Bogor (Antaranews Megapolitan) - Stunting merupakan kondisi terhambatnya pertumbuhan anak akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama. Kecukupan gizi pada anak usia sekolah sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan status gizi pada anak. Kebutuhan gizi dapat diperoleh dari makanan pokok maupun makanan selingan atau biasa disebut dengan snack. Salah satu snack yang banyak dikembangkan saat ini adalah snack bar.
Snack bar adalah salah satu produk olahan kering berbentuk batang dan memiliki umur simpan yang panjang. Saat ini sudah terdapat berbagai jenis snack bar yang tersedia di pasaran dan sangat diminati oleh anak muda. Snack bar dipilih karena memiliki bentuk yang membuatnya mudah untuk dikemas dan dibawa. Pengembangan produk ini dapat dilakukan dengan berbagai macam bahan baku.
Hal inilah yang mendasari peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc bersama mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Grace Natalie Christina Mansyhur, melakukan sebuah penelitian yaitu mengembangkan snack bar ‘Puryas’. Yaitu snack yang terbuat dari tepung pisang yang disubstitusi dengan tepung pupae-mulberry (pury) ulat sutera dan tepung lele sebagai sumber protein.
Pupa merupakan produk sampingan atau limbah dari industri budidaya ulat sutera. Pupa ulat sutera dapat dimanfaatkan dengan diolah menjadi tepung pupa. Pada penelitian ini, spesies ulat sutera yang dikembangkan menjadi produk snack bar yaitu Bombyx mori. Tepung pupae-mulberry (pury) ulat sutera dipilih sebagai bahan utama karena kaya akan kandungan protein, kalsium serta fosfor.
“Selain menggunakan tepung pury, kami juga digunakan tepung ikan lele. Tepung ikan lele ditambahkan pada produk snack bar untuk meningkatkan kandungan gizinya. Kandungan gizi yang terdapat pada ikan lele antara lain protein tinggi, asam amino esensial yang lengkap, vitamin B dan berbagai mineral seperti kalsium, fosfor dan zat besi,” ujar Grace.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap antara lain formulasi dan pembuatan snack bar, uji organoleptik, analisis sifat kimia, penentuan formula terpilih dan takaran saji snack bar, serta uji fisik snack bar. Terdapat tiga formula yang diuji yaitu dengan perbandingan tepung pisang dan tepung pury sebagai berikut : F1 (75:25) , F2 (70:30), F3 (65:35). Selanjutnya, ditambahkan dengan tepung lele sebanyak 10% dari basis 150 gram tepung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula terpilih yaitu formula 3 (F3) dengan perbandingan tepung pisang dan substitusi tepung pury (65:35). Snack bar yang terpilih memiliki kadar air 10.30%, abu 2.46%, protein 12.17%, lemak 12.14%, karbohidrat 62.92% dan energi 410 kkal/100 gram.
“Kadar protein snack bar memenuhi syarat klaim sumber protein. Takaran saji snack bar yang terpilih adalah 53 gram. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa snack bar ‘Puryas’ yang terpilih dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk anak usia sekolah,” ujarnya. (FY/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Snack bar adalah salah satu produk olahan kering berbentuk batang dan memiliki umur simpan yang panjang. Saat ini sudah terdapat berbagai jenis snack bar yang tersedia di pasaran dan sangat diminati oleh anak muda. Snack bar dipilih karena memiliki bentuk yang membuatnya mudah untuk dikemas dan dibawa. Pengembangan produk ini dapat dilakukan dengan berbagai macam bahan baku.
Hal inilah yang mendasari peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc bersama mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Grace Natalie Christina Mansyhur, melakukan sebuah penelitian yaitu mengembangkan snack bar ‘Puryas’. Yaitu snack yang terbuat dari tepung pisang yang disubstitusi dengan tepung pupae-mulberry (pury) ulat sutera dan tepung lele sebagai sumber protein.
Pupa merupakan produk sampingan atau limbah dari industri budidaya ulat sutera. Pupa ulat sutera dapat dimanfaatkan dengan diolah menjadi tepung pupa. Pada penelitian ini, spesies ulat sutera yang dikembangkan menjadi produk snack bar yaitu Bombyx mori. Tepung pupae-mulberry (pury) ulat sutera dipilih sebagai bahan utama karena kaya akan kandungan protein, kalsium serta fosfor.
“Selain menggunakan tepung pury, kami juga digunakan tepung ikan lele. Tepung ikan lele ditambahkan pada produk snack bar untuk meningkatkan kandungan gizinya. Kandungan gizi yang terdapat pada ikan lele antara lain protein tinggi, asam amino esensial yang lengkap, vitamin B dan berbagai mineral seperti kalsium, fosfor dan zat besi,” ujar Grace.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap antara lain formulasi dan pembuatan snack bar, uji organoleptik, analisis sifat kimia, penentuan formula terpilih dan takaran saji snack bar, serta uji fisik snack bar. Terdapat tiga formula yang diuji yaitu dengan perbandingan tepung pisang dan tepung pury sebagai berikut : F1 (75:25) , F2 (70:30), F3 (65:35). Selanjutnya, ditambahkan dengan tepung lele sebanyak 10% dari basis 150 gram tepung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula terpilih yaitu formula 3 (F3) dengan perbandingan tepung pisang dan substitusi tepung pury (65:35). Snack bar yang terpilih memiliki kadar air 10.30%, abu 2.46%, protein 12.17%, lemak 12.14%, karbohidrat 62.92% dan energi 410 kkal/100 gram.
“Kadar protein snack bar memenuhi syarat klaim sumber protein. Takaran saji snack bar yang terpilih adalah 53 gram. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa snack bar ‘Puryas’ yang terpilih dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk anak usia sekolah,” ujarnya. (FY/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018