Bogor (ANTARA News Megapolitan) - Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya Sugiarto ingin seluruh aparatnya aktif bergerak di tahun 2019, mengakselerasikan kegiatan di wilayah dengan program pemerintahan, salah satunya lurah diminta aktif turun ke lapangan.

"Saya berharap awal tahun ini ada penyegaran. Jangan ada lagi berfikir ini tupoksi siapa, tapi lurah harus mengambil peran yang besar dan memastikan di wilayahnya tertib," kata Bima saat memberikan pengarahan staf atau `briefing staff` di bawah kolong Jembatan Sempur, Kota Bogor, Senin.

Bima membeberkan berbagai catatan dan evaluasi capaian tahun 2018 yang harus dibenahi di 2019, agar Kota Bogor dapat selaras dan bergerak dinamis, menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang masih menjadi kendala.

Persoalan utama adalah pemasalahan sampah, dan kebersihan lingkungan. Bima mengaku kerap menerima laporan dari warga, Lapangan Sempur setiap pagi sampahnya bertebaran di mana-mana.

Bima tidak ingin lintasan joging (jogging track) Lapangan Sempur yang baru direvitalisasi bulan Oktober 2018 lalu senilai Rp2,3 miliar rusak karena tidak terawat kebersihannya.

"Sedih saya melihat joging track yang mahal ini betebaran puntung rokok kalau pagi, tolong diperhatikan betul," kata Bima.

Bima mengagumi kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang begitu konsisten dalam berbagai hal, dan tidak capek memantau di lapangan.

Pada akhir tahun 2018 lalu Bima mengajak para lurah dan camat studi banding ke Kota Surabaya. Salah satu pesan Risma kepada aparatnya, bahwa lurah adalah wali kota di wilayahnya masing-masing.

Untuk itu Bima ingin, agar seluruh lurah di 68 kelurahan di Kota Bogor untuk aktif bergerak, turun ke masyarakat. Ia pun mengapresiasi beberapa lurah yang aktif di wilayahnya, walaupun jumlahnya belum banyak.

"Jadi kalau saya saja sering turun menyapu seluruh wilayah Kota Bogor, setiap ada di lokasi ketemu persoalan, pasti tanya ke ajudan camatnya di mana, apalagi lurah yang lingkupnya lebih kecil," kata Bima.

Sebelum pelantikan wali kota dan wakil wali kota April 2019, akan ada proses penyesuaian besar-besaran di struktral. Dilakukan rotasi dan mutasi besar-besaran gelombang kedua. Titik berat evaluasi ada di wilayah, sehingga para lurah harus siap untuk `berlari` dalam menjalankan tugasnya.

"Yang siap berlari sama-sama kita berlari, yang tidak siap berlari akan ditempatkan di tempat yang tidak memerlukan stamina untuk berlari. Karena tadi lurah adalah wali kota di wilayah masing-masing," katanya.

Bima mengingatkan para lurah untuk siap-siap dari sekarang, pihaknya sedang melakukan pemetaan kinerja para lurah. Ada beberapa lurah yang lebih rajin turun ke lapangan dari pada wali kota.

Ukurannya gampang, lanjut Bima, kalau wali kota dan lurah turun, warganya lebih banyak menyapa lurah berarti sering turun. Kalau warga tidak kenal lurahnya, berarti jarang turun. "Jadi kuncinya adalah turun di lapangan," kata Bima.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019