Bogor (Antara) - Mie Glosor menjadi salah satu menu makanan favorit yang hanya ada di saat bulan Ramadhan di Kota Bogor, Jawa Barat, sehingga menyebabkan permintaan akan mie ini menjadi meningkat di kalangan masyarakat dan banyak ditemui di pedagang makanan pasar kaget Ramadhan.
"Saya hampir setiap hari membeli mie glosor buat menu berbuka hidangan rutin di rumah," kata Mely (25) warga Pancasan, saat ditemui di pabrik pembuatan Mie Glosor, Kota Bogor, Minggu.
Menurut Mely, tradisi di rumahnya setiap bulan Ramadhan selalu disuguhkan hidangan mie glosor. Mie tersebut diolah dengan menggunakan bumbu dapur sederhana dibuat seperti mie goreng.
"Setiap buka puasa pasti ada mie glosor di meja, seluruh keluarga saya suka mie ini," ujarnya.
Mely membeli tiga kilo gram mie glosor langsung dari pabriknya. Hal ini dilakukannya sudah sejak beberapa tahun lalu. Ia memilih membeli di pabrik selain karena lokasi rumahnya yang dekat pabrik juga karena harganya lebih murah dibanding harga pasar.
Menurut Mie, keistimewaan mie tersebut adalah bentuknya yang menarik karena berwarna kuning bening, dan rasanya yang khusus terbuat dari sagu.
"Apalagi mie ini menggunakan pewarna alami kunyit, jadi tidak khawatir," katanya.
Hal serupa juga dikatakanya oleh Zaenal (38) warga Ciomas yang hampir setiap hari membeli mie glosor di pabrikan.
Menurut Zaenal, mie glosor tersebut dibeli selain untuk berbuka di rumah juga untuk dijual oleh istrinya selama Ramadhan.
"Di rumah saya setiap hari buatnya, karena tetangga-tetangga pada suka, jadi kita selalu buat mie glosor untuk dijual lagi," katanya.
Mie Glosor memiliki tekstur yang licin dan bulat, sehingga diberi nama glosor karena licin dan mudah dicerna.
Meski cara pembuatan mie glosor dipabrikannya dengan cara manual yakni menggunakan tenaga manusia, para pembeli mengaku tidak merasa risih dengan cara pihak pabrik membuat mie saat mengaduk adonan sagu terkadang diijak-ijak, karena adonan yang cukup banyak.
"Tidak masalah, buat tahu juga seperti itu. Lagipula inikan pake pewarna alami, dan proses pembuatan yang cukup panjang tentu aman untuk dikonsumsi, buktinya bertahun-tahun memakan mie ini tidak ada efeknya," katanya.
Sementara itu, selama Ramadhan, pihak pabrik menerima pesanan mie glosor meningkat dari hari biasa yakni mencapai 12 ton per harinya.
Meningkatnya pesanan membuat pabrik bekerja ekstra untuk memenuhi permintaan pasar yang datang dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Cipanas-Cianjur.
"Sejak awal Ramadhan pesanan meningkat dari biasanya produksi 3 ton per hari sekarang menjadi 12 ton per hari," kata Kuswandi salah satu kepala pekerja di pabrik mie glosor.
Kuswandi menyebutkan selain memproduksi untuk diedarkan di pasaran, pihaknya juga melayani pembelian langsung di pabrik yang umumnya warga sekitar.
"Kami menyediakan 10 kg untuk dijual langsung di pabrik bagi warga yang datang. Harga beli di pabrik lebih murah dari harga di pasar," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Saya hampir setiap hari membeli mie glosor buat menu berbuka hidangan rutin di rumah," kata Mely (25) warga Pancasan, saat ditemui di pabrik pembuatan Mie Glosor, Kota Bogor, Minggu.
Menurut Mely, tradisi di rumahnya setiap bulan Ramadhan selalu disuguhkan hidangan mie glosor. Mie tersebut diolah dengan menggunakan bumbu dapur sederhana dibuat seperti mie goreng.
"Setiap buka puasa pasti ada mie glosor di meja, seluruh keluarga saya suka mie ini," ujarnya.
Mely membeli tiga kilo gram mie glosor langsung dari pabriknya. Hal ini dilakukannya sudah sejak beberapa tahun lalu. Ia memilih membeli di pabrik selain karena lokasi rumahnya yang dekat pabrik juga karena harganya lebih murah dibanding harga pasar.
Menurut Mie, keistimewaan mie tersebut adalah bentuknya yang menarik karena berwarna kuning bening, dan rasanya yang khusus terbuat dari sagu.
"Apalagi mie ini menggunakan pewarna alami kunyit, jadi tidak khawatir," katanya.
Hal serupa juga dikatakanya oleh Zaenal (38) warga Ciomas yang hampir setiap hari membeli mie glosor di pabrikan.
Menurut Zaenal, mie glosor tersebut dibeli selain untuk berbuka di rumah juga untuk dijual oleh istrinya selama Ramadhan.
"Di rumah saya setiap hari buatnya, karena tetangga-tetangga pada suka, jadi kita selalu buat mie glosor untuk dijual lagi," katanya.
Mie Glosor memiliki tekstur yang licin dan bulat, sehingga diberi nama glosor karena licin dan mudah dicerna.
Meski cara pembuatan mie glosor dipabrikannya dengan cara manual yakni menggunakan tenaga manusia, para pembeli mengaku tidak merasa risih dengan cara pihak pabrik membuat mie saat mengaduk adonan sagu terkadang diijak-ijak, karena adonan yang cukup banyak.
"Tidak masalah, buat tahu juga seperti itu. Lagipula inikan pake pewarna alami, dan proses pembuatan yang cukup panjang tentu aman untuk dikonsumsi, buktinya bertahun-tahun memakan mie ini tidak ada efeknya," katanya.
Sementara itu, selama Ramadhan, pihak pabrik menerima pesanan mie glosor meningkat dari hari biasa yakni mencapai 12 ton per harinya.
Meningkatnya pesanan membuat pabrik bekerja ekstra untuk memenuhi permintaan pasar yang datang dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Cipanas-Cianjur.
"Sejak awal Ramadhan pesanan meningkat dari biasanya produksi 3 ton per hari sekarang menjadi 12 ton per hari," kata Kuswandi salah satu kepala pekerja di pabrik mie glosor.
Kuswandi menyebutkan selain memproduksi untuk diedarkan di pasaran, pihaknya juga melayani pembelian langsung di pabrik yang umumnya warga sekitar.
"Kami menyediakan 10 kg untuk dijual langsung di pabrik bagi warga yang datang. Harga beli di pabrik lebih murah dari harga di pasar," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013