Bogor (Antaranews Megapolitan) - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, Dr Arif Satria mengatakan, keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia harus diperkuat terutama pada era digital saat ini untuk memperkuat nasionalisme ekonomi.

"Pemberdayaan UKM menjadi kuncinya. Karena itu kita perlu terus menerus memperkuat UKM agar makin maju pada era digital," kata Arif usai membuka Kuliah Umum Nasionalisme pada Era Digital di Graha Widya Wisuda, Kampus Dramaga, Bogor, Senin.

Menurut Arif, tumbuhnya `start-up` baru (perusahaan baru berbasis digital) di Indonesia yang kreatif dan inovatif akan menggiurkan para investor untuk masuk. Namun, masuknya investor tersebut jangan sampai diikuti mengalirnya produk-produk ritel asing dan menyingkirkan produk lokal.

"Era digital harus bisa dimanfaatkan produk lokal, era digital harus bisa dimanfaatkan produk lokal UKM untuk makin bekembang dan akses pasar makin terbuka," katanya.

IPB menggelar Kuliah Umum Nasionalisme di Era Digital yang menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sebagai pembicara utama.

Kuliah umum tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan `Dies Natalis` ke-55 IPB yang dihadiri sekitar 3.000 mahasiswa serta civitas akademika IPB lainnya.
Arif mengatakan, kepentingan nasional harus di atas kepentingan manapun. Oleh karena itu di era digital ini, dalam konteks kegiatan ekonomi harus betul-betul memiliki nilai tambah untuk ekonomi rakyat Indonesia.

Ia menegaskan, era digital perlu keberpihakan, kebijakan afirmasi yang kuat, agar benar-benar memberikan nilai tambah untuk ekonomi rakyat Indonesia.

Ekonomi rakyat harus mulai diperbaharui (upgrade) agar bisa diakses secara digital, dan konsumen yang ada di Indonesia bisa memanfaatkan.

"Bahkan global bisa memanfaatkan produk-produk Indonesia untuk dikonsumsi," kata Arif.

Arif mengingatkan, perlu adanya kebijakan yang dapat melindungi produk lokal Indonesia agar tidak tergerus produk luar di era digital saat ini.

Karena, menurutnya, `platform-platform` yang ada sekarang ini mulai dikuasai oleh asing. Semua investor asing membidik perusahaan `start up` yang ada di Indonesia. Contohnya Go-jek dan lainnya.

"Maka kita khawatir kalau mereka menguasai ritel, maka produk-produk asing akan kembali membajiri kita. Ini yang harus kita antisipasi," kata mantan Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB ini.

Arif menambahkan, penting untuk memberikan jaminan bahwa dalam era digital ini, barang yang beredar di mana-mana, sebisa mungkin berasal dari Indonesia.

"Harus ada keberpihakan pemerintah untuk terus memberdayakan ekonomi rakyat ini supaya UKM bisa juga diakses oleh platform digital," kata Arif.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018