama di dalam peningkatan kualitas sikap dan tindakan dari SDM bangsa Indonesia.
Sejumlah pakar UI menjadi narasumber diantaranya Prof. Hikmahanto Juwana (pakar Hukum Internasional), Prof. Hamdi Muluk (pakar Psikologi Politik), Dr.Febrio Kacaribu (pakar Makro Ekonomi) serta Julian Aldrin Pasha selaku moderator.
Wakil Presiden Indonesia ke-6 Try Sutrisno, Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI yang juga Koordinator Forum Kebangsaan UI Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D hadir dalam kegiatan tersebut.
Sejumlah topik yang diangkat yaitu "Posisi NKRI dalam menghadapi Adidaya Dunia" ; "Pola Pikir dan Pola Sikap SDM Indonesia dalam menghadapi persaingan Global di Era Digital" dan "NKRI sebagai kesatuan ekonomi dalam pentas Dunia.”
Baca juga:UI geler Dialog Forum Kebangsaan
Guru Besar Hukum Internasional UI Prof. Hikmahanto Juwana mengatakan dalam tiga dekade terakhir telah terjadi perubahan geopolitik dunia yang signifikan. Konflik yang terjadi antar negara tidak lagi berasal dari perebutan wilayah atau perebutan ideologi (Barat dan Timur).
Saat ini dan ke depan adalah perebutan pasar dan tempat berproduksi, dengan tujuan untuk memastikan dan menjamin kemakmuran di negerinya sendiri, dan bukan lagi dunia.
Oleh karenanya berbagai elemen yang dimiliki oleh suatu negara, termasuk kekuatan finansial dan penggunaan kekerasan, dimanfaatkan. Ini yang dilakukan oleh negara-negara besar yang memiliki banyak pelaku usaha yang tangguh dan tempat berproduksi, seperti Amerika Serikat, China, Jepang dan Korea Selatan.
Dalam menghadapi situasi seperti ini banyak negara, termasuk yang ada di Eropa, mengambil langkah integrasi, yang dilakukan didasarkan pada ancaman yang sangat akut yaitu pasar dan tempat berproduksi. Integrasi ini yang menghasilkan Uni Eropa, dimana bukannya tidak mungkin Uni Eropa akan berevolusi menjadi Eropa Serikat.
Menghadapi fenomena geopolitik seperti ini, bagaimana Indonesia harus bersikap?. Tidak ada kata lain selain harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Secara geopolitik, Indonesia tidak boleh pecah karena perbedaan-perbedaan internal. Tantangan yang muncul dari perebutan pasar dan tempat berproduksi harus disikapi dengan menjaga dan merawat NKRI.
Sedangkan Guru Besar Psikologi Politik UI Prof. Hamdi Muluk menjelaskan persaingan global di era digital atau di era revolusi industri 4.0 menghasilkan kesimpulan bahwa bangsa yang bisa bertahan hanyalah bangsa yang solid secara internal (dalam negeri), dan yang mampu beradaptasi secara cepat terhadap perkembangan dunia global saat ini.
Memetakan soliditas internal Indonesia di seluruh matra kebangsaan (ideologi-spiritual dan fisik-material) adalah suatu keniscayaan memetakan kekuatan, kelemahan, tantangan, peluang dan kesempatan.
Lebih khusus lagi, titik fokus adalah pada pemetaan pola pikir dan pola sikap manusia Indonesia (SDM) untuk sanggup bersaing di era revolusi industri 4.0.
Sementara itu Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Dr. Febrio Kacaribu mengatakan perekonomian Indonesia dalam 10 tahun ke depan kami proyeksikan akan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan 5,3-5,6 persen per tahun.
Ini pun akan jauh di atas rata-rata potensi pertumbuhan dunia yang diproyeksikan oleh IMF tumbuh sekitar 3,6 persen per tahun. Sepuluh tahun lagi, peluangnya sangat besar bagi perekonomian Indonesia untuk naik ke posisi nomor 10 ekonomi terbesar di dunia.
"Perekonomian yang semakin besar ini akan dibarengi peluang yang semakin besar bagi bangsa Indonesia untuk tampil dan berperan di kancah politik global," katanya.
Baca juga: UI menggelar SBMPTN Info Day pada 15 Juni
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Forum kebangsaan adalah sebuah forum yang diinisiasi UI untuk menanggapi isu-isu permasalahan bangsa seperti dinamika politik, daya saing ekonomi, dan kebhinekaan," kata Rektor UI Muhammad Anis di Balai Sidang UI Depok, Senin.
