Sukabumi  (Antara) - Ratusan nelayan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memilih tidak melaut karena gelombang tinggi yang terjadi dalam sepekan terakhir ini karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Gelombang pasang ini yang terjadi dalam sepekan terakhir ini menyebabkan nelayan tidak pergi kelaut, bahkan banyak perahu yang ditambatkan di dermaga karena kondisi gelombang tidak memungkinkan untuk diarungi," kata Ketua Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi Okih Pajri di Sukabumi, Selasa.

Menurutnya, informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tinggi gelombang saat ini berkisar dua sampai empat meter, kondisi gelombang tinggi ini bisa membahayakan para nelayan yang nekat melaut. Apalagi mayoritas kapal atau perahu yang digunakan masih tradisional dan berukuran kecil.

Sehingga, banyak nelayan yang memilih mencari penghasilan lain di darat sambil menunggu ketinggian gelombang kembali normal. Belum lagi banyak kapal nelayan yang rusak akibatnya tidak bisa digunakan untuk melaut.

Dari pantauan pihaknya, hingga saat ini banyak kapal yang ditambatkan di dermaga karena gelombang masih cukup tinggi. Pihaknya pun mengimbau kepada nelayan agar selalu waspada dan tidak nekat melaut dengan kondisi cuaca seperti ini.

 "Kami terus memantau setiap aktivitas nelayan dan wisatawan. Gelombang pasang yang terjadi tahun ini kondisinya lebih para dibandingkan beberapa tahun terakhir, walaupun tidak ada korban tapi kerugiannya mencapai ratusan juta rupiah," tambahnya.

Sementara, salah seorang nelayan Cipatuguran Palabuhanratu Ujang mengatakan dirinya dan rekannya tidak bisa melaut karena gelombangnya tinggi. Apalagi banyak kapal nelayan yang rusak akibat diterjang gelombang pasang itu.

Ia pun memilih membenarkan jaring dari pada nekat pergi ke laut untuk mencari ikan. "Jika gelombangnya sudah normal pasti kami akan kembali melaut, karena dari mana lagi penghasilan kami jika bukan dari mencari ikan di laut," katanya.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018