Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Kinerja sektor koperasi dan UKM diproyeksikan akan cerah pada 2019 terindikasi dari semakin besarnya kontribusinya terhadap PDB.
Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi dalam Diskusi Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang dan Tantangan KUKM di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya optimistis kinerja KUKM prospektif sebab sepanjang empat tahun terakhir ini terus mengalami tren peningkatan yang signifikan.
"Buktinya, kontribusi koperasi terhadap PDB telah meningkat menjadi 4,48 persen dari sebelumnya yang satu koma sekian persen. Begitu juga dengan rasio kewirausahaan yang sudah berada di posisi 3,1 persen dari sebelumnya 1,65 persen," kata Zabadi.
Selain itu, lanjut Zabadi, pengembangan performa koperasi di Indonesia pun terus menunjukkan tren meningkat.
Saat ini, sudah ada dua koperasi besar di Indonesia yang masuk jajaran 300 koperasi besar skala global yaitu, Koperasi Warga Semen Gresik dan Koperasi Kisel.
"Masih banyak lagi koperasi besar lainnya di Indonesia yang bisa didorong masuk ke kelas global, seperti Koperasi Sidogiri, Kospin Jasa dan sebagainya," kata Zabadi.
Dengan begitu, Zabadi meyakini bahwa pertumbuhan Gerakan Koperasi pada 2019 akan terus meningkat lagi. "Saya optimistis kontribusi koperasi terhadap PDB akan menembus 5 persen," kata Zabadi.
Menurut Zabadi, hal yang sama akan dialami pelaku UKM. Di mana dengan kemajuan teknologi akan mampu meningkatkan enterpreneur di Indonesia.
"Akan semakin banyak generasi milenial memiliki usaha produktif dengan memanfaatkan gadget miliknya," kata Zabadi.
Hal senada disampaikan Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto yang meyakini pelaku usaha mikro dan kecil akan mampu berkembang di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Para pelaku UKM di Indonesia sudah banyak belajar dari krisis yang dialami negeri ini yaitu krisis moneter 1998, 2003, 2005, 2008, 2017, hingga 2018. Mereka menjadi lebih tangguh dan responsif ketika krisis global melanda ke Indonesia," kata Ryan.
Indikator lain, ungkap Ryan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini sekitar 12,6 persen yang didominasi sektor pertanian, industri dan perdagangan (usaha besar, menengah dan kecil).
Transaksi pembayaran sektor ritel juga terus meningkat signifikan.
"Memang, ada pelambatan kredit perbankan di sektor UMKM. Tapi, saya meyakini itu hanya sementara dan akan kembali meningkat pada 2019," kata Ryan.
Pada kesempatan yang sama, pelaku UKM Du'Anyam Juan Firmansyah menyebutkan potensi untuk mengembangkan usaha masih tetap besar di tengah tekanan perekonomian baik dari sisi internal maupun eksternal.
Satu permasalahan yang ia hadapi adalah dari sisi ongkos produksi yakni pengiriman dari titik produksi ke pemasaran.
Namun, UKM pemegang lisensi suvenir resmi Asian Games 2018 itu mengaku tetap optimistis dan akan tetap mengekspansi usaha termasuk mengembangkannya secara online.
"Kami mulai mengembangkan website yang mendisplai seluruh produk kita hingga bisa dinikmati seluruh dunia," kata Juan.
Ia menyebutkan, Du'Anyam rutin memproduksi 5.000 produk anyaman dengan memberdayakan kaum perempuan (ibu-ibu) di Flores.
Juan menjelaskan saat ini produk anyaman Du'Anyam asal Flores (NTT) tersebut bahkan sudah menembus pasar AS, Eropa, Jepang, Korea, Australia, Denmark dan sebagainya.
"Meski begitu, pasar domestik juga harus tetap kita jaga dan pertahankan. Kami ekspansi pasar hingga ke Papua, Kalimantan dan Jatim. Pokoknya, kita harus lebih kreatif dalam mengembangkan pasar," kata Juan.
