Bogor (Antaranews Megapolitan) - Limbah padat agar merupakan hasil samping dari proses pengolahan rumput laut menjadi agar. Limbah yang dihasilkan mencapai 65-70% dari bahan baku yang digunakan. Limbah ini mengandung selulosa yang cukup tinggi sekitar 27,8–39,45%. Kadar selulosa yang cukup tinggi membuat limbah agar sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Limbah agar saat ini sudah dimanfaatkan sebagai pupuk, bahan baku karbon aktif, papan partikel, dan bioetanol. Selulosa dapat bersifat eksipien dan potensi ini dapat dimanfaatkan untuk bahan pengikat dalam formulasi tablet. Melihat hal ini, Laesah Sari, mahasiswa dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) mencoba untuk melakukan penelitian terkait pemanfaatan selulosa ini.

Laesah melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida terhadap Karakteristik Mikrokristalin Selulosa dari Limbah Padat Industri Agar-Agar. Penelitian ini dilakukan atas bimbingan dari Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si dan Dr. Eng. Uju, Spi. MSi.

“Produk turunan selulosa atau derivat selulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan eksipien dalam formulasi tablet. Selulosa ini berfungsi untuk mengikat bahan-bahan dalam obat berbentuk tablet agar tetap bersama. Bahan ini dikenal dengan sebutan mikrokristalin selulosa atau MCC,” ungkap Laesah.

Menurut Laesah, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dalam proses hidrolisis dapat mempengaruhi mikrokristalin selulosa yang dihasilkan. “Oleh karena itu diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi HCl terhadap MCC yang dihasilkan,” katanya.

Pada penelitian ini, MCC dibuat dengan cara hidrolisis terkontrol α-selulosa, dengan larutan asam mineral encer pada suhu tinggi. MCC kemudian dicuci dengan air sampai bebas asam, dikeringkan dan dihaluskan secara mekanis. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan konsentrasi HCl pada proses hidrolisis α-selulosa dari limbah padat agar yaitu 2; 2,5; 3 dan 3,5 N.

Hasil penelitiannya menunjukkan perbedaan konsentrasi HCl dalam proses hidrolisis α-selulosa dari limbah padat agar memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen, nilai warna L (lightness), dan kadar air. Konsentrasi HCl terbaik yang menghasilkan produk mikrokristalin selulosa dengan karakteristik yang sesuai dengan British Pharmacopoeia (2009) yaitu konsentrasi HCl 2N, dengan nilai rendemen, nilai L, dan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Gugus fungsi MCC 2N juga sesuai dengan MCC standar dan derajat kristalinitas 57,41%.

Laesah berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan mikrokristalin selulosa untuk bahan tambahan pembuatan tablet. “Saya juga berharap penelitian ini dapat menyediakan sediaan bahan tambahan alami untuk pembuatan tablet,” tutupnya. (NIRS/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Laesah Sari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018