Bekasi (Antaranews Megapolitan) - Destinasi wisata Hutan Bambu di Kampung Bekasi Jati, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, membutuhkan pendanaan pemerintah untuk pengembangan kawasan tersebut, ujar tokoh warga sekitar, Saiful Bahri (49).
"Sejak Hutan Bambu ini kita buat pada Oktober 2018, hingga sekarang baru rampung sekitar 60 persennya melalui?swadaya warga," katanya di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, sekitar 60 persen Hutan Bambu di RW26 Bekasi Jati itu baru meliputi pembuatan jalan setapak sepanjang 200 meter, sepuluh saung bambu, zona bermain anak, dermaga, fasilitas ibadah, penangkaran burung, lima titik taman dan zona pedagang.
Menurut dia, seluruh material sarana dan prasarana yang terpasang di atas lahan seluas total 2,6 hektare itu memanfaatkan bahan daur ulang limbah bangunan serta potongan bambu dari sekitar bantaran Kali Bekasi.
Meski baru berusia empat hari sejak diresmikan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi pada Minggu (4/11), namun objek wisata alternatif di pinggiran Jakarta itu mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal, khususnya pada saat akhir pekan.
"Kalau akhir pekan bisa sampai 300 wisatawan yang datang sepanjang hari, tapi rata-rata masih dari Bekasi," katanya.
Menyikapi animo wisatawan yang cukup tinggi itu, Saiful yang tergabung dalam Forum Masyarakat Pecinta Kali Bekasi (FMPKB) itu berharap adanya dukungan pendanaan pemerintah daerah untuk pengembangan Hutan Bambu.
"Kami telah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kota Bekasi untuk pelebaran jalan sebagai akses wisatawan," katanya.
Saiful mengatakan, jalan yang ada sekarang baru terpasang sekitar 40 meter yang disambung dengan tanggul sungai dan kawat beronjong berisi batu kali.
Tanggul dan kawat beronjong itu memang sudah ada lebih dulu di bantaran sungai sebagai upaya antisipasi bila terjadi banjir akibat luapan Kali Bekasi.
"Kebetulan tanggul dan beronjong ini sudah mulai ambles, jadi kita sambung dengan jalan setapak menggunakan material batu bata bekas yang lebarnya hanya cukup untuk lintasan satu orang," katanya.
Menurut dia, Pemkot Bekasi telah berkomitmen untuk memberikan pendanaan bagi pengembangan Hutan Bambu berupa pengecoran jalan, panggung budaya hingga fasilitas penerangan.
"Rencananya Hutan Bambu ini akan mengadopsi budaya Betawai karena masyoritas warga di sini orang Betawi yang tinggal di Bekasi," katanya.
Saiful juga telah mengusulkan penambahan fauna Hutan Bambu seperti monyet maupun hewan ternak yang bisa berinteraksi dengan para wisatawan.
"Ke depan akan ada fastival kuliner khas Bekasi dengan konsep perkampungan Betawi yang digelar secara rutin setiap pekan," katanya.
Selain fasilitas penunjang kawasan wisata, kata dia, Pemkot Bekasi juga diminta untuk menanggulangi musibah banjir yang kerap menerjang kawasan tersebut setiap musim hujan tiba.
"Memang sejak pembangunan sipon Kali Bekasi selesai, sudah jarang sekali ada banjir di sini, tapi ancaman itu tetap ada karena bila debitnya sampai setinggi 400 meter, dipastikan air akan melimpas ke Hutan Bambu," katanya.
Secara terpisah, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menjanjikan pemugaran Hutan Bambu akan bergulir pada 2019 melalui pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat.
"Target kita 2019, Hutan Bambu ini sudah sangat layak menjadi destinasi wisata. Kami sedang kalkulasi berapa kebutuhannya serta fasilitas tambahannya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Sejak Hutan Bambu ini kita buat pada Oktober 2018, hingga sekarang baru rampung sekitar 60 persennya melalui?swadaya warga," katanya di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, sekitar 60 persen Hutan Bambu di RW26 Bekasi Jati itu baru meliputi pembuatan jalan setapak sepanjang 200 meter, sepuluh saung bambu, zona bermain anak, dermaga, fasilitas ibadah, penangkaran burung, lima titik taman dan zona pedagang.
Menurut dia, seluruh material sarana dan prasarana yang terpasang di atas lahan seluas total 2,6 hektare itu memanfaatkan bahan daur ulang limbah bangunan serta potongan bambu dari sekitar bantaran Kali Bekasi.
Meski baru berusia empat hari sejak diresmikan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi pada Minggu (4/11), namun objek wisata alternatif di pinggiran Jakarta itu mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal, khususnya pada saat akhir pekan.
"Kalau akhir pekan bisa sampai 300 wisatawan yang datang sepanjang hari, tapi rata-rata masih dari Bekasi," katanya.
Menyikapi animo wisatawan yang cukup tinggi itu, Saiful yang tergabung dalam Forum Masyarakat Pecinta Kali Bekasi (FMPKB) itu berharap adanya dukungan pendanaan pemerintah daerah untuk pengembangan Hutan Bambu.
"Kami telah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kota Bekasi untuk pelebaran jalan sebagai akses wisatawan," katanya.
Saiful mengatakan, jalan yang ada sekarang baru terpasang sekitar 40 meter yang disambung dengan tanggul sungai dan kawat beronjong berisi batu kali.
Tanggul dan kawat beronjong itu memang sudah ada lebih dulu di bantaran sungai sebagai upaya antisipasi bila terjadi banjir akibat luapan Kali Bekasi.
"Kebetulan tanggul dan beronjong ini sudah mulai ambles, jadi kita sambung dengan jalan setapak menggunakan material batu bata bekas yang lebarnya hanya cukup untuk lintasan satu orang," katanya.
Menurut dia, Pemkot Bekasi telah berkomitmen untuk memberikan pendanaan bagi pengembangan Hutan Bambu berupa pengecoran jalan, panggung budaya hingga fasilitas penerangan.
"Rencananya Hutan Bambu ini akan mengadopsi budaya Betawai karena masyoritas warga di sini orang Betawi yang tinggal di Bekasi," katanya.
Saiful juga telah mengusulkan penambahan fauna Hutan Bambu seperti monyet maupun hewan ternak yang bisa berinteraksi dengan para wisatawan.
"Ke depan akan ada fastival kuliner khas Bekasi dengan konsep perkampungan Betawi yang digelar secara rutin setiap pekan," katanya.
Selain fasilitas penunjang kawasan wisata, kata dia, Pemkot Bekasi juga diminta untuk menanggulangi musibah banjir yang kerap menerjang kawasan tersebut setiap musim hujan tiba.
"Memang sejak pembangunan sipon Kali Bekasi selesai, sudah jarang sekali ada banjir di sini, tapi ancaman itu tetap ada karena bila debitnya sampai setinggi 400 meter, dipastikan air akan melimpas ke Hutan Bambu," katanya.
Secara terpisah, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menjanjikan pemugaran Hutan Bambu akan bergulir pada 2019 melalui pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat.
"Target kita 2019, Hutan Bambu ini sudah sangat layak menjadi destinasi wisata. Kami sedang kalkulasi berapa kebutuhannya serta fasilitas tambahannya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018