Editor Berita: A. Salim.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi dalam Diskusi Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang dan Tantangan KUKM di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya optimistis kinerja KUKM prospektif sebab sepanjang empat tahun terakhir ini terus mengalami tren peningkatan yang signifikan.
"Buktinya, kontribusi koperasi terhadap PDB telah meningkat menjadi 4,48 persen dari sebelumnya yang satu koma sekian persen. Begitu juga dengan rasio kewirausahaan yang sudah berada di posisi 3,1 persen dari sebelumnya 1,65 persen," kata Zabadi.
Selain itu, lanjut Zabadi, pengembangan performa koperasi di Indonesia pun terus menunjukkan tren meningkat.
Saat ini, sudah ada dua koperasi besar di Indonesia yang masuk jajaran 300 koperasi besar skala global yaitu, Koperasi Warga Semen Gresik dan Koperasi Kisel.
"Masih banyak lagi koperasi besar lainnya di Indonesia yang bisa didorong masuk ke kelas global, seperti Koperasi Sidogiri, Kospin Jasa dan sebagainya," kata Zabadi.
Dengan begitu, Zabadi meyakini bahwa pertumbuhan Gerakan Koperasi pada 2019 akan terus meningkat lagi. "Saya optimistis kontribusi koperasi terhadap PDB akan menembus 5 persen," kata Zabadi.
Menurut Zabadi, hal yang sama akan dialami pelaku UKM. Di mana dengan kemajuan teknologi akan mampu meningkatkan enterpreneur di Indonesia.
"Akan semakin banyak generasi milenial memiliki usaha produktif dengan memanfaatkan gadget miliknya," kata Zabadi.
Hal senada disampaikan Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto yang meyakini pelaku usaha mikro dan kecil akan mampu berkembang di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Para pelaku UKM di Indonesia sudah banyak belajar dari krisis yang dialami negeri ini yaitu krisis moneter 1998, 2003, 2005, 2008, 2017, hingga 2018. Mereka menjadi lebih tangguh dan responsif ketika krisis global melanda ke Indonesia," kata Ryan.
Indikator lain, ungkap Ryan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini sekitar 12,6 persen yang didominasi sektor pertanian, industri dan perdagangan (usaha besar, menengah dan kecil).
Transaksi pembayaran sektor ritel juga terus meningkat signifikan.
"Memang, ada pelambatan kredit perbankan di sektor UMKM. Tapi, saya meyakini itu hanya sementara dan akan kembali meningkat pada 2019," kata Ryan.
Pada kesempatan yang sama, pelaku UKM Du'Anyam Juan Firmansyah menyebutkan potensi untuk mengembangkan usaha masih tetap besar di tengah tekanan perekonomian baik dari sisi internal maupun eksternal.
Satu permasalahan yang ia hadapi adalah dari sisi ongkos produksi yakni pengiriman dari titik produksi ke pemasaran.
Namun, UKM pemegang lisensi suvenir resmi Asian Games 2018 itu mengaku tetap optimistis dan akan tetap mengekspansi usaha termasuk mengembangkannya secara online.
"Kami mulai mengembangkan website yang mendisplai seluruh produk kita hingga bisa dinikmati seluruh dunia," kata Juan.
Ia menyebutkan, Du'Anyam rutin memproduksi 5.000 produk anyaman dengan memberdayakan kaum perempuan (ibu-ibu) di Flores.
Juan menjelaskan saat ini produk anyaman Du'Anyam asal Flores (NTT) tersebut bahkan sudah menembus pasar AS, Eropa, Jepang, Korea, Australia, Denmark dan sebagainya.
"Meski begitu, pasar domestik juga harus tetap kita jaga dan pertahankan. Kami ekspansi pasar hingga ke Papua, Kalimantan dan Jatim. Pokoknya, kita harus lebih kreatif dalam mengembangkan pasar," kata Juan.
Editor Berita: A. Salim.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018