Jakarta (Antaranews Megapolitan) - PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil mencapai rekor produksi tertinggi sepanjang berdirinya perusahaan tersebut, sebesar 11,42 juta ton untuk segala jenis pupuk.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, di Jakarta, Selasa, mengatakan kenaikan produksi ini antara lain didorong oleh mulai beroperasinya pabrik baru Pusri 2B di Palembang yang berkapasitas 970 ribu ton per tahun.

"Selain itu, reliabilitas (keandalan) pabrik juga terus meningkat, sehingga mengurangi terjadinya 'unscheduled shutdown'," kata Aas.

Ia menyebutkan hal ini juga mendorong turunnya rasio konsumsi gas bumi untuk produk urea, dari rata-rata 29,86 MMBTU per ton menjadi 28,69 MMBTU/ton.

Menurut dia, turunnya rasio konsumsi gas bumi adalah hasil dari semakin andalnya pabrik-pabrik Pupuk Indonesia melalui program revitalisasi yang dijalankan perusahaan.

Sementara itu, produksi produk non pupuk, yang terdiri dari asam sulfat, asam fosfat dan produk sampingan lainnya, mencapai 5,42 juta ton dari target sebesar 5,8 juta ton.

Baca: Dua BUMN ini akan selamatkan petani dari tengkulak 

Aas menambahkan selama dua tahun terakhir,  industri pupuk di Indonesia mengalami kondisi yang cukup sulit, yaitu jatuhnya harga komoditi urea dan amoniak di pasar internasional.

Hal ini dipicu oleh berlebihnya pasokan (oversupply) pasar internasional serta turunnya harga energi dunia, khususnya gas yang merupakan bahan baku utama pembuatan pupuk urea. Itu cukup berpengaruh terhadap kinerja Pupuk Indonesia secara keseluruhan, di mana pendapatan perusahaan menurun dari Rp64,16 triliun menjadi 58,96 triliun.

Namun, perseroan tetap dapat menjaga kondisi keuangannya. Total aset perusahaan bertambah dari Rp127,1 triliun menjadi Rp128,49 triliun.

Program-program investasi dan pengembangan juga tetap dapat berjalan dengan baik, antara lain penyelesaian Pabrik Pusri 2B, pembangunan Pabrik Amurea 2 di Gresik, pengembangan NPK di Pusri, dan pabrik Gas Cogen Plant di Gresik.

"Kontribusi pajak terhadap Pemerintah juga masih cukup baik yaitu sebesar Rp4,94 triliun, dan dividen sebesar Rp768,85 miliar," ungkap Aas.

Ia menambahkan apresiasi terhadap kebijakan pemerintah yang menurunkan harga gas dan berperan besar dalam menjaga daya saing perusahaan serta penghematan pengeluaran subsidi pemerintah.  

Baca juga: 
Ribuan ton pupuk ilegal dari Tiongkok masuk Indonesia
Pabrik pupuk ilegal di Sukabumi digerebek polisi

Pewarta: Mentari Dwi

Editor : M.Ali Khumaini


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018