Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan tidak pernah berniat mengecilkan bantuan dan dukungan warga maupun pemerintah Malaysia kepada korban bencana di Aceh.

Hal itu dikemukakan Tito di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat, menyusul viralnya pernyataan mantan Menteri Luar Negeri Malaysia Tan Sri Rais Yatim yang menyatakan kecewa dengan komentar yang dinilai meremehkan bantuan tersebut.

"Pernyataan saya kemarin mungkin disalahpahami. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengecilkan bantuan, dukungan dari warga Malaysia kepada Aceh, tidak, sama sekali tidak bermaksud itu," katanya.

Tito secara terbuka menyampaikan permohonan maaf apabila ucapannya menimbulkan kesan negatif.

"Saya sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bantuan dan dukungan dari saudara-saudara kita di Malaysia. Kalau ada yang salah paham, saya minta maaf," ujar Tito.

Baca juga: Mendagri pelajari permintaan bantuan Pemprov Aceh ke UNDP, UNICEF

Ia menegaskan hubungan personal dan profesionalnya dengan Malaysia telah terjalin sangat panjang dan erat, sejak kerja sama pascabom Bali, saat dirinya masih aktif di kepolisian, Densus 88, hingga menjabat Kapolri dan kini Mendagri.

Hubungan baik itu, kata Tito, juga terjalin dengan Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution, Menteri Luar Negeri, hingga Perdana Menteri Malaysia.

Menurut Tito, penekanan utama dari pernyataannya bukan soal membandingkan atau mengurangi arti bantuan luar negeri, melainkan meminta agar kerja besar Pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah, juga mendapatkan penghargaan yang setara, meski banyak dilakukan tanpa sorotan kamera.

Ia mengungkapkan sejak hari-hari awal terjadinya bencana, pemerintah bergerak cepat.

Baca juga: Mendagri terbitkan Surat Edaran pergeseran anggaran pada daerah bencana

Tito juga turun langsung ke Aceh pada 29 November 2025, menyusuri Banda Aceh, Pidie, Pidie Jaya hingga Lhokseumawe untuk menyalurkan bantuan dan mengoordinasikan langkah lintas sektor bersama TNI, Polri, BNPB, Basarnas, serta pemerintah daerah.

"Banyak sekali yang sudah dikerjakan sejak hari pertama, hanya memang tidak semuanya terekam media," ujarnya.

Tito juga memaparkan bagaimana pemerintah pusat mengerahkan logistik dalam jumlah besar, termasuk ratusan ton beras dari Bulog, mobilisasi helikopter, kapal, dan pesawat atas arahan Presiden, hingga dukungan anggaran cepat bagi daerah yang kekurangan dana operasional.

Ia mengapresiasi bantuan dari luar negeri, termasuk dari Malaysia yang memiliki ikatan serumpun dan diaspora Aceh yang kuat, tetap sangat tinggi.

Baca juga: Kemendagri dan Kemenkes gelar audit paralel rumah sakit di Papua tolak ibu hamil

Namun, ia mengingatkan agar kerja keras aparat negara, relawan, dan donatur dalam negeri juga tidak terpinggirkan oleh pemberitaan yang timpang.

"Yang saya maksud, tolong juga dihargai upaya pemerintah pusat, pemerintah daerah, relawan, dan donatur dalam negeri yang bekerja luar biasa, meski sering tidak terekspos," katanya.

Di akhir pernyataannya, Tito kembali menegaskan komitmennya menjaga hubungan baik Indonesia-Malaysia.

"Penekanan saya itu cuma satu sebetulnya, tolong, yang di dalam negeri juga dihargai, kira-kira gitu," katanya.

Dalam sebuah unggahan media sosial, Tito menyatakan bahwa nilai bantuan kemanusiaan dari Malaysia untuk Aceh berkisar Rp1 miliar.

"Nilainya nggak sampai Rp1 miliar, kalau sampai Rp1 miliar kita cukup punya anggaran jauh dari itu, mungkin anggarannya tidak seberapa dibandingkan kemampuan kita lebih dari itu," katanya.

Pernyataan Mendagri Tito memicu kritik Rais Yatim terkait etika diplomasi serta narasi bantuan luar negeri.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025