Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudo Husodo mengatakan penggunaan energi baru dan terbarukan masih rendah sehingga perlu ditingkatkan karena potensi yang ada sangat besar untuk digunakan.
"Terus terang saja kalau kita lihat pada posisi sekarang ini sumber tenaga listrik Indonesia itu sangat didominasi oleh fosil," kata Siswono di sela-sela acara Seminar Nasional Rekayasa Technologi yang bertajuk "Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dan Green Technology untuk Kemandirian Bangsa" di Universitas Pancasila Jakarta, Rabu.
Penggunaan batu bara lanjut Siswono saat ini mencapai 52,8 persen, gas 24,2 persen, BBM 11,7 persen, air hanya 6,5 persen dan panas bumi 4,4 persen.
"Kalau dilihat dari potensi yang ada dan berapa yang dimanfaatkan amat sangat menyedihkan," jelas mantan cawapres pada Pilpres 2004.
Ia mengatakan kalau kita lihat potensi tenaga air di seluruh Indonesia ada 75.000 megawatt yang sudah dipakai sekarang baru 5.250 megawatt itu artinya baru 7 persen. Panas bumi kita mempunyai 29.475 megawatt yang dipakai baru 1403 atau 4,8 persen. Yang luar biasa adalah biomass dari hasil pertanian limbah sawit, limbah tebu dan lain-lain potensi ada 32.000 megawatt yang dipakai baru 1.740 megawatt atau 5,4 persen.
Sekarang bahkan ketika negara-negara lain sekarang ini berpindah ke sumber energi baru dan terbarukan mulai pakai tenaga surya, hidro, angin dan juga gelombang laut.
Indonesia kata dia terbaru mulai bangun beberapa pusat tenaga listrik baru dari batu bara, padahal negara lain sudah beralih ke energi baru dan terbarukan.
Mantan Ketua Umum Himpunan Kerukanan Tani Indonesia (HKTI) ini menceritakan bahwa dirinya baru pulang dari Selandia Baru dan saya melihat di New Zealand itu 90 persen lebih listriknya adalah bersumber dari hidro dan panas bumi.
"Teman saya dari New Zealand keheranan pada saya karena Indonesia mempunyai potensi panas bumi terbesar di dunia tapi yang dipakai sebanyak 4,8 persen," tegasnya.
Siswono bangga dengan seminar yang dilakukan oleh Universitas Pancasila (UP) yang menghadirkan banyak para pembicara dari luar negeri seperti Jerman, Belanda dan juga dari kalangan Universitas Indonesia dan juga dari ESDM.
Selain itu juga mengundang Kota Tegal yang bekerjasama dengan UP sedang mengembangkan energi sampah kota tersebut.
Siswono menilai yang paling utama adalah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan adalah keputusan politik jika memang menetapkan kita pindah ke energi baru dan terbarukan dalam waktu yang cepat maka implementasi kebawahnya mudah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Terus terang saja kalau kita lihat pada posisi sekarang ini sumber tenaga listrik Indonesia itu sangat didominasi oleh fosil," kata Siswono di sela-sela acara Seminar Nasional Rekayasa Technologi yang bertajuk "Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dan Green Technology untuk Kemandirian Bangsa" di Universitas Pancasila Jakarta, Rabu.
Penggunaan batu bara lanjut Siswono saat ini mencapai 52,8 persen, gas 24,2 persen, BBM 11,7 persen, air hanya 6,5 persen dan panas bumi 4,4 persen.
"Kalau dilihat dari potensi yang ada dan berapa yang dimanfaatkan amat sangat menyedihkan," jelas mantan cawapres pada Pilpres 2004.
Ia mengatakan kalau kita lihat potensi tenaga air di seluruh Indonesia ada 75.000 megawatt yang sudah dipakai sekarang baru 5.250 megawatt itu artinya baru 7 persen. Panas bumi kita mempunyai 29.475 megawatt yang dipakai baru 1403 atau 4,8 persen. Yang luar biasa adalah biomass dari hasil pertanian limbah sawit, limbah tebu dan lain-lain potensi ada 32.000 megawatt yang dipakai baru 1.740 megawatt atau 5,4 persen.
Sekarang bahkan ketika negara-negara lain sekarang ini berpindah ke sumber energi baru dan terbarukan mulai pakai tenaga surya, hidro, angin dan juga gelombang laut.
Indonesia kata dia terbaru mulai bangun beberapa pusat tenaga listrik baru dari batu bara, padahal negara lain sudah beralih ke energi baru dan terbarukan.
Mantan Ketua Umum Himpunan Kerukanan Tani Indonesia (HKTI) ini menceritakan bahwa dirinya baru pulang dari Selandia Baru dan saya melihat di New Zealand itu 90 persen lebih listriknya adalah bersumber dari hidro dan panas bumi.
"Teman saya dari New Zealand keheranan pada saya karena Indonesia mempunyai potensi panas bumi terbesar di dunia tapi yang dipakai sebanyak 4,8 persen," tegasnya.
Siswono bangga dengan seminar yang dilakukan oleh Universitas Pancasila (UP) yang menghadirkan banyak para pembicara dari luar negeri seperti Jerman, Belanda dan juga dari kalangan Universitas Indonesia dan juga dari ESDM.
Selain itu juga mengundang Kota Tegal yang bekerjasama dengan UP sedang mengembangkan energi sampah kota tersebut.
Siswono menilai yang paling utama adalah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan adalah keputusan politik jika memang menetapkan kita pindah ke energi baru dan terbarukan dalam waktu yang cepat maka implementasi kebawahnya mudah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018