Sukabumi (ANTARA News Megapolitan) - Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan anggaran untuk relokasi korban bencana tanah longsor di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, mencapai Rp1 miliar itu pun hanya untuk penyediaan lahan.
"Jika dipukul rata 30 kepala keluarga korban bencana tanah longsor di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok satu KK mendapat anggaran untuk 200 meter persegi berarti dibutuhkan lahan 6 ribu meter persegi sehingga dibutuhkan lahan sekitar satu hektare, jika satu meter persegi tanah dihargai Rp10 ribu maka anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp1 miliar," katanya di Sukabumi, Rabu.
Namun, yang menjadi kendala dalam relokasi ini adalah penentuan lokasi sebab mayoritas tanah di desa ini merupakan rawan longsor dan masuk zona merah. Sehingga perlu adanya koordinasi lebih mendalam dengan dinas terkait serta tokoh masyarakat sekitar.
Sebab untuk menentukan lahan relokasi perlu ditinjau dari berbagai aspek mulai dari ekonomi, pendidikan hingga mata pencaharian. Sehingga korban bencana tanah longsor ini bisa kembali menata hidupnya mulai dari nol.
Selain itu, yang harus diperhatikan juga adalah sarana dan prasarana lainnya mulai akses jalan dan ketersediaan air bersih. Sebab pascalongsor lalu sumber air banyak yang rusak sehingga pasokan air berkurang, tapi sekarang sudah mulai normal.
Sementara, bantuan untuk korban bencana masih mengalir hingga saat ini. Tetapi untuk aktivitas warga memang belum sepenuhnya normal apalagi mayoritas lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian mereka rusak ditambah warga pun masih khawatir terjadi longsor susulan.
"Kementerian Sosial RI, Pemerintah Provinsi Jabar termasuk Pemkab Sukabumi sudah siap untuk memberikan bantuan untuk korban dengan mendirikan hunian tetap, namun yang terpenting lahan rekolasinya tersedia terlebih dahulu," katanya menambahkan.
Marwan mengatakan keinginan korban bencana tanah longsor ini lahan untuk relokasi yang disediakan tidak jauh dari lokasi permukiman awal mereka yang tertimbun longsor. Sementara untuk area longsor sudah tidak bisa lagi dijadikan lokasi permukiman karena sangat rawan terjadi bencana serupa.
Longsor yang melanda Kamung Garehong pada 31 Desember 2018 lalu ini menyebabkan 29 rumah rusak, 100 jiwa terdampak yang diantaranya 64 selamat, 32 meninggal dunia, satu hilang tertimbun dan tiga terluka.
Editor berita: Ridwan Chaidir
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Jika dipukul rata 30 kepala keluarga korban bencana tanah longsor di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok satu KK mendapat anggaran untuk 200 meter persegi berarti dibutuhkan lahan 6 ribu meter persegi sehingga dibutuhkan lahan sekitar satu hektare, jika satu meter persegi tanah dihargai Rp10 ribu maka anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp1 miliar," katanya di Sukabumi, Rabu.
Namun, yang menjadi kendala dalam relokasi ini adalah penentuan lokasi sebab mayoritas tanah di desa ini merupakan rawan longsor dan masuk zona merah. Sehingga perlu adanya koordinasi lebih mendalam dengan dinas terkait serta tokoh masyarakat sekitar.
Sebab untuk menentukan lahan relokasi perlu ditinjau dari berbagai aspek mulai dari ekonomi, pendidikan hingga mata pencaharian. Sehingga korban bencana tanah longsor ini bisa kembali menata hidupnya mulai dari nol.
Selain itu, yang harus diperhatikan juga adalah sarana dan prasarana lainnya mulai akses jalan dan ketersediaan air bersih. Sebab pascalongsor lalu sumber air banyak yang rusak sehingga pasokan air berkurang, tapi sekarang sudah mulai normal.
Sementara, bantuan untuk korban bencana masih mengalir hingga saat ini. Tetapi untuk aktivitas warga memang belum sepenuhnya normal apalagi mayoritas lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian mereka rusak ditambah warga pun masih khawatir terjadi longsor susulan.
"Kementerian Sosial RI, Pemerintah Provinsi Jabar termasuk Pemkab Sukabumi sudah siap untuk memberikan bantuan untuk korban dengan mendirikan hunian tetap, namun yang terpenting lahan rekolasinya tersedia terlebih dahulu," katanya menambahkan.
Marwan mengatakan keinginan korban bencana tanah longsor ini lahan untuk relokasi yang disediakan tidak jauh dari lokasi permukiman awal mereka yang tertimbun longsor. Sementara untuk area longsor sudah tidak bisa lagi dijadikan lokasi permukiman karena sangat rawan terjadi bencana serupa.
Longsor yang melanda Kamung Garehong pada 31 Desember 2018 lalu ini menyebabkan 29 rumah rusak, 100 jiwa terdampak yang diantaranya 64 selamat, 32 meninggal dunia, satu hilang tertimbun dan tiga terluka.
Editor berita: Ridwan Chaidir
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019