Anis berharap Forum Kebangsaan UI dapat menjadi etalase think tank UI yang mengedepankan kaidah-kaidah akademis, sebagai bentuk sumbangsih Pemikiran dalam upaya bersama di dalam peningkatan kualitas sikap dan tindakan dari SDM bangsa Indonesia.
Sejumlah pakar UI menjadi narasumber diantaranya Prof. Hikmahanto Juwana (pakar Hukum Internasional), Prof. Hamdi Muluk (pakar Psikologi Politik), Dr.Febrio Kacaribu (pakar Makro Ekonomi) serta Julian Aldrin Pasha selaku moderator.
Wakil Presiden Indonesia ke-6 Try Sutrisno, Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI yang juga Koordinator Forum Kebangsaan UI Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D hadir dalam kegiatan tersebut.
Sejumlah topik yang diangkat yaitu "Posisi NKRI dalam menghadapi Adidaya Dunia" ; "Pola Pikir dan Pola Sikap SDM Indonesia dalam menghadapi persaingan Global di Era Digital" dan "NKRI sebagai kesatuan ekonomi dalam pentas Dunia.”
Baca juga:UI geler Dialog Forum Kebangsaan
Guru Besar Hukum Internasional UI Prof. Hikmahanto Juwana mengatakan dalam tiga dekade terakhir telah terjadi perubahan geopolitik dunia yang signifikan. Konflik yang terjadi antar negara tidak lagi berasal dari perebutan wilayah atau perebutan ideologi (Barat dan Timur).
Saat ini dan ke depan adalah perebutan pasar dan tempat berproduksi, dengan tujuan untuk memastikan dan menjamin kemakmuran di negerinya sendiri, dan bukan lagi dunia.
Oleh karenanya berbagai elemen yang dimiliki oleh suatu negara, termasuk kekuatan finansial dan penggunaan kekerasan, dimanfaatkan. Ini yang dilakukan oleh negara-negara besar yang memiliki banyak pelaku usaha yang tangguh dan tempat berproduksi, seperti Amerika Serikat, China, Jepang dan Korea Selatan.
Dalam menghadapi situasi seperti ini banyak negara, termasuk yang ada di Eropa, mengambil langkah integrasi, yang dilakukan didasarkan pada ancaman yang sangat akut yaitu pasar dan tempat berproduksi. Integrasi ini yang menghasilkan Uni Eropa, dimana bukannya tidak mungkin Uni Eropa akan berevolusi menjadi Eropa Serikat.
Menghadapi fenomena geopolitik seperti ini, bagaimana Indonesia harus bersikap?. Tidak ada kata lain selain harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Secara geopolitik, Indonesia tidak boleh pecah karena perbedaan-perbedaan internal. Tantangan yang muncul dari perebutan pasar dan tempat berproduksi harus disikapi dengan menjaga dan merawat NKRI.
Sedangkan Guru Besar Psikologi Politik UI Prof. Hamdi Muluk menjelaskan persaingan global di era digital atau di era revolusi industri 4.0 menghasilkan kesimpulan bahwa bangsa yang bisa bertahan hanyalah bangsa yang solid secara internal (dalam negeri), dan yang mampu beradaptasi secara cepat terhadap perkembangan dunia global saat ini.
Memetakan soliditas internal Indonesia di seluruh matra kebangsaan (ideologi-spiritual dan fisik-material) adalah suatu keniscayaan memetakan kekuatan, kelemahan, tantangan, peluang dan kesempatan.
Lebih khusus lagi, titik fokus adalah pada pemetaan pola pikir dan pola sikap manusia Indonesia (SDM) untuk sanggup bersaing di era revolusi industri 4.0.
Sementara itu Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Dr. Febrio Kacaribu mengatakan perekonomian Indonesia dalam 10 tahun ke depan kami proyeksikan akan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan 5,3-5,6 persen per tahun.
Ini pun akan jauh di atas rata-rata potensi pertumbuhan dunia yang diproyeksikan oleh IMF tumbuh sekitar 3,6 persen per tahun. Sepuluh tahun lagi, peluangnya sangat besar bagi perekonomian Indonesia untuk naik ke posisi nomor 10 ekonomi terbesar di dunia.
"Perekonomian yang semakin besar ini akan dibarengi peluang yang semakin besar bagi bangsa Indonesia untuk tampil dan berperan di kancah politik global," katanya.
Baca juga: UI menggelar SBMPTN Info Day pada 15 Juni
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019