Karawang (Antaranews Megapolitan) - Masyarakat Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terpaksa memanfaatkan air keruh sisa air Sungai Cibenda, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena sumur mereka kering selama musim kemarau ini.
"Sumber air di desa saya sudah kering. Jadi terpaksa mengambil air dari sumur kecil digali dari Sungai Cibenda," kata Ahmad, salah seorang warga Cibenda, Karawang, Kamis.
Setiap hari masyarakat di desa itu harus mengambil air dari sumur-sumur kecil yang digali sendiri, karena tidak ada sumber air yang lain menyusul mengeringnya sungai dan sumber mata air lain di daerah itu.
Ia mengakui kalau air yang diambilnya keruh. Tetapi air itu diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti keperluan mencuci dan mandi.
"Terpaksa manfaatkan air di sini untuk kebutuhan sehari-hari, karena tidak ada lagi sumber air," katanya.
Baca: Ada 15 desa di Karawang masih kekeringan
Untuk keperluan minum, warga setempat harus membeli air dengan harga Rp6 ribu per galon atau menunggu penyaluran bantuan air bersih dari pihak swasta.
Sejumlah warga mengaku sudah kesulitan air bersih sejak tiba bulan terakhir. Kondisi kekeringan selalu dialami warga setiap musim kemarau.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang mencatat sebanyak 15 desa yang tersebar di tiga kecamatan hingga kini masih kekeringan atau mengalami kesulitan air bersih.
Sekretaris BPBD Karawang Supriatna mengatakan kekeringan yang melanda sejumlah daerah di sekitar Karawang sudah terjadi sejak akhir Juli 2018.
Hingga kini masyarakat yang tersebar di tiga kecamatan, yakni di Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru dan Ciampel tersebut masih kesulitan air bersih.
Catatan BPBD Karawang, kekeringan yang terjadi di Kecamatan Tegalwaru di antaranya Desa Kutalanggeung, Cintalanggeng, Cintalaksana, Cintawargi, Wargasetra, Cigunungsari, dan Desa Cipurwasari.
Kemudian di Kecamatan Pangkalan, kekeringan terjadi di Desa Jatilaksana, Mulangsari, Tamansari, Tamanmekar, Cintaasih, Kertasari dan Desa Ciptasari.
Untuk di Kecamatan Ciampel, sesuai dengan catatan BPBD Karawang, kekeringan hanya terjadi di Desa Parungmulya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Sumber air di desa saya sudah kering. Jadi terpaksa mengambil air dari sumur kecil digali dari Sungai Cibenda," kata Ahmad, salah seorang warga Cibenda, Karawang, Kamis.
Setiap hari masyarakat di desa itu harus mengambil air dari sumur-sumur kecil yang digali sendiri, karena tidak ada sumber air yang lain menyusul mengeringnya sungai dan sumber mata air lain di daerah itu.
Ia mengakui kalau air yang diambilnya keruh. Tetapi air itu diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti keperluan mencuci dan mandi.
"Terpaksa manfaatkan air di sini untuk kebutuhan sehari-hari, karena tidak ada lagi sumber air," katanya.
Baca: Ada 15 desa di Karawang masih kekeringan
Untuk keperluan minum, warga setempat harus membeli air dengan harga Rp6 ribu per galon atau menunggu penyaluran bantuan air bersih dari pihak swasta.
Sejumlah warga mengaku sudah kesulitan air bersih sejak tiba bulan terakhir. Kondisi kekeringan selalu dialami warga setiap musim kemarau.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang mencatat sebanyak 15 desa yang tersebar di tiga kecamatan hingga kini masih kekeringan atau mengalami kesulitan air bersih.
Sekretaris BPBD Karawang Supriatna mengatakan kekeringan yang melanda sejumlah daerah di sekitar Karawang sudah terjadi sejak akhir Juli 2018.
Hingga kini masyarakat yang tersebar di tiga kecamatan, yakni di Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru dan Ciampel tersebut masih kesulitan air bersih.
Catatan BPBD Karawang, kekeringan yang terjadi di Kecamatan Tegalwaru di antaranya Desa Kutalanggeung, Cintalanggeng, Cintalaksana, Cintawargi, Wargasetra, Cigunungsari, dan Desa Cipurwasari.
Kemudian di Kecamatan Pangkalan, kekeringan terjadi di Desa Jatilaksana, Mulangsari, Tamansari, Tamanmekar, Cintaasih, Kertasari dan Desa Ciptasari.
Untuk di Kecamatan Ciampel, sesuai dengan catatan BPBD Karawang, kekeringan hanya terjadi di Desa Parungmulya.
Editor : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018