Bogor (Antaranews Megapolitan) - Institut Pertanian Bogor (IPB) kenalkan konsep Agro-Maritim 4.0 sebagai bentuk sumbang pemikiran kepada pemerintah dan bangsa Indonesia dalam menyosong visi 2045. 
   
"Agro-maritim adalah sebuah istilah yang sengaja diangkat untuk bisa mengintegrasikan matra darat dan laut dalam konteks sumber daya alam," kata Rektor IPB, Dr Arif Satria di Bogor, Jawa Barat, Kamis. 
   
Untuk mengenalkan konsep Agro-Maritim 4.0, IPB menggelar seminar bertajuk Agro-Maritim 4.0 : Menyongsong Visi Indonesia 2045 yang terangkai dalam kegiatan 'Dies Natalis' ke-55 IPB. 
   
Seminar ini dihadiri Menteri Perancanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Prof Bambang P. S. Brodjonegoro sebagai pembicara kunci. 
   
Lebih lanjut Arif menjelaskan, konsep Agro-Maritim 4.0 disusun oleh tim IPB lintas fakultas, dalam waktu relatif singkat, kurang dari enam bulan. Dan seminar ini menjadi ajang bagi IPB untuk mendiskusikan gagasan tersebut guna untuk menyempurnakan, melengkapi pemikiran tersebut dari para peserta seminar, sebagai bentuk sumbangsih IPB kepada pemerintah, dan juga bangsa Indonesia. 
   
"Kami juga berterimakasih kepada Bappenas yang telah memberikan kepercayaan kepada IPB dalam merancang RPJMN bidang pertanian, kemaritiman, peternakan, perikanan dan kehutanan," kata Arif. 
   
Arif mengatakan, transforamsi Agro-maritim 4.0 menjadi penting karena ke depan Indonesia dihadapkan pada sebuah persoalan yakni diskonektivitas pembangunan agro dan maritim. 
   
Diakuianya saat ini, pembenahan tata ruang darat dan laut belum terintegrasi dengan sempurna. Persoalan tata ruang menjadi menjadi sangat krusial sekali karena dengan tata ruang yang baik, maka pengelolaan akan berjalan dengan baik. 
   
"Manajemen juga akan berjalan dengan baik apabila zoning berjalan dengan baik, oleh karena itu diskonektivitas ini harus kita 'address' menjadikan isu yang penting," katanya. 
   
Persoalan lainnya yang dihadapi saat ini adalah kerusakan sumber daya alam lingkungan, saat ini problem yang dihadapi di tingkat dunia, kelebihan penangkapan (over fishing), deforestasi, menurunnya hutan magrove, dan terumbu karang yang kondisinya sekarang 6,3 persen, serta kerusakan lainnya. 
   
Begitu pula rendahnya kesejahteraan insan agro-maritim, pelaku-pelaku yang ada di maritim menghadapi persoalan terkait kesejahteraan hewan, ketahanan pangan, kemandirian dan kedaulatan pangan, yang saat ini masih begitu kokoh. 
   
"Ini diindikasikan dengan produk-produk impor yang masih ada untuk memenuhi kebutuhan kita," katanya.
   
Begitu pula dengan kontribusi agro-maritim dalam pertumbuhan ekonomi, lanjutnya, sebagai konsekuensi dari transformasi struktura yanh tidak seimbang. 
   
Ketidaksiembangan ini, lanjut Arif, harus diaddress dengan baik, sekaligus untuk untuk mengatasi problem ketimpangan pembangunan antar wilayah barat dan timur. 
     
"Berbagai persoalan yang harus segera diatasi dengan pembangunan yang lebih intensif di Indonesia bagian timur, agar ketimpangan itu semakin lama semakin mengecil," katanya.
   
Ia mengatakan, agro-maritim 4.0 adalah sebuah integrasi pengelolaan wilayah darat dan laut secara iklusif melalui pendekatan sistem sosial, ekonomi, ekologi yang komplek sehingga membutuhkan pendekatan transisi tim terpadu, dan stabil. 
   
Konsep pembangunan agro-maritim 4.0 menggunakan tiga pendekatan yakni transdisiplin, konektivitas wilayah ekologi, terintegrasi, dan partisipatif.
   
"Agro-maritim 4.0 tidak boleh ditafsirkan hanya untuk pencapaian efisiensi, kualitas, keuntungan berlipat, dan nilai tambah dalam pengelolaan sumber daya alam semata," katanya. 
   
Arif menambahkan, konsep agro-maritim 4.0 perlu dibangun dengan semangat dan nilai-nilai universal yang membawa pada kebaikan. Semangat kreativitas, dan berfikir kritis harus dipupuk untuk menghasilkan inovasi teknologi dan sosial kelembagaan yang bisa adaptif dalam menjawab tantangan zaman. 
   
Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Prof Bambang P. S. Brodjonegoro mengapresiasi upaya IPB mengenalkan konsep Agro-maritim 4.0 yang dinilai sangat strategis karena pada tahun 2025 adalah akhir dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. 
   
Ia mengatakan, saat ini Bappenas tengah mempersiapkan penyusunan rencana pembangunan untuk periode 2020-2024, yang diawali dengan penyusunan 'background study' dan rencana teknokratik.
   
"Pada tahapan ini masukan dari berbagai kalangan, terutama akademisi akan sangat dibutuhkan untuk memperkaya informasi dan subtansi akademik yang sedang disusun," kata Bambang. 
   
Bambang menambahkan, terkait pembangunan Agro-maritim temtunya masukan dari akademisi di lingkungan IPB sambat diharapkan pihaknya. Karena pertanian (dalam arti luas termasuk agro-maritim) adalah pondasi dasar ekonomi bangsa. 
   
"Dengan pertanian yang baik akan berimbas pada perekonomian yang stabil," kata Bambang.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018