Sukabumi (Antaranews Megapolitan) - Harga ikan tongkol lisong atau Bullet mackarel anjlok akibat pasokan melimpah dari nelayan baik ke tempat pelelangan maupun pasar di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Harganya terus anjlok, sebelum `panen` harga ikan tongkol lisong yang diterima pengepul bisa mencapai Rp15 ribu hingga Rp20 ribu/kg, kemudian turun menjadi Rp5 ribu kemudian Rp3 ribu dan sekarang harganya paling-paling Rp1.000, karena mayoritas nelayan sekarang menangkap lisong," kata salah seorang nelayan Palabuhanratu Irfan di Sukabumi, Minggu.
Bahkan, dengan melimpahnya hasil tangkapan jenis ikan tersebut ia pun bisa membagikan ke orang lain karena pengepulnya sudah tidak mau menerima yang disebabkan persediaan menumpuk.
Untuk mengurangi, ia menjualnya langsung ke warga atau wisatawan, dengan harga murah.
Di laut, kataya, sedang banyak ikan lisong sehingga nelayan tidak berpayah-payah ke tengah laut.
Lanjut dia, dalam sekali melaut saat musim lisong ini ia bisa mendapapatkan penghasilan sebesar Rp2,7 juta dikurangi biaya perahu, bahan bakar dan makan sekitar Rp1,2 juta, sehingga keuntungan bersihnya Rp1,5 juta dan itu biasanya dibagi dua sampai tiga orang.
"Jika dibandingkan dengan pendapatan sebelum musim panen lebih besar, tetapi risikonya harus jauh melautnya. Kalau sekarang jarak melaut pendek tetapi pendapatan turun karena banyaknya saingan," tambahnya.
Nelayan lainnya, Iwan mengatakan dengan melimpahnya ikan tongkol lisong ini ia tidak perlu jauh dan lama-lama melaut. Namun, resikonya jika telat ke TPI maka ikan hasil tangkapannya suka tidak diterima oleh pengepul karena mayoritas nelayan menangkap ikan yang sama sehingga pasokannya menumpuk.
Tapi untuk antisipasi ikan hasil tangkapannya tidak laku terjual, pihaknya sengaja menjual keliling atau memasok ke warung-warung kecil walaupun memang harganya pasti murah yang terpenting laku terjual.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Harganya terus anjlok, sebelum `panen` harga ikan tongkol lisong yang diterima pengepul bisa mencapai Rp15 ribu hingga Rp20 ribu/kg, kemudian turun menjadi Rp5 ribu kemudian Rp3 ribu dan sekarang harganya paling-paling Rp1.000, karena mayoritas nelayan sekarang menangkap lisong," kata salah seorang nelayan Palabuhanratu Irfan di Sukabumi, Minggu.
Bahkan, dengan melimpahnya hasil tangkapan jenis ikan tersebut ia pun bisa membagikan ke orang lain karena pengepulnya sudah tidak mau menerima yang disebabkan persediaan menumpuk.
Untuk mengurangi, ia menjualnya langsung ke warga atau wisatawan, dengan harga murah.
Di laut, kataya, sedang banyak ikan lisong sehingga nelayan tidak berpayah-payah ke tengah laut.
Lanjut dia, dalam sekali melaut saat musim lisong ini ia bisa mendapapatkan penghasilan sebesar Rp2,7 juta dikurangi biaya perahu, bahan bakar dan makan sekitar Rp1,2 juta, sehingga keuntungan bersihnya Rp1,5 juta dan itu biasanya dibagi dua sampai tiga orang.
"Jika dibandingkan dengan pendapatan sebelum musim panen lebih besar, tetapi risikonya harus jauh melautnya. Kalau sekarang jarak melaut pendek tetapi pendapatan turun karena banyaknya saingan," tambahnya.
Nelayan lainnya, Iwan mengatakan dengan melimpahnya ikan tongkol lisong ini ia tidak perlu jauh dan lama-lama melaut. Namun, resikonya jika telat ke TPI maka ikan hasil tangkapannya suka tidak diterima oleh pengepul karena mayoritas nelayan menangkap ikan yang sama sehingga pasokannya menumpuk.
Tapi untuk antisipasi ikan hasil tangkapannya tidak laku terjual, pihaknya sengaja menjual keliling atau memasok ke warung-warung kecil walaupun memang harganya pasti murah yang terpenting laku terjual.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018