Bogor (Antaranews Megapolitan) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bogor mengimbau masyarakat, khususnya di Bogor dan umumnya di Jawa Barat untuk mewaspadai potensi cauca ekstrem selama masa peralihan musim saat ini.
"Yang perlu diwaspadai di masa peralihan musim ini adalah cuaca ekstrem, adanya awan cumulonimbus (CB) yang akan menyebabkan petir, angin, dan hujan ekstrem," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor Hadi Saputra di Bogor, Kamis.
Ia menjelaskan kondisi itu akan berlangsung sampai November yang artinya potensi hujan ekstrem masih terjadi hingga sepekan ke depan.
Kondisi itu, kata dia, patut diwapadai oleh masyarakat. Masa peralihan dari musim kemarau ke awal musim hujan yang disebut masa transisi atau pancaroba, ditandai selalu ada potensi awan CB.
"Awan CB ini memicu hujan ekstrem, bahkan hujan es, petir, dan angin kencang," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, masyarakat perlu mewaspadai adanya awan CB yang terbentuk dari suhu yang panas terik pada siang hari, dan mendadak gelap atau mendung. Hal itu ciri awal pembentukan awan CB.
Potensi hujan ekstrem setelah terbentuk awan CB bisa diprediksi. Hal itu, ditandai adanya petir dan angin kencang.
"Biasanya hujan ekstrem ini berlangsung singkat, hanya saja curahnya tinggi, bahkan bisa di atas 20 milimeter per jam, petir disertai kilat, dan angin kencang, durasi maksimal satu jam," katanya.
Ketika hujan ekstrem, kata dia, kecepatan angin bisa mencapai 45 kilometer per jam, bahkan lebih, sedangkan petir juga bisa menyambar dalam jumlah yang banyak, rata-rata di Bogor mencapai 100 kali sehari.
"Sambaran petir bisa dari awan ke darat, bisa juga dari awan ke awan," katanya.
Saat tanda-tanda cuaca ekstrem muncul, masyarakat diimbau mencari tempat aman untuk berlindung, terutama yang sedang dalam perjalanan. Ketika bentukan awan CB terlihat lalu disertai petir, hal itu menjadi tanda terjadi hujan ekstrem.
"Upayakan yang di jalan berlindung jangan di bawah pohon, jangan di lapangan, berlindung di tempat yang aman, di bawah bangunan yang kokoh," katanya.
Ia mengatakan warga yang tinggal di pinggir sungai atau daerah rawan bencana, seperti longsor, juga harus meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya bencana.
Berdasarkan pantauan satelit, kata dia, prakiraan cuaca pada puncak musim hujan di wilayah Jawa Barat dan Bogor, khususnya, terjadi pada Januari dan Februari 2019.
Terjadi perlambatan musim hujan dikarenakan Elnino lemah yang membuat musim kemarau berlangsung lebih lama. Hal itu perlu diantisipasi untuk musim kemarau tahun berikutnya, supaya tidak terjadi kekeringan.
"BMKG berupaya untuk melaporkan setiap informasi cuaca kepada masyarakat, baik melalui percakapan WA, maupun aplikasi info BMKG. Informasi peringatan dini juga sudah kami distribusikan hingga tiap kecamatan," kata Hadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Yang perlu diwaspadai di masa peralihan musim ini adalah cuaca ekstrem, adanya awan cumulonimbus (CB) yang akan menyebabkan petir, angin, dan hujan ekstrem," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor Hadi Saputra di Bogor, Kamis.
Ia menjelaskan kondisi itu akan berlangsung sampai November yang artinya potensi hujan ekstrem masih terjadi hingga sepekan ke depan.
Kondisi itu, kata dia, patut diwapadai oleh masyarakat. Masa peralihan dari musim kemarau ke awal musim hujan yang disebut masa transisi atau pancaroba, ditandai selalu ada potensi awan CB.
"Awan CB ini memicu hujan ekstrem, bahkan hujan es, petir, dan angin kencang," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, masyarakat perlu mewaspadai adanya awan CB yang terbentuk dari suhu yang panas terik pada siang hari, dan mendadak gelap atau mendung. Hal itu ciri awal pembentukan awan CB.
Potensi hujan ekstrem setelah terbentuk awan CB bisa diprediksi. Hal itu, ditandai adanya petir dan angin kencang.
"Biasanya hujan ekstrem ini berlangsung singkat, hanya saja curahnya tinggi, bahkan bisa di atas 20 milimeter per jam, petir disertai kilat, dan angin kencang, durasi maksimal satu jam," katanya.
Ketika hujan ekstrem, kata dia, kecepatan angin bisa mencapai 45 kilometer per jam, bahkan lebih, sedangkan petir juga bisa menyambar dalam jumlah yang banyak, rata-rata di Bogor mencapai 100 kali sehari.
"Sambaran petir bisa dari awan ke darat, bisa juga dari awan ke awan," katanya.
Saat tanda-tanda cuaca ekstrem muncul, masyarakat diimbau mencari tempat aman untuk berlindung, terutama yang sedang dalam perjalanan. Ketika bentukan awan CB terlihat lalu disertai petir, hal itu menjadi tanda terjadi hujan ekstrem.
"Upayakan yang di jalan berlindung jangan di bawah pohon, jangan di lapangan, berlindung di tempat yang aman, di bawah bangunan yang kokoh," katanya.
Ia mengatakan warga yang tinggal di pinggir sungai atau daerah rawan bencana, seperti longsor, juga harus meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya bencana.
Berdasarkan pantauan satelit, kata dia, prakiraan cuaca pada puncak musim hujan di wilayah Jawa Barat dan Bogor, khususnya, terjadi pada Januari dan Februari 2019.
Terjadi perlambatan musim hujan dikarenakan Elnino lemah yang membuat musim kemarau berlangsung lebih lama. Hal itu perlu diantisipasi untuk musim kemarau tahun berikutnya, supaya tidak terjadi kekeringan.
"BMKG berupaya untuk melaporkan setiap informasi cuaca kepada masyarakat, baik melalui percakapan WA, maupun aplikasi info BMKG. Informasi peringatan dini juga sudah kami distribusikan hingga tiap kecamatan," kata Hadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018