Bogor (Antaranews Megapolitan) - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, banyaknya "jalur tikus" di Indonesia menjadi pintu masuk narkoba, sehingga menimbulkan kerawanan yang perlu disikapi dengan pengawasan ketat di wilayah-wilayah tersebut.
"Dengan mengidentifikasi ancaman seperti itu, maka TNI dan kepolisian sudah punya satu rencana untuk menyebarkan dislokasi pasukan pengamanan di perbatasan agar lebih banyak lagi di semua titik," kata Wiranto di Bogor, usai peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2018, Kamis.
Sebelumnya, Wiranto menyampaikan salah satu kerawanan dalam menghadapi ancaman narkoba adalah banyaknya pintu masuk di Indonesia, yang memiliki garis pantai terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada.
"Di negeri kita ini yang dengan mudah dimasuki oleh sumber-sumber narkoba itu berasal, apakah lewat laut, lewat darat," katanya.
Ia mencontohkan di Kalimantan Utara, dilaporkan ada 1.400 jalur tikus yang menjadi pintu masuk tidak hanya narkoba, tetapi juga ilegal loging, perdagangan manusia, senjata, bahkan teroris.
"Ini baru satu provinsi saja, ada 1.400 jalur tikus, banyak sekali," katanya.
Selain penguatan personel TNI dan kepolisian di wilayah perbatasan, lanjut Wiranto, upaya lainnya adalah kebijakan Presiden Joko Widodo yang membangun dari pinggiran juga menjadi salah satu solusi efektif menangkal peredaran narkoba tersebut.
Ia mengatakan, dibangunnya berbagai pelabuhan, bandara, akan diimbangi dengan dislokasi pasukan-pasukan TNI maupun Polri sehingga bisa membangun shalter-shalter ekonomi baru yang akan terjadi penyebaran di wilayah kosong menjadi terisi.
"Tentu ini jangka panjangnya. Jangka pendeknya tentunya kewaspadaan aparat keamanan. Setiap desa di Indonesia itu sudah ada aparat keamanan baik dari TNI atau polisi," katanya.
Ia menambahkan, setiap wilayah sudah ada anggota Babinsa dan Bhabinkamtibmas sebagai sistem peringatan dini dari penjagaan wilayah perbatasan dari berbagai ancaman, termasuk narkoba.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Dengan mengidentifikasi ancaman seperti itu, maka TNI dan kepolisian sudah punya satu rencana untuk menyebarkan dislokasi pasukan pengamanan di perbatasan agar lebih banyak lagi di semua titik," kata Wiranto di Bogor, usai peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2018, Kamis.
Sebelumnya, Wiranto menyampaikan salah satu kerawanan dalam menghadapi ancaman narkoba adalah banyaknya pintu masuk di Indonesia, yang memiliki garis pantai terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada.
"Di negeri kita ini yang dengan mudah dimasuki oleh sumber-sumber narkoba itu berasal, apakah lewat laut, lewat darat," katanya.
Ia mencontohkan di Kalimantan Utara, dilaporkan ada 1.400 jalur tikus yang menjadi pintu masuk tidak hanya narkoba, tetapi juga ilegal loging, perdagangan manusia, senjata, bahkan teroris.
"Ini baru satu provinsi saja, ada 1.400 jalur tikus, banyak sekali," katanya.
Selain penguatan personel TNI dan kepolisian di wilayah perbatasan, lanjut Wiranto, upaya lainnya adalah kebijakan Presiden Joko Widodo yang membangun dari pinggiran juga menjadi salah satu solusi efektif menangkal peredaran narkoba tersebut.
Ia mengatakan, dibangunnya berbagai pelabuhan, bandara, akan diimbangi dengan dislokasi pasukan-pasukan TNI maupun Polri sehingga bisa membangun shalter-shalter ekonomi baru yang akan terjadi penyebaran di wilayah kosong menjadi terisi.
"Tentu ini jangka panjangnya. Jangka pendeknya tentunya kewaspadaan aparat keamanan. Setiap desa di Indonesia itu sudah ada aparat keamanan baik dari TNI atau polisi," katanya.
Ia menambahkan, setiap wilayah sudah ada anggota Babinsa dan Bhabinkamtibmas sebagai sistem peringatan dini dari penjagaan wilayah perbatasan dari berbagai ancaman, termasuk narkoba.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018