Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyebut mandatori pemerintah terkait pencampuran bensin dengan etanol sebesar 10 persen dapat mengurangi kandungan sulfur yang tinggi pada Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Bilamana dikonversi sebagian dengan (bahan bakar) alami tentu mengurangi sulfur," ujar Menteri LH Hanif Faisal Nurofiq saat melakukan kunjungan kerja ke TPST Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Menteri Hanif mengakui kandungan sulfur yang sangat tinggi pada BBM di Indonesia berpengaruh terhadap tingkat polusi sektor transportasi.
Mayoritas produk BBM di Indonesia memiliki kandungan sulfur sebesar 1.500 ppm (parts per million). Sedangkan standar Euro V hanya membolehkan batas kandungan sulfur sebesar 50 ppm.
Menteri LH enggan menyinggung lebih jauh terkait kebijakan mencampurkan etanol sebanyak 10 persen tersebut agar tidak menimbulkan polemik dengan kementerian lain.
"Saya tidak menyikapi dulu, takut ada polemik, tapi intinya BBM kita sulfurnya masih tinggi," ucap Hanif Faisol Nurofiq.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengaku bahwa Presiden Prabowo Subianto menyetujui mandatori campuran etanol 10 persen untuk BBM, untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM.
Campuran etanol sebesar lima persen untuk BBM jenis Pertamax Green 95 yang merupakan bahan bakar non-penugasan pemerintah atau non-PSO.
Baca juga: Pakar sebut campuran etanol 10 persen masih aman untuk kendaraan modern
Baca juga: Kandungan etanol pada BBM untuk transisi energi
Editor : Budi Setiawanto
